THE TIMES OF RESTITUTION OF ALL THINGS
Dalam Injil, Tuhan Yesus berkata bahwa alam
semesta ini akan tiba kepada suatu masa yang disebut “penciptaan kembali” (Mat.19:28).
Kata “penciptaan kembali” teks aslinya
adalah palingenesia. Kata palingenesia ini bisa berarti dilahirkan kembali (rebirth); dipugar atau direnovasi
(renovation); restorasi, khususnya bertalian dengan mesias (Messianic restoration), dalam terjemahan
lain regeneration. Bertalian dengan
alam semesta ini, kata palingenesia
lebih tepat diterjemahkan “penciptaan kembali”.
Kata Palingenesia dalam Kisah Rasul ditulis
sebagai “waktu pemulihan segala sesuatu” dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan:
the times of restitution of all things (Kis. 3:21). Dalam pernyataan-Nya
ini ditunjukkan adanya satu masa di mana Tuhan hendak memulihkan segala
sesuatu. Perhatikan pernyataan ini: Kristus itu harus tinggal di Surga sampai
waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan
perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di jaman dahulu. (Tidak dapat disangkal
bahwa dalam kitab Perjanjian Lama dikemukakan berkali-kali kenyataan adanya
pengharapan dunia yang akan datang, sebuah dunia yang lebih baik).
Bagaimanakah
“pemulihan segala sesuatu” itu terjadi? Dalam Matius 19:28 kita temukan
jawabannya: “… pada waktu penciptaan
kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya”. Ini
berarti bahwa ketika Tuhan Yesus bertahta di tahta kemuliaan-Nya, pada saat
itulah nubuatan tentang “pemulihan segala sesuatu” digenapi. Kejadian itu
menunjuk kepada apa yang ditulis dalam Daniel 7:13-14 yaitu penyerahan kekuasaan dari Bapa kepada Tuhan
Yesus Kristus. Pada waktu itulah, apa yang telah yang dinubuatkan Alkitab
digenapi yaitu setiap lutut bertelut dan lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan
(Flp. 2:9-11). Inilah akhir dari sejarah dunia atau sejarah bumi. Pemerintahan
manusia telah berakhir, dan digantikan
oleh pemerintahan Yahwe, Allah semesta alam yang kekal.
Peristiwa yang
dikemukakan di atas bertalian dengan
penglihatan sebuah patung yang ditunjukkan Tuhan kepada Nebukadnesar
pada abad 6 SM. Patung tersebut kepalanya dari emas, lengan dan dadanya dari
perak, perut dan pinggangnya dari
tembaga, pahanya dari besi , kaki dan jari-jari sebagian dari besi dan sebagian
dari tanah liat. Kemudian sebuah batu bergulir bukan oleh tangan manusia
menghancurkan patung tersebut. Batu tersebut kemudian membesar memenuhi bumi.
Arti penglihatan tersebut dikemukakan oleh Daniel dengan hikmat Tuhan: Bahwa semua kerajaan dunia akan dihancurkan,
kemudian kerajaan Tuhan akan datang secara fisik menguasai seluruh alam semesta
ini (Dan. 2:44). Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tuhan Yesus Kristus yang
akan dinyatakan secara fisik mengatasi semua kerajaan dan pemerintahan, dan
pemerintahan-Nya kekal.
Penciptaan kembali
ini menunjuk kepada “sesuatu yang diperbaharui”. Dalam penciptaan kembali, alam
semesta (universe) ini secara fisik
tetap sama, tetapi langit yang kita lihat dan bumi yang kita huni ini akan
lenyap. Tuhan akan memberikan langit baru dan bumi yang baru (Wy. 21:1).
“Langit baru dan bumi baru” ada di alam semesta ini, tetapi kemungkinan di tata
surya lain bukan di tata surya kita (Bumi bagian dari alam semesta yang
terletak pada galaksi di mana terdapat matahari sebagai pusat orbitnya, semua
planet besar dan kecil mengelilingi matahari. Inilah yang disebut sebagai solar
sistem atau sistem matahari. Diluar itu masih terdapat galaksi-galaksi dengan
milyaran planet yang tak terhitung).
Penciptaan kembali
menunjuk kepada suatu pembaharuan yang melibatkan alam semesta ini, di mana
setelah bumi dan langit di tata surya kita ini dihanguskan Tuhan (2Petrus
3:9-11), maka Tuhan menciptakan “langit baru dan bumi baru”. “Langit baru dan
bumi yang baru” ada di bagian dari alam semesta ini, bukan alam semesta yang
lain, sebab alam semesta ini adalah fasilitas dari kreasi Allah yang yang tidak terbatas dan diciptakan
Tuhan sungguh amat baik.
Langit dan bumi yang ada sekarang ini akan
lenyap. Kata “lenyap” di sini bukan berarti “hilang, musnah atau tiada lagi”.
Kata “lenyap” dari teks aslinya aperchomai yang memiliki beberapa pengertian antara lain:
• to go off, depart (pergi, berangkat),
• aside ( ke samping, tersisih, dilupakan),
• behind (dibelakang),
• pass away (berlalu).
Jadi kata “lenyap”
tidak boleh diartikan “hilang dan lenyap atau tidak ada lagi”, tetapi bisa
berarti “ditinggalkan, disisihkan, dilupakan atau berlalu”. Alam semesta
sekarang ini akan “tetap ada”, tetapi dengan keadaan yang berbeda, yaitu menjadi lautan api. Jadi
langit dan bumi di tata surya ini akan menjadi lautan api (Yun. limne tou
puros. Ing. The lake of fire). Bumi menjadi lautan api seperti yang dikemukakan Petrus dalam
suratnya: Pada hari itu langit akan
lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam
nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap… Pada
hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena
nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan
bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Oleh karena itu
realitas mengenai “pemulihan segala sesuatu” yang dikatakan Tuhan Yesus sendiri
maka kebenaran ini tentu bukan konsep kosong.
Sebagai orang percaya yang memiliki pengharapan, kita sedang menyongsong
momentum tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Petrus “hidup penuh pengharapan”
(1Ptr. 1:3-4). Hidup penuh pengharapan di sini adalah pengharapan yang akan
diperoleh setiap orang percaya di balik kubur, after the grave, bukan before
the grave. Inilah pengharapan untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat
binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Surga.
Oleh sebab itu pengertian hari depan penuh harapan, tidak boleh ditujukan untuk
kehidupan sebelum kubur tetapi sesudah kubur. Petrus mengatakan: Terpujilah
Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar
telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang
mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat
cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Surga bagi kamu (1Ptr.
1:3-4).
Sayang sekali
banyak orang-orang Kristen dewasa ini lebih banyak berbicara mengenai hari
depan yang penuh harapan hanya sekitar kehidupan hari ini, yaitu sebelum kubur.
Pada hal fokus orang percaya harus diarahkan kepada Kerajaan-Nya, seperti yang
dikatakan Petrus dalam 1 Petrus 1:14… letakkanlah
pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada
waktu penyataan Yesus Kristus. Dengan demikian pengajaran yang fokusnya
kepada kemakmuran duniawi dan kejayaan lahiriah adalah penyesatan yang
membahayakan gereja-Nya. Lebih dari segala pengharapan, dan “pemulihan segala
sesuatu” adalah pengharapan utama sementara berjalan dengan Tuhan.
Beyond the grave
Realitas yang
paling ditakuti manusia adalah kematian, sebab manusia tidak tahu ada apa
dibalik kematian itu, ada apa dibalik kubur (beyond the grave). Akan tetapi, masih banyak manusia tidak berusaha
untuk menemukan jawabnya, dan tidak mempersiapkan diri menghadapi saat itu. Padahal, kubur adalah
realitas yang paling dekat dengan manusia, sebab kematian dapat menjemput
seseorang kapan saja dan di mana saja serta melalui apa saja.
Kalau saatnya
tiba, tubuh seseorang harus “tereliminasi” ke kubur, ia tidak dapat menundanya
atau menolaknya. Seharusnya setiap orang mempersiapkan diri dijemput oleh
realitas kematian ini.
Keadaan dibalik
kematian seseorang mengandung misteri besar yang tidak pernah selesai
dibicarakan. Sebagian orang menanggapi masalah tersebut dengan sikap skeptis,
sebab mereka berpikir bahwa dunia dibalik kubur adalah sesuatu yang tidak akan
terpecahkan sama sekali. Namun, sekalipun realita dibalik kubur adalah sesuatu
yang mengandung misteri, tetapi sebaiknya kita tidak menjadi putus asa dan
menjauhkan diri dari pokok masalah ini.
Alkitab membuka
celah untuk memberi kita kesempatan mengintip dunia dibalik kematian. Untuk
memahami hal tersebut, ada beberapa pokok bahasan yang perlu digali. Dibalik
kematian manusia terdapat realitas yang ditunjukkan Alkitab, realitas tersebut
antara lain syeol, hades, gehenna dan
lautan api (limne tp puros), yang
akan dibahas pada bab berikutnya.
Pertanyaan yang
sering kita dengar dan terus menggelitik adalah bagaimana proses setelah
manusia mati? Banyak orang memiliki pemahaman yang salah mengenai dunia di
balik kubur. Pada umumnya orang beranggapan bahwa setelah orang mati, bagi orang
yang berkelakuan baik langsung masuk Surga, sedangkan bagi mereka yang jahat
langsung masuk Neraka. Anggapan ini sebuah simplifikasi yang tidak memiliki
landasan Alkitab. Sebenarnya setelah orang mati, ia tidak langsung masuk Surga
atau langsung masuk Neraka.
Keadaan manusia setelah meninggal disinggung oleh
Alkitab. Dalam Lukas 16:19-31 mengungkap rahasia yang terjadi di balik
kematian. Memang apa yang Tuhan tuangkan dalam Lukas 16:19-31? pasti bukan
sebuah kisah nyata, tetapi juga tidak dikatakan sebuah perumpamaan. Seandainya
kisah mengenai orang kaya dan Lazarus tersebut sebuah perumpamaan, akan tetapi
merupakan sebuah fenomena kehidupan yang normal atau umum terjadi. Tuhan tidak
pernah memberi perumpamaan yang tidak
ada realitasnya. Seperti misalnya perumpamaan mengenai penabur, penjala ikan,
pokok anggur, dan lain sebagainya, semuanya adalah fenomena kehidupan yang
terjadi dalam kehidupan manusia secara riil. Dengan demikian, kisah mengenai
orang kaya dan Lazarus dapat menjadi pertimbangan untuk mengenali rahasia
kehidupan dibalik kubur.
Ketika seseorang
menghembuskan nafas terakhirnya ia memasuki kesadaran kekal. Ia dapat merasakan
penderitaan atau kenikmatan. Seperti Lazarus mendapat kenikmatan (Yun. Parakaleitai; he is comforted; mendapat penghiburan), tetapi orang yang tidak berpri-kemanusiaan
yaitu orang kaya dalam kisah tersebut
mendapat bagian di tempat yang sengsara (the place of torment).
Tempat
sengsara tersebut merupakan representasi
seseorang yang berkeadaan dijauhkan dari Tuhan. Keadaan ini digambarkan oleh
Tuhan Yesus sebagai “tempat penderitaan” dan “sangat membutuhkan air”. Tentu
“air” di sini bukan air mineral, seperti yang kita kenal di dunia kita hari
ini. Air di sini bisa menunjuk kepada
Tuhan Yesus yang menyatakan diri sebagai “Air Kehidupan” yang dapat memuaskan
dahaga jiwa.
Kehausan jenis ini
yaitu kehausan akan Tuhan, tidak disadari oleh manusia yang hari ini hanyut
dalam kesukaan dan percintaan dunia. Kehausan manusia hari ini diarahkan kepada
kesenangan dunia, sehingga mereka tidak mengenal kehausan akan Allah. Pada
dasarnya, orang yang fokus hidupnya tertuju kepada kesukaan dunia ini adalah
penyembah-penyembah iblis. Mereka telah menjual atau menukar kehidupan kekal
yang nyaman demi kesenangan sementara.
Dibalik kubur,
pengetahuan, perasaan dan kesadaran seseorang menjadi lengkap. Sebagai
buktinya, ketika orang kaya itu hidup, ia tidak menyadari keadaannya dan
keadaan saudaranya, tetapi ketika ia mati, ia baru menyadari keadaannya.
Kematian tidak meniadakan kemampuan berpikir dan kehendak seseorang. Orang kaya
itu meminta agar Abraham mengutus Lazarus ke dunia kembali, untuk
memperingatkan saudara-saudaranya. Tetapi keinginan tersebut tidak dipuaskan,
berarti ia akan memendam keinginan yang tidak terpuaskan selama-lamanya.
Adapun tahap-tahap
dan proses setelah manusia meninggal antara lain:
• Tahap pertama, yakni Intermediate
State, merupakan masa selang antara kematian dan penghakiman, atau yang
bisa disebutkan “masa penantian”. Pada tahap ini manusia yang sudah meninggal
di taruh di hades. Orang percaya di
pangkuan Abraham atau Firdaus (tempat yang nyaman), tetapi orang fasik
ditempatkan di tempat sengsara (place of
torment). Terdapat kemungkinan, ada sebuah tempat untuk orang yang Alkitab
sebut “tidur dalam debu”, yaitu mereka yang tidak jelas apakah termasuk orang
benar atau orang yang tidak benar (Rm. 2:12-14) .
Kemungkinan lain,
setelah kematian telah terjadi pemisahan antara orang benar dan orang yang
tidak benar. Bisa jadi, penghakiman di akhir jaman hanya ingin membuktikan
salah atau tidaknya seseorang berdasarkan kitab-kitab (Wah 20:12).
Pandangan ini diteguhkan oleh kenyataan
bahwa, keselamatan orang-orang yang masuk Surga telah diketahui dari nama yang
tertulis dalam Kitab Kehidupan bukan hasil akhir penghakiman (Why. 20:14-15) .
• Tahap kedua adalah kebangkitan, tahap dimana
semua orang mati akan dibangkitkan (Dan. 12:2). Menjadi masalah di sini, apanya
yang dibangkitkan? Hal ini tidak penting untuk diperdebatkan, tetapi yang
penting setiap orang akan memiliki tubuh jasmani yang nyata (material), yang
sifatnya kekal. Setiap orang akan memiliki penampilan fisik yang dapat
berinteraksi dengan alam nyata.
• Tahap ketiga, yakni tahap penghakiman. Tahap
dimana setiap orang akan berdiri di tahta pengadilan Tuhan. Inilah saat penentuan akhir, apakah seseorang
diperkenan masuk dunia yang akan datang atau dibuang ke dalam lautan api (Wah
20:12-15).
• Tahap keempat, yakni Gehenna (neraka) atau Samayim-ouranos (sorga). Ini merupakan
tahap akhir, tempat dimana orang menetapuntuk selamanya. Inilah yang Daniel
12:2 mengatakan: Dan banyak dari antara
orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk
mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang
kekal.
FIRDAUS
Banyak orang bertanya-tanya, “apakah Firdaus itu sebenarnya?”. Untuk ini
perlu pula dipecahkan masalah, “apakah
firdaus sama dengan Sorga?”. Kata
“firdaus” disebutkan tiga kali dalam Alkitab Perjanjian Baru (Lukas 23:43; 2 Korintus 12:4; Wahyu
2:7). Kata “firdaus” sebenarnya
berasal dari bahasa Persia, yang artinya “kebun” (menurut tulisan J. Wesley
Brill dalam bukunya Tafsiran Surat Korintus 2). Dalam bahasa Ibrani, “Firdaus” disebut Pardes; dalam bahasa Yunani
diterjemahkan Paradeisos, yang ke
duanya berarti “taman” (garden, park).
Kata “Firdaus” juga menunjukkan taman pertama yang Allah Bapa ciptakan yaitu
Eden; dimana Adam dan Hawa ditempatkan.
Sebenarnya kata
“firdaus” tidak menunjuk sebuah nama
tempat, tetapi lebih merupakan gambaran sebuah keadaan yang nyaman. Dan tempat
yang biasanya menggambarkan kenyamanan adalah “sebuah taman” (pleasure ground). “Firdaus” yang disebut
dalam Alkitab menggambarkan sebuah tempat yang memiliki ciri-ciri sebagai
berikut:
·
Tempat yang ideal
untuk menikmati keindahan dan kenyamanan. Tempat dimana terdapat kebahagiaan
yang sempurna dinikmati; tidak ada air
mata dukacita, perang, sakit penyakit dan berbagai penderitaan lain.
·
Tempat dimana
tidak terdapat dosa dan kenajisan.
·
Menunjuk suasana
Eden yang diciptakan Tuhan, sebelum manusia
jatuh dalam dosa.
Sebenarnya
“Firdaus” sama dengan yang Alkitab sebut sebagai “pangkuan Abraham”. Dalam teks
Yunaninya Ton kolpon, dalam
terjemahan bahasa Inggis Abraham’s bosom
( Luk 16:22). “Firdaus” juga menunjuk alam maut atau dunia orang mati (hades) namun bagian yang nyaman. Perlu dijelaskan disini bahwa, Hades juga tidak menunjuk sebuah nama
tempat tetapi menunjuk keadaan atau dunia orang-orang yang sudah meninggal,
karenanya hades juga diterjermahkan dunia orang mati atau alam maut.
Dalam hal ini,
kita dapati bahwa hades dibagi menjadi dua bagian, yaitu hades yang nyaman dan hades
yang tidak nyaman. Hades yang nyaman
diistilahkan sebagai “pangkuan Abraham,” sama dengan “firdaus.” Tetapi hades
yang tidak nyaman adalah tempat orang kaya yang menderita dan kehausan, yang
dalam teks versi King James diterjemahkan place of tormens (Luk
16:21); dalam Alkitab terjemahan lain “place
of torment” ini diterjemahkan hell . Terjemahan hell untuk “place of torment”
sebenarnya adalah terjemahan yang
berbahaya karena mengesankan bahwa hell
atau gehenna (neraka)
yang sama dengan lautan api (Yun. Limne
to puros) sudah ada. Pada hal lautan api barulah ada di akhir dunia ini.
Dalam tradisi
Yahudi, ton Kolpon (pangkuan
Abraham) adalah tempat terbaik dan terhormat setelah manusia meninggal. Abraham
adalah nenek moyang bangsa Yahudi yang
sangat dijunjung tinggi. Karenanya pangkuan Abraham selain menunjukkan tempat nyaman, juga menunjukkan
tempat yang terhormat.
“Firdaus” yang dijanjikan Tuhan Yesus kepada
penjahat di samping salib Tuhan Yesus, sebenarnya sama dengan pangkuan Abraham.
Ini bukanlah Sorga tempat Allah bertahta (istana-Nya) dan juga bukan Sorga
permanen untuk orang percaya, sebab Sorga permanen untuk orang percaya barulah
dinyatakan setelah akhir sejarah dunia. Jadi, “Firdaus” yang dijanjikan Tuhan
Yesus kepada penjahat disamping salib Tuhan itu adalah “sebutan” untuk tempat
penampungan sementara (intermediate
state), “yang nyaman” ; sebuah tempat penampungan sementara bagi
umat pilihan sebelum mereka dibangkitkan dari antara orang mati.
INTERMEDIATE STATE
Tahap Intermediate
State adalah masa selang antara kematian dan penghakiman. Masa ini juga sering
disebut sebagai masa antara. Pada masa ini, roh-roh orang mati dalam masa
penantian, yaitu penantian sebelum dibangkitkan dan menghadap tahta penghakiman
Tuhan. Pada masa penantian ini, mereka belum mengenakan tubuh kemuliaan atau
tubuh kekal.
Setelah kematian
ini, manusia belumlah masuk ke sorga
yang permanen dan neraka yang permanen. Sorga yang permanen adalah samayim (Ibrani) atau ouranos
(Yunani) yang dalam bahasa Inggris lebih ditampilkan dengan kata heaven, dari pada kata sky. Sorga atau Neraka (gehenna) adalah tempat terakhir bagi
manusia setelah dibangkitkan dan
menghadap penghakiman Allah.
Tahap pertama
setelah seseorang meninggal, mereka masuk syeol
atau hades. Syeol dan Hades adalah
tempat penampungan sementara (intermediate
State). Apakah Syeol dan apakah hades itu? (pokok masalah ini pernah
dikupas lengkap dan mendalam di majalah SolaGracia, nama Majalah sebelum
berubah menjadi Truth).
Dalam Perjanjian
Lama, syeol diterjemahkan dunia
orang mati. Syeol dipahami sebagai
tempat orang sesudah mati. Tempat ini sering dipakai untuk menunjukkan tempat
penyiksaan, hukuman bagi orang jahat. Kata syeol
juga bisa menunjuk tempat; dimana setiap orang mati, termasuk umat Allah dibawa
setelah kematian. Syeol bisa menunjuk “tempat perhentian” yang
disebut-sebut dalam Perjanjian Lama, yaitu tempat; dimana umat Allah setelah
meninggal dunia (Kej 7:10; 1Raj 1:21;
1Raj 2:10). Dalam Perjanjian Lama tidak disebut dengan jelas, bahwa umat Tuhan
setelah meninggal masuk sorga. Pada kenyataannya, kita jumpai bahwa hampir
tidak ada penjelasan bahwa umat Tuhan setelah meninggal masuk sorga, kecuali
Elia (2Raja 2:11), Henoch pun hanya dinyatakan diangkat Tuhan.
Umat Tuhan yang
lain, termasuk kekasih-kekasih Tuhan yang sangat dekat seperti Samuel, Daud,
Hizkia dan lain sebagainya, hanya disebut bahwa mereka mendapat perhentian
bersama dengan nenek moyang mereka. Dengan demikian, dapatlah diambil
kesimpulan bahwa setelah mati, pada umumnya seseorang masuk kedalam Syeol. Syeol ini sejajar dengan hades
dalam Perjanjian Baru, yang adalah
tempat penampungan sementara sebelum dipindahkan kedalam “perhentian permanen.”
Adapun hades dari bahasa Yunani yaitu hades, memiliki kesamaan arti dengan syeol. Hades dalam
bahasa Indonesia diterjemahkan dengan beberapa kata. Kata yang pertama adalah
“dunia orang mati”. Kata “dunia orang mati” terjemahan dari hades dalam Perjanjian Baru, kita
temukan lima kali penggulangan (Mat 11:23; Luk 10:15; Kis 2:27,31 dan Rom
11:15). Ungkapan “turun ke dunia orang mati” dalam Matius 11:23,
diinterpretasikan mengandung makna kiasan yaitu “rasa malu yang sangat dalam”.
Kata “dunia orang mati”, dalam bahasa Inggris kadang-kadang diterjemahkan “hell” (terjemahan hell ini kurang tepat, sebab
mengesankan sudah ada neraka). Lebih
tepat bila diterjemahkan hades, seperti
yang terdapat dalam salah satu Alkitab terjemahan bahasa Inggris.
Kata Hades juga diterjemahkan sebagai “alam
maut”. Kata “alam maut” ditulis tiga kali (Mat 16:18; Luk 16:23; Rom
5:21). Kata “alam maut” ini ada di
beberapa ayat dalam Alkitab antara lain, dalam Matius 16:18 dan Lukas 16:23.
Kata “alam maut” dalam bahasa Inggris juga diterjemahkan grave (kubur) dan hell
(neraka). Adapun dalam Roma 5:21, kita tertumbuk dengan kata “alam maut”, yang
bukan terjemahan dari “hades”,
tetapi dari “thanatos” yang dalam
bahasa Inggris diterjemahkan death
yaitu kematian. Kata “alam maut” disini dalam teks bahasa Inggris yang
diterjemahkan “death” bukan menunjuk
suatu tempat dalam hal ini neraka, tetapi kata death tersebut menunjuk dunia kegelapan dan pengaruhnya ( Rom
5:21).
Dalam bahasa
Indonesia kata hades juga
diterjemahkan sebagai “kerajaan maut.”
Kata “kerajaan maut” dalam Perjanjian Baru ditulis sebanyak empat kali
(Wah 1:18; 20:13,14). Kata yang sejajar dengan kata hades dalam Perjanjian Baru adalah Phulake yang berarti: “penjara,” inilah yang sangat besar
kemungkinan hades itu (1Pet
3:19… dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh
yang di dalam penjara). Kata “penjara” dalam Alkitab terjemahan bahasa
Inggris ditulis “prison.” Selain kata
Phulake juga ada kata lain yang
dapat diterjemahkan penjara yaitu desmoterion. Semua kata ini menunjuk
tempat dan keadaan manusia setelah kematian, tetapi bukanlah tempat akhir
manusia. Tempat akhir manusia adalah Gehenna
(neraka- hell) atau samayim-ouranos (sorga). Jadi tegasnya syeol atau hades adalah tempat penampungan sementara atau intermediate state sebelum kebangkitan dan penghakiman.
KEBANGKITAN
DAN PENGHAKIMAN
Dalam pengakuan
iman rasuli, hal kebangkitan menjadi salah satu butir pengakuan iman. Dalam
pengakuan iman disebut mengenai “kebangkitan daging” (Yun: Sarkos). Ini berarti bahwa sejak dahulu bapak-bapak gereja telah
sangat memperhatikan pokok masalah ini. Bila kita memperhatikan Kisah Rasul dan
tulisan Paulus dalam berbagai bagian kita temukan bahwa hal kebangkitan adalah
hal sangat penting. (Kisah Rasul 4:2; 4:33; 17:32; 24:21). Paulus memiliki
pengharapan kebangkitan yang sangat kuat, seperti yang dapat kita temukan
dalam tulisan Paulus sendiri.
Dalam Perjanjian
Lama maupun dalam Perjanjian Baru, kita menemukan banyak ayat yang berbicara
mengenai kebangkitan. Yang menjadi masalah pelik dan harus dipersoalkan adalah:
“apakah yang dibangkitkan dari diri manusia itu?” Dalam kebangkitan yang
dibangkitkan bukanlah tubuh jasmaniahnya, sebab Alkitab berkata bahwa daging
dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, dan bahwa yang binasa
tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa (1Kor 15:50). Dengan demikian
yang dibangkitkan adalah kesadarannya.
Kebangkitan pada
hakekatnya adalah pemberian tubuh kemuliaan atas kesadaran manusia, yaitu pada
jiwa dan rohnya. Inilah pengharapan kita yaitu tubuh kemuliaan seperti yang
Alkitab tulis : “Karena kami tahu, bahwa
jika kemah tempat kediaman kita di bumi
ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga
bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan
manusia”. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di
atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (2Kor 5:1-2).
Paulus menyebut
tubuh fana ini sebagai tubuh yang “hina”
(Filipi 3:20-21), tetapi tubuh baru nanti adalah tubuh yang mulia, yaitu tubuh
yang serupa dengan tubuh kebangkitan Tuhan Yesus. Tubuh fana yang kita
kenakan ini dapat mengalami proses
penuaan dan pembusukkan (corruptible),
sakit, menua, aus dan akhirnya mati. Tubuh manusia diambil dari debu, maka akan
kembali menjadi debu. Penentuan Tuhan ini merupakan penentuan yang berlaku bagi
setiap manusia, bahwa tubuh fana manusia akan kembali ke tanah atau debu.
Tubuh kemuliaan
tidak dapat binasa (inccoruptible).
Tubuh kita hari ini adalah tubuh yang fana, artinya dapat mati (mortal), tetapi tubuh kemuliaan tidak
dapat mati (immortal). Inilah yang
disebutkan sebagai tubuh duniawi, tetapi tubuh setelah kebangkitan adalah tubuh
sorgawi. Dalam 1Korintus 15:40 Alkitab
berkata : “Ada tubuh sorgawi dan
ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan
tubuh duniawi”. Dalam 1Korintus 15:44, terdapat juga penjelasan mengenai adanya
“tubuh alamiah dan rohaniah”.
Dengan uraian
diatas ini dapat disimpulkan bahwa yang dibangkitkan bukanlah tubuh fana kita,
bukan tubuh duniawi atau tubuh alamiah, sebab semuanya ini akan hancur di dalam
tanah. Umumnya orang berpandangan
bahwa, tubuh yang sudah mati akan
dipertemukan dengan jiwa dan roh yang sudah kembali kepada Tuhan, lalu menjadi
tubuh kemuliaan (itulah sebabnya mereka menolak praktek kremasi). Tuhan akan memberikan tubuh “kekal” bagi setiap orang percaya, yaitu tubuh kemuliaan
yang tidak diambil dari tubuh fana.
(kalaupun kemungkinan ada keterkaitan dengan tubuh fana ini, kemungkinan
yang bisa terjadi, yang diambil adalah
DNA-nya. Sebab DNA manusia tidak rusak sekalipun terbakar atau sekalipun
tubuhnya hancur). Tubuh kebangkitan kita bukanlah berasal dari tubuh fana ini,
kecuali yang masih hidup tatkala Tuhan Yesus datang kembali, tubuh mereka diubahkan dalam sekejap (1Kor
15:51-53).
Tubuh kebangkitan
tidaklah membuat seseorang berwajah
lain. Ternyata Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan dapat dikenali, seperti manusia biasa yang
berdaging . Kita dapat menemukan beberapa ciri dari tubuh kebangkitan-Nya.
Tubuh kebangkitan-Nya dapat bersentuhan dengan alam ini atau benda-benda yang
juga dapat kita raba. Berarti tubuh kebangkitan tidak mesti membutuhkan
“benda-benda rohani” di alam roh, yaitu benda-benda dari alam yang berbeda
dengan alam fisik kita. Seperti contohnya, Tubuh kebangkitan Tuhan Yesus dapat berinteraksi dengan alam fisik kita ini
dan menikmatinya. Oleh karenanya Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya “
rabalah Aku ” (Luk 24:39).
Dalam kisah
kebangkitan Tuhan Yesus tersebut, ada
beberapa hal yang menarik sekali antara lain:
Tuhan Yesus dapat dipegang; Tuhan Yesus makan dan minum di hadapan
mereka; Tuhan Yesus dapat muncul tiba-tiba. Dalam bagian lain ia dapat menembus
tembok. Di ruangan yang tertutup, ia dapat masuk (Yoh 20: 26). Selain Lukas 24,
dalam bagian lain di Alkitab juga ditunjukkan dengan tegas bahwa, Tuhan Yesus
makan dan minum setelah kebangkitan-Nya atau setelah mengenakan tubuh kemuliaan
(Yoh 21:13). Dari ayat diatas ini, jelas bahwa Tuhan Yesus makan dan minum
dihadapan mereka. Jadi dengan tubuh kebangkitan Tuhan Yesus menikmati makanan
hasil dari bumi ini. Tubuh kebangkitan-Nya dapat menyesuaikan diri dengan
batasan-batasan kehidupan jasmani.
Masalah pelik yang
tidak mudah ditemukan jawabnya adalah bagaimana dengan tubuh kebangkitan orang
fasik? Dalam Daniel 12:2, tertulis: dan banyak dari antara orang-orang yang
telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup
yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal. Kebangkitan
tidak hanya terjadi atas orang benar, tetapi juga atas orang fasik.
Akhirnya, kita tidak perlu mempersoalkan mengenai perbedaan kualitas tubuh
kebangkitan orang benar dan orang fasik, yang penting untuk diketahui adalah
bahwa dengan tubuh yang tidak akan rusak, seseorang masuk kehinaan, kengerian
kekal atau kemuliaan kekal.
Ada saat dimana
semua orang akan berdiri dihadapan tahta Tuhan untuk diadili. Dalam Wahyu 20:11-15 diinformasikan dengan jelas
mengenai penghakiman ini:
Lalu aku melihat suatu takhta putih yang
besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan
langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati,
besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan
dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati
dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam
kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya,
dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya,
dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan
maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan
api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab
kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.
Peristiwa
dibuangnya jiwa-jiwa yang akan binasa dalam lautan api terjadi setelah kebangkitan semua orang mati,
dan setelah menghadap tahta pengadilan Allah (Wah 20:11-13). Pada waktu itu,
semua orang telah mengenakan tubuh kekal. Tubuh yang tidak dapat binasa
lagi. Inilah yang dimaksud oleh Daniel
12:2 Dan
banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan
bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami
kehinaan dan kengerian yang Kekal. Pernyataan Daniel bahwa sebagian manusia
bangkit untuk menerima hidup kekal, dan sebagian mengalami kehinaan dan
kengerian kekal, menunjukkan kepada penentuan nasib akhir manusia setelah
dihadapkan kepada penghakiman terakhir
(Wah 20:11-14)
Penghakiman itulah
yang menentukan apakah seseorang diperkenan masuk kedalam kehidupan di dalam
kerajaan Tuhan Yesus, atau dibuang kedalam “lautan api”. Alkitab mencatat bahwa
hanya orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan, yang memiliki keselamatan
(Wahyu 20:15). Dalam hal ini, dapat dipahami
bahwa hades merupakan “intermediate
state,” tempat penampungan sementara
sebelum seseorang dihakimi dan dibuang ke dalam lautan api atau
diperkenankan masuk kehidupan yang akan datang dalam kerajaan Tuhan Yesus
Kristus.
Lautan api adalah tempat final;
dimana orang-orang yang terpisah dari Allah terbuang untuk selama-lamanya.
Inilah yang disebut sebagai kematian kedua. Jadi, orang yang mengalami kematian
pertama, belum tentu mengalami kematian ke dua. Mereka akan melalui sebuah
penghakiman (Wah 20:11-14). Jadi bagi mereka yang ada di hades akan dihakimi, apabila tidak dijumpai namanya dalam kitab
kehidupan maka ia akan dibuang ke gehenna.
Timbul pertanyaan,
apakah mereka yang ada didalam hades apakah
masih bisa diperkenan masuk kehidupan yang akan datang atau masuk sorga? Tentu, apabila mereka dalam penghakiman
tersebut terbukti benar, maka mereka akan diperkenankan masuk dalan
kehidupan yang akan datang. Sehingga mereka terhindar dari lautan api. Penghakiman
yang dilakukan didasarkan banyak kitab-kitab (Wah. 20).
Jadi tegasnya,
setelah penghakiman tersebut maka manusia diperhadapkan kepada satu dari dua kemungkinan Sorga atau lautan
api. Mereka yang namanya terdapat dalam
kitab kehidupan, masuk kedalam dunia yang akan datang. Tetapi mereka yang
namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan,
dibuang ke dalam lautan yang
menyala-nyala.
GEHENNA
Neraka adalah kata
yang sering disebut-sebut, tetapi banyak orang tidak tahu apa neraka itu?
Neraka dalam bahasa Yunaninya adalah gehenna. Kata gehenna
berasal dari kata bahasa Ibrani ge hinom.
Disinyalir oleh beberapa ahli bahwa kata ini berarti “meratap”. Kata ge hinom bertalian dengan Lebak Ben-Hinom yang kita jumpai dalam beberapa bagian dalam
Alkitab Perjanjian Lama (Yosua 15:8; Neh 11:30).
|
Lebak Ben-Hinom adalah sebuah lembah
atau jurang bagian selatan Yerusalem, pusat penyembahan berhala pada jaman
raja-raja (2 Raja 23:10). Di tempat inilah diselenggarakan persembahan korban
anak-anak kepada dewa Molokh yang menjijikkan dihadapan Tuhan (2Taw 28:3;
33:6). Karena upacara-upacara yang
pernah diadakan ditempat tersebut, maka tempat dan nama itu menjadi lambang api
neraka. Api yang digunakan membakar anak-anak yang dikorbankan bagi dewa Molokh
memberi inspirasi neraka. Tempat tersebut juga dikenal sebagai “lembah
pembunuhan atau pembinasaan” (Yer 7:31-32 the
valley of Slaughter). Dalam perkembangan bahasa melalui bahasa Arab, kata
ini sangat mungkin muncul dalam bahasa kita menjadi kata “jahanam”.
Bagi orang Yahudi, kata gehenna mempunyai pengertian tempat
penghukuman bagi orang-orang berdosa. Kata “gehenna” biasanya hampir selalu
menunjuk tempat penyiksaan. Tempat yang disediakan bagi orang-orang jahat.
Dalam Alkitab bahasa Indonesia, gehenna
yang diterjemahkan “neraka,” ditulis dua belas kali, sebelas diantaranya
diucapkan Tuhan Yesus sendiri.
Kata gehenna
sering disertai keterangan tambahan yang dikalimatkan dengan “api yang
menyala-nyala” atau kata “api”. Hal ini menunjukkan bahwa tempat ini adalah
tempat hukuman kekal (Ing. Everlasting
Punishment). Gehenna ini bisa
menunjuk tempat terakhir penghukuman setelah penghakiman. Kata gehenna
dalam bahasa Inggris diterjemahkan hell.
Konsep
tentang tempat penghukuman yang diilustrasikan secara dramatis mengerikan ini
baru muncul dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama kita jumpai kata
syeol, yaitu tempat orang yang sudah meninggal. Syeol tidak selalu menunjuk tempat penyiksaan atau tempat
penghukuman. Kalaupun syeol juga
diisyaratkan sebagai tempat penghukuman, tetapi tidak diilustrasikan secara
dramatis mengerikan seperti gehenna.
Gehenna inilah tempat pembuangan
permanen bagi mereka yang tidak diperkenan tinggal dalam Kerajaan Bapa.
Gehenna
(neraka) adalah tempat sekaligus menunjuk sebuah suasana. Prinsipnya gehenna adalah tempat dimana
oknum-oknum yang terpisah dari Allah dan tidak memiliki kesempatan untuk
dipulihkan kembali. Walau Tuhan Yesus
menyinggung mengenai adanya api dan ulat yang tidak pernah padam, tetapi yang
sebenarnya hendak ditekankan adalah neraka sebagai tempat yang tidak
menyenangkan; tempat dimana murka Allah menyala dicurahkan.
Tuhan Yesus
memperingatkan bahwa neraka adalah tempat dimana api tidak pernah padam dan
ulat tidak pernah mati (Mark 9:42-43).
Ini menunjuk kepada keadaan yang dapat dirasakan menyiksa. Mereka ini
akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan
dan dari kemuliaan kekuatanNya, (2 Tes 1:9).
Kebinasaan dalam
2Tesalonika 1:9 ini tidak boleh dimengerti sebagai “lenyap” atau “hilang,”
tetapi kebinasaan disini menunjuk suatu keadaan yang tidak memiliki nilai,
tidak ada mutunya sama sekali. Dalam teks bahasa asli Alkitab adalah alethros yang dalam bahasa Inggris
versi King James diterjemahkan destruction, kerusakan atau kehancuran. Keterpisahan
dengan Allah adalah keadaan yang tidak ada mutunya sama sekali atau sebuah
kehancuran. Bila kita kaitkan dengan kata hidup kekal, maka hidup kekal bukan
hanya berbicara mengenai panjangnya hidup, dalam hal ini panjangnya hidup nanti
di sorga tetapi juga dalamnya hidup, kualitas hidup atau mutu hidup. Orang yang
memiliki Tuhan Yesus, dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan adalah orang yang
hidupnya bermutu, bukan hanya nanti di sorga, tetapi juga sekarang sementara
meniti hari-hari hidup ini.
Dalam Wahyu 20
ditemukan adanya kematian kedua dan lautan api; dimana maut dan kerajaan maut
dibuang kedalamnya. Maut disini terjemahan dari thanatos yang diterjemahkan death
menunjuk kepada orang-orang mati, dan kerajaan maut terjemahan dari hades yang dalam bahasa Inggris
diterjemahkan hell, menunjuk kepada
suasana neraka dibuang ke dalam lautan api (limne to puros). Lautan api adalah tempat bagi orang yang tidak
bertobat (Tetapi orang orang penakut,
orang orang yang tidak percaya, orang orang keji, orang orang pembunuh, orang
orang sundal, tukang-tukang sihir,
penyembah penyembah berhala dan semua
pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan yang menyala-nyala oleh api dan belerang;
inilah kematian yang kedua.” Wahyu
21:8)
Limne
to puros atau lautan api (The lake of
fire) sangat besar kemungkinan digambarkan dengan sebutan gehenna. Jadi bisa dipastikan bahwa
yang disebut gehenna dan limne to puros adalah sama. Itulah sebabnya kalau Tuhan
Yesus berbicara mengenai tempat orang-orang jahat, dimana ada api yang
menyala-nyala atau tempat penghukuman, maka Tuhan Yesus menggunakan kata gehenna (Mat 5:22; Mark 9:43-48 dll).
Neraka adalah
tempat orang-orang yang dihukum Tuhan: …Dan
mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam
hidup yang kekal (Mat 25:46). Siksaan kekal disini diidentifikasi dengan
kengerian yang dahsyat, yaitu tempat yang diwarnai dengan beberapa atribut.
Atribut-atribut ini merupakan ekspresi figurative atau penggambaran keadaan
neraka. Untuk lebih jelasnya, perlu
dikemukakan ciri-ciri dari neraka
tersebut yang ditulis oleh Injil. Ciri-ciri tersebut antara lain:
Pertama, api.
Tuhan Yesus sering menyinggung hal ini (Mat 5:22; Mark 9:43) Api dalam
ayat-ayat ini menunjuk kepada sarana penyiksaan yang tidak berhenti.
Kedua, ulat-ulat
bangkai dan belerang (Mark 9:48; Wahyu
14:10-11). Ulat- ulat bangkai menunjuk tempat yang tidak menyenangkan.
Kengerian dahsyat wujud hukuman Allah.
Ketiga, Ratap dan
kertak gigi (Mat 8:12). Kalimat bahwa “disana akan terdengar ratap dan kertak
gigi” menunjuk penyesalan yang sangat dalam. Sebuah kedahsyatan dari kengerian keadaan yang
ditinggalkan Allah.
Keempat,
kegelapan. Dalam Matius 8:12 Tuhan Yesus menyebut mengenai kegelapan di tempat yang terkutuk itu, yaitu neraka: … sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan
dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan ter dapat
ratap dan kertak gigi.” Kegelapan disini tentunya tidak boleh kita mengerti
secara lahiriah. Kata kegelapan disini adalah “skotos” merupakan kata figurative yang menunjuk tidak adanya
sukacita. Kegelapan disini belum tentu
berarti tidak ada cahaya, tetapi kegelapan disini bisa menunjuk
ketiadaan Allah atau Tuhan yang merupakan terang hidup itu (Yoh 1:4-5). Bagi
orang Yahudi terang adalah lambang sukacita dan kesenangan. Tidak ada terang berarti tidak ada sukacita atau
kesenangan.
Kelima, waktu yang
tidak terbatas. Dalam Wahyu 14: 11, menyebutkan bahwa siksaan tersebut
selama-lamanya. Realitas ini sangat dahsyat. Kebenaran ini hendaknya tidak kita
anggap ringan, tetapi peringatan keras agar kita terhindar dari tempat terkutuk
itu. Inilah lautan api itu (Wahyu 20:10).
JAGAD
RAYA
Sering
kita berkata mengenai jagad raya, tetapi tidak memahami sama sekali apa
sebenarnya jagad raya ini. Kata lain jagad raya adalah “alam semesta”. Jagad
raya adalah ruangan tak terbatas yang didalamnya terdapat planet-planet yang
tidak terbatas pula jumlahnya. Kalau jumlah galaksi tidak terbatas, betapa
lebihnya jumlah planet-planet.
Sampai
saat ini, ruangan jagad raya yang dapat diamati manusia barulah sejauh 17
milyard tahun kecepatan cahaya. Satuan
untuk menentukan jarak benda-benda langit adalah satu tahun cahaya, artinya
jarak yang dapat ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun. “Kecepatan cahaya”
adalah kecepatan gerak tercepat yang diketahui manusia. Bisa dibayangkan betapa luasnya tata surya
kita ini. Bila dibandingkan dengan luasnya jagad raya yang tidak terbatas, bumi sangat
tidak berarti.
Jagad
raya ini, yang terdiri dari milyaran galaksi dan setiap galaksi memuat milyaran
planet. Salah satu teori dari para
ilmuwan, meyakini bahwa jagad raya
dengan galakasinya terbentuk oleh “the
big bang”, sebuah ledakan dahsyat kira-kira belasan milyard tahun yang lalu.
Dari ledakan ini tentu terjadi
kekacau-balauan. Apakah ini yang Alkitab tulis dalam kejadian 1:2, yang
berbunyi: “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya,
dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Kalimat bumi belum
berbentuk dan kosong dari teks aslinya: tohu
wavohu. Kalimat ini bisa menunjuk adanya sebuah kekacaubalauan.
Bumi
termasuk dalam salah satu planet dalam salah satu galaksi yang disebut Bima
Sakti (Milky Way). Galaksi yang terdekat dengan galaksi Bima Sakti adalah “Awan
Magellan”. Galaksi bima sakti sangat
luas dengan diameter 100.000 tahun kecepatan cahaya. Dalam galaksi ini terdapat matahari dimana
bumi mengorbit padanya. Jadi matahari salah satu planet yang terdapat dalam
galaksi Bima sakti selain 9 planet besar lainnya (Merkurius, Venus, Bumi, Mars,
Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto). Bumi mengorbit mengitari
matahari bersama dengan planet-planet besar lainnya disebut sebagai sistim
matahari atau solar system. Jadi tata surya terdiri dari matahari dan
planet-planet yang mengelilingi. Menurut para ahli, selain 9 planet besar juga
terdapat 60 bulan di dalam tata surya kita, ribuan gumpalan batu-batu yang disebut
asteroid (ini bukan batu kecil tetapi gumpalan batu yang tidak menjadi planet)
yang bergerak kadang tak beraturan.
Sebagai
pertimbangan untuk dapat menghayati luasnya jagad raya bahwa jarak antara
matahari dan bumi sekitar 150.000.000 Km. menurut para ahli dengan kecepatan
cahaya perdetik adalah 300.000 Km, maka cahaya matahari mencapai bumi
membutuhkan waktu 8 menit. Delapan menit dari matahari cukup untuk menjangkau
bumi, bayangkan 17 milyard tahun, betapa luasnya jagad raya ini. Itupun baru
yang dapat dijangkau oleh manusia. Wah, dahsyat.
LOKASI SORGA
Sering kali muncul
pertanyaan: Dimanakah Sorga itu? Biasanya sorga diidentifikasikan sebagai yang
terletak “diatas” (Rat 3:50). Diatas mana? Jawaban terhadap pertanyaan ini
dapat kita peroleh, bila
menghubungkannya dengan proses kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga.
Dalam Kisah Rasul
1:9-10 tertulis: “Sesudah Ia mengatakan
demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari
pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu…
Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali
dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Yang menarik
dari informasi diatas adalah ketika Tuhan Yesus hendak kembali ke Sorga, Ia
tidak menghilang atau lenyap begitu saja, tetapi Ia secara fisik naik (seperti
terbang) ke atas sampai awan menutup-Nya.
Pertanyaannya
adalah mengapa demikian? Tentu ada pesan penting yang hendak disampaikan
melalui peristiwa tersebut. Pesan penting tersebut makin jelas maksudnya dengan
pernyataan dua malaikat: Bahwa Tuhan Yesus yang naik ke Sorga, akan datang
kembali “dengan cara yang sama”. Malaikat memberi pesan bahwa, seperti Yesus
naik ke sorga, demikianlah Ia turun. Ini
berarti cara kedatangan-Nya sama dengan ketika Ia naik ke sorga.
Kalau Sorga bukan
tempat yang ada di alam semesta ini, maka kemungkinan besar Tuhan Yesus
menghilang dan masuk alam lain, seperti misalnya alam roh. Tetapi sesungguhnya
tidaklah demikian, karena Alkitab mencatat bahwa “ia naik ke sorga kemudian
awan menutup-Nya”. Perhatikan fakta ini bahwa “Ia terus naik sampai awan
menutup-Nya”.
Pesan penting yang
kita peroleh dari peristiwa tersebut adalah adanya “arah ke Sorga.” Arah
tersebut adalah “ke langit.” Maksud “ke Sorga” atau “ke langit” ini adalah
adanya suatu tempat di alam semesta, di luar bumi, atau kemungkinannya ada di
luar Tata Surya kita ini, dimana Tuhan Yesus menetap. Oleh karena hal tersebut,
maka sangatlah logis kalau sorga diidentifikasikan sebagai terletak “di
atas.” “Di atas” di sini mempunyai
pengertian “di luar bumi” kita.
Kejadian kenaikkan
Tuhan Yesus ke Sorga, bukanlah sebuah penglihatan atau mimpi tetapi sebuah
realitas fisik. Dalam teks aslinya kata “melihat” adalah atenizontes,
dari akar kata atenizo yang berarti to gaze intently
(memandang dengan penuh perhatian secara terus-menerus), behold earnestly (stedfastly), fasten (eyes), look
(earnestly, stedfastly, up stedfastly), set eyes. Dalam terjemahan Alkitab versi King James,
bagian ayat tersebut diterjemahkan: looked
stedfastly toward heaven as he went up (melihat secara intensif, tetap atau
terus-menerus ke langit, ketika Ia naik ke atas). Jadi, hal ini benar-benar
merupakan fakta empiris (kenyataan pengalaman konkret), bukan suatu
penglihatan.
Dalam teks bahasa
Ibrani, kata Sorga terjemahan dari samayim, yang artinya langit (Heaven). Dalam teks Perjanjian baru
diterjemahkan ouranos yang juga berarti “langit” atau Heaven. Dari terjemahan teks asli
tersebut, samayim dan ouranos diisyaratkan bahwa Sorga ada di
sebuah tempat “diatas” yaitu di langit (bukan sky tetapi heaven). Jadi
tegasnya, Sorga bukan di alam roh dibalik dunia yang kelihatan ini, melainkan
di langit, sangat besar kemungkinan bagian dari jagad raya.
Berbicara mengenai
“lokasi Sorga,” Paulus menyaksikan adanya langit ketiga (2Kor 12:2-4). Apakah
langit ketiga itu? Menjawab pertanyaan mengenai langit ketiga, perlulah kita
hubungkan dengan pernyataan adanya langit pertama yang dinyatakan dalam Wahyu
21. Dalam banyak pendapat yang dianggap penulis sebagai sesuatu yang cukup
logis, di nyatakan adanya 3 tingkat
langit, yaitu:
•
Langit pertama,
kemungkinan adalah lokasi di sekitar tata surya kita, juga barangkali segala
benda yang ada di tata surya kita, yaitu segala sesuatu yang bersifat bendani.
Langit pertama inilah yang akan dihancurkan sama sekali oleh Tuhan (2Pet
3:9-11). Bumi dan langit dalam wilayah tata surya kita ini kelak menjadi lautan
api (Yun. limne tou puros).
•
Langit kedua,
kemungkinan adalah lapisan langit yang menjadi tempat kuasa-kuasa kegelapan
bertahta. Itulah sebabnya kuasa kegelapan disebut sebagai “penguasa-penguasa di
udara” (Ef 6;12). Kata “di udara” dalam teks aslinya adalah epouranios yang bisa diterjemahkan celestial (sesuatu yang bertalian dengan
angkasa) atau above the sky (diatas
langit).
•
Langit ketiga
adalah Sorga. Disebut sebagai langit ketiga menunjuk tempat yang terbaik dan
tertinggi. Orang-orang Yahudi memandang angka tiga adalah angka sempurna.
Barangkali kita
tidak perlu mempersoalkan mengenai langit pertama dan langit kedua, yang
penting kita memahami adanya langit ketiga yang merupakan realitas dari Sorga,
dimana Tuhan bersemayam. Penjelasan mengenai “lokasi sorga” secara keseluruhan
diatas ini,, akan membangun konstalasi berpikir yang benar, yang dapat membuka
pengertian kita mengenai Sorga secara benar.
PENGANGKATAN
Sebenarnya penjelasan mengenai pengangkatan tidak dapat
dipahami lengkap kalau tidak membahas epifaneia (penyataan atau penampakan
Tuhan Yesus) dan tribulasi (masa sengsara), bahkan seharusnya yang kita bahas
terlebih dahulu epifaneia barulah pengangkatan. Tetapi oleh karena kita sedanag
membahwa mengenai Sorga maka kita membahas mengenai pengangkatan ini yang
direlasikan dengan Sorga.
Kata diangkat atau pengangkatan disebutkan beberapa kali
dalam Alkitab. Kata ini dalam bahasa Yunani, akar katanya harpazo. Dalam 2Korintus 12:2-4: Aku tahu tentang seorang kristen;
empat belas tahun yang lampau - entah didalam tubuh aku tidak tahu, entah
diluar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang
mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat
ke tingkat yang ke tiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu -
entah didalam tubuh, entah diluar tubuh, aku tidak tahu, Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba
diangkat ke Firdaus dan ia mendengar
kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia. Kata “tiba-tiba diangkat” dalam teks
aslinya adalah adalah harpagenta (2Kor
12:2) dan harpage (2Kor 12:4), dua kata tersebut memiliki akar kata yang sama
yaitu “harpazo”.
Dalam 1Tesalonika 4:17 juga ditemukan kata
yang sama ini yaitu “harpagesometha,
akar katanya juga “harpazo” yang dalam teks bahasa Indonesia terjemahan
baru diterjemahkan “akan diangkat”.
Dalam Wahyu 12:5 dapat ditemukan pula kata harpazo ini yang diterjemahkan
“dibawa lari”. Dalam Wahyu 12:5 tersebut
kita menemukan pernyataan : ..tiba-tiba anakNya itu dirampas dan dibawa
lari kepada Allah dan ketahtaNya. Kata “dibawa lari” dalam teks aslinya adalah “herpaste” dari akar kata
“hapaszo”. Dengan penjelasan ini
dimaksud agar pembaca memahami bahwa
pengangkatan hanya terjadi sekali saja.
Bilamana itu terjadi? yaitu pada waktu mana Tuhan memindahkan orang percaya
dari dunia yang terbakar oleh api (2Pet
3:10-13) ke suatu tempat tertentu yang sudah Allah sediakan, yaitu langit baru
dan bumi baru (2Pet 3:10-13). Itulah sebab kata yang digunakan untuk ini adalah
“harpazo” yang artinya dipindahkan. Kata
pengangkatan inilah yang dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan “rapture”.
Kata rapture berasal dari bahasa latin “rapio”
yang mempunyai pengertian: dikepung,
dipaksa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata rapio ternyata
singkron dengan pengertian kata harpazo.
Dengan demikian pengangkatan sebenarnya
menunjuk suatu kejadian dimana seseorang dipindahkan dari satu tempat ke tempat
lain. Dalam satu terjemahan Alkitab
bahasa Inggris (New International
Version) 1Tesalonika 4:17 diterjemahkan “caught up” namun pada umumnya orang
menggunakan istilah repture untuk
kata pengangkatan ini. Pada prinsipnya pengangkatan hanya terjadi sekali saja
yaitu pada akhir segala sesuatu. Peristiwa besar ini terjadi pada akhir
Kerajaan 1000 tahun.
Kata “pengangkatan” haruslah dimengerti
secara tepat. Pengangkatan ini hendaknya tidak hanya diartikan sebagai melayang
ke atas seperti benda ringan (seperti balon), pengangkatan harus dimengerti
secara dewasa dan dalam perpektif dimensi ilahi. Pengangkatan berarti dibawa
keluar dari alam kita yang fana ini
masuk kedalam “alam yang baru”.
Dalam bayangan atau imaginasi banyak orang Kristen pengangkatan hanya
dimengerti sebagai melayang ke atas. Keatas mana?. Bukankah bumi ini bulat ?.
Menatap bumi ini dengan menggunakan perbandingan luasnya jagad raya, maka bumi bagai sebuah bola kecil yang melayang diudara yang sedemikian luas, tak bertepi
dan tak terbatas. Oleh sebab itu pasir
di laut dan bintang dilangit masih bisa banyak bintang di langit.
Bila
kita mengamati kitab Kisah Rasul 1:9-11, khususnya ayat yang ke 11, kita
menemukan peristiwa dimana Tuhan Yesus terangkat ke sorga. Peristiwa ini
diperangati oleh orang Kristen sebagai hari raya “kenaikan Tuhan Yesus”. Dalam
Kisah rasul 1:9-11 ditulis: Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah
Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupnya dari pandangan mereka. Ketika
mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua
orang yang berpakaian putih dekat mereka dan berkata kepada mereka: “Hai
orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini yang
terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang
sama, seperti kamu melihat Dia naik ke sorga
Dari perikop ini yang kita akan perhatikan adalah kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Sebab
kenaikkan Yesus inilah yang ternyata berkaitan dengan peristiwa pengangkatan
yang akan terjadi kemudian hari. Sehingga kenaikkan Yesus ke sorga ini
merupakan model “pengangkatan” yang akan dialami oleh setiap orang percaya
suatu hari kelak.
Perlu diamati fakta bahwa Yesus
terangkat lalu “awan menutupNya dari pandangan mereka” (Kiss 1:11). Dalam teks
aslinya kata “menutupnya” adalah hupolaben
auton. Kata ini berarti pula “diraibkan” dalam teks Inggrisnya bisa
diterjemahkan “receive Him out” (King James Version), dalam terjemahan New
International Version diterjemahkan “hid” .
Kalimat “Awan menutupNya dari pandangan
mereka” bisa menunjukkan paling tidak 3 hal. Hal-hal tersebut antara lain:
-
Bahwa Tuhan
dipermuliakan, pindah dari alam kita ini ke tempat dimana semula Tuhan Yesus berada . Dalam Yohanes 13:1
ditulis: Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia
ini kepada Bapa. Dalam ayat ini hendak ditegaskan bahwa yesus hendak kembali ke
tempat dimana Ia berasal. Karenanya Tuhan Yesus bisa berkata: Aku bukan dari
dunia ini (Yoh 17:14).
-
Bahwa tempat
dimana Yesus berada hari ini tidak dapat dijangkau oleh pandangan mata dan
jangkauan pengertian kita. Ini berarti bahwa terdapat selisih jarak yang tak
mampu kita mengerti antara dunia kita ini atau planet bumi yang kita pijak
dengan tempat dari mana Tuhan Yesus berasal.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
pengangkatan adalah istilah untuk menunjukkan perpindahan orang percaya. Perpindahan dari planet bumi ini ke
suatu tempat dimana dosa dan penghulu kuasa kegelapan tidak ada lagi. Perlu
ditegaskan bahwa pengangkatan itu sama dengan perpindahan. Sangat tepat sekali
Paulus menggambarkan bahwa “seseorang
yang diangkat” yang dilihatnya
dibawa ke tingkat yang ke tiga dari sorga (2Kor 12:2-4. Yun.tritou ouranou; Ing.the third heaven).
Kalimat ini juga bisa diterjemahkan “langit yang ke tiga”.
The third heaven atau langit ke tiga (tingkat
ke tiga dari sorga) menunjuk adanya “sebuah lokasi” yang nyata bukan sesuatu
yang gaib atau mistik. Tempat dimana
suatu hari kelak orang percaya bertemu berdomisili. Tempat atau lokasi disini
tidak boleh kita mengerti sebagai suatu “alam” dibalik alam nyata ini. Sebab
semuanya adalah nyata. Lokasi tersebut juga adalah “nyata”, hanya sekarang kita
tidak mampu memahaminya. Jagad raya yang sedemikian luas adalah fasilitas
“lokasi” yang tidak terbatas. Bukan tidak mungkin lokasi itu di suatu tempat
yang jaraknya “sekian juta tahun” kecepatan cahaya dari planet bumi kita ini.
Dengan kemampuan “karunia” ilahi Paulus melihat”nya”. Kata “nya” disini diberi
tanda kutip dimaksudkan untuk
dipertimbangkan barangkali yang
disaksikan Paulus bisa “Stefanus” atau “Yesus” ?.
Peristiwa kenaikkan Yesus ke Sorga digambarkan
dalam Wahyu 12:5: Maka ia melahirkan seorang
Anak laki-laki, yang akan menggembalakan
semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari
kepada Allah dan ke tahtaNya.
Terdapat bentuk paralel atau simetris antara
peristiwa kenaikan Tuhan Yesus dengan “dilarikannya Anak “ dalam Wahyu
12:5. Kebenaran ini lebih dapat
dipertegas dengan apa yang diinformasikan oleh Injil Markus 16:19: Sesudah
Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu
duduk disebelah kanan Allah. Apa yang dikemukakan dalam Markus 16:19
adalah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus yang ditulis oleh Lukas dalam Kisah Rasul
1:9-11. Bedanya didalam kisah Rasul tidak terdapat penjelasan bahwa Ia “duduk
disebelah kana Allah”. Penjelasan tambahan ini membuka mata kita untuk melihat
singkronisassi Wahyu 12:5 dengan peristiwa kenaikkan Tuhan Yesus. Dalam Wahyu
12:5 Tuhan Yesus dibawa ke tahta Allah, pernyataan ini paralel dengan apa yang
dikemukakan Markus: “lalu duduk di sebelah kanan Allah”.
Kalau ayat mengenai kedatanganNya diawan-awan
dihubungkan dengan 1Tesalonika 4:17, maka ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dengan seksama. Perlu kita perhatikan kalimat:
“Kita akan diangkat bersama-sama dengan
mereka di awan-awan permai menyongsong Tuhan”. Dalam teks aslinya ditulis “harpagesometha en nephelais” (Ing.
shall be seized in clouds) . Kalimat ini
dapat diterjemahkan : di tangkap atau diambil mendadak (to take or grasp
suddently). Dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris New International Version : will be caught up. Dalam kalimat terdapat
indikasi bahwa Tuhan dari awan-awan datang mengangkat kita semua dan membawanya
ke tempat lain. Keluar dari bumi ini. Pengangkatan adalah perpindahan manusia
(umat pilihan) dari langit dan bumi kita sekarang ke langit yang lain. Bisa
berarti dari gugusan bintang yang satu ke gugusan bintang yang lain.
“Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama
dengan Tuhan.” Dalam teks ini tidak ditunjukkan bahwa kita akan turun kembali
ke bumi atau Tuhan mengajak kita kembali ke bumi. Beberapa penafsir Alkitab
berpendirian bahwa setelah orang diangkat selama 7 tahun atau tiga setengah
maka orang percaya dibawa Tuhan Yesus kembali ke bumi. Pandangan ini perlu
dikoreksi dengan jujur.
Dalam 1Tesalonika 4:17 dikatakan bahwa kita akan bersama-sama dengan Tuhan
selama-lamanya. Ini menunjuk kepada
pengangkatan dimana kita bersama-sama dengan Tuhan di sorga. Kalimat
“bersama-sama dengan Tuhan” (Yun.pantote sun kurio esometha. Ing. so shall we
ever be with the Lord) menunjuk perubahan final, dimana orang percaya
dipindahkan dari dunia ini ke dalam persekutuan dengan Allah secara sempurna,
yaitu dalam kerajaanNya. Inilah yang Tuhan Yesus maksudkan “supaya di tempat
dimana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14:3). Itulah Sorga itu, langit baru
dan bumi yang baru.
Dalam hal ini harus ditegaskan bahwa
pengangkatan dari akar kata “harpazo” menunjuk kepada suatu gerak dimana
sesuatu dipindah dengan paksa atau secara cepat ketempat lain. Perpindahan ini
bersifat permanen, bukan sementara. Hal ini ditegaskan dengan kata
“selama-lamanya” bersama dengan Tuhan.Tidak dikatakan dan tidak ada kesan sama
sekali bahwa orang percaya akan turun ke bumi lagi.
Kedatangan Tuhan yang kedua kali nanti
menunjuk suatu awal dimana sejak saat itu Tuhan bersama-sama dengan kita secara
fisik. Jadi maksud kalimat ”bersama-sama dengan Tuhan” menunjuk perubahan akhir
keberadaan orang percayaan, dari bumi ini ke “tempat Yesus berada”. Inilah yang
dimaksud oleh Paulus dalam Filipi 1:23, “diam bersama-sama dengan kristus”.
Perlu dicamkan bahwa dalam teks 1Tesalonika
3:13-18 tidak ada penjelasan mengenai perubahan tubuh. Hal ini bisa kita
mengerti, sebab perubahan tubuh sudah terjadi, sebab pada waktu
pengangkatan orang percaya sudah mengenakan
tubuh kebangkitan (1Kor 15:50-58; Wahyu 20:1-5).
Harus diterima dan dipahami bahwa konteks
pembicaraan pengangkatan dalam perikop ini (1Tes 4:13-18) pokok bahasan utama
bukan mengenai pengangkatan tetapi mengenai nasihat penghiburan bagi orang yang
ditinggal mati oleh orang yang mereka
kasihi. Dalam menganalisa sebuat teks atau ayat, sangat penting memperhatikan
keterkaitannya dengan ayat sesudah dan
sebelumnya. Harus ditemukan “berita sentral” atau berita pokok perikop itu.
Bila seseorang gagal menemukan berita pokok sebuah perikop maka besar
kemungkinan terjadi kesalahan tafsir terhadap teks atau ayat yang dianalisa.
Harus dicamkan benar bahwa perikop dalam 1Tesalonika 4:13-18 berita sentralnya
adalah nasihat penghiburan bagi orang
yang berdukacita karena ditinggal mati oleh orang yang mereka kasihi.
Orang Saleh Yang
Turun Dari Sorga
Telah mengakar
dalam pemikiran sebagian orang percaya bahwa sebelum aniaya orang-orang yang
setia akan diangkat agar terhindar dari tribulasi atau masa sengsara selama 3,5
tahun. Untuk ini kita harus mengklarifikasi dengan jujur berdasarkan landasan
ini :
-
Bahwa yang turun
dari sorga atau yang dibangkit ke dua adalah orang yang sudah pernah mati.
Dalam hal ini mati martir
-
Bahwa tidak pernah
terdapat prinsip bahwa orang percaya
boleh luput dari aniaya.
-
Bahwa tidak mungkin orang yang tidak setia dalam
perkara kecil dapat setia dalam perkara besar.
Dalam Yudas
14-15di katakan :
Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh
dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu
orang kudusNya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas
orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena
semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu
terhadap Tuhan."
Mengamati ayat ini kita tidak menemukan bahwa
orang kudus ini adalah orang-orang yang diangkat sebelum masa aniaya. Justru
sangat besar kemungkinan bahwa orang kudus yang dimaksud disini adalah:
- Orang yang telah teruji taat kepada
Tuhan. Bukan seorang pengecut yang dilarikan dari ujian. Bukankah Alkitab
mengatakan bahwa emas harus diuji dengan api. Ini sejajar dengan bahwa kesucian
kita atau kehidupan rohani kita akan diuji untuk menunjukkan kemurnian iman
kita (1Pet 1:5-7; 2Pet 4:12-14)
Selanjutnya perlu ditinjau kembali ‘teori’
pengangkatan sebelum aniaya: bahwa orang percaya yang ‘sungguh-sungguh’ tidak
turut menderita aniaya dari pihak Antikris, sementara orang percaya yang tidak
sungguh-sungguh harus mengalami aniaya. Pernyataan ini bisa menyalahi prinsip
kebenaran yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri dan terdapat di banyak bagian
dalam Alkitab bahwa setiap orang percaya harus teraniaya (2 Tim 3:12; Yoh
15:18-21; Roma 8:17: hanya orang yang menderita bersama Yesus yang akan
dimuliakan).
2 Timotius 3:12
Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan
menderita aniaya,…
Yohanes 15:18-21.
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu
membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi
kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah
memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang
telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada
tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu;
jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu.
Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab
mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.
Roma 8:17
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya
orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya
bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia,
supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.
Terlampau banyak ayat yang menegaskan
bahwa setiap orang percaya harus teraniaya dan justru aniaya tersebut akan
mengerjakan kemuliaan bagi orang percaya. Mereka yang akan duduk disebelah
kanan dan kiri Tuhan dalam kemuliaan pemerintahanNya adalah yang minum cawan yang diminum Tuhan
dan dibaptis dengan baptisan yang Yesus terima.
Markus 10:39
Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka:
"Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis
dengan baptisan yang harus Kuterima.
Cawan dan baptisan dalam Markus 10:39
menunjuk kepada penderitaan karena kebenaran atau penderitaan oleh kehendak
Allah.
1 Petrus 4:12-14
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan
yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa
terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu
dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan
bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika
kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada
padamu.
Harus diingat bahwa tidak ada murid yang
lebih besar dari gurunya dan tidak ada
hamba yang lebih besar dari tuannya. Kalau Yesus yang adalah guru dan
tuan kita menderita maka kita harus mempersenjatai diri dengan prinsip ini:
bahwa aniaya dan penderitaan juga bagian dari panggilan kita sebagai orang
percaya. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak
berharap lolos dari aniaya. Bila kita berharap demikian maka kita menjadi orang percaya yang ‘pengecut’ dan
‘rentan’. Janji para pengkhotbah dewasa ini
adalah bahwa orang percaya tidak akan dianiaya tetapi mengalami
pengangkatan untuk terhindar dari aniaya menciptakan orang percaya yang
‘kerdil’ dan tidak ‘teguh’. Penyingkiran ‘perempuan’ yang dikisahkan dalam
Wahyu 12:6 tidak boleh gegabah kita artikan sebagai ‘gereja Tuhan’ yang
disingkirkan selama tiga setengah tahun luput dari aniaya, sebab dalam ayat
ke-17 ternyata perermpuan tersebut memiliki keturunan lain yaitu orang yang
menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Mereka yang memiliki
kesaksian Yesus tentu adalah orang percaya secara individu dan gereja Tuhan
secara komunal. Jadi wanita yang muncul dalam Wahyu 12:6 tentu bukan gereja Tuhan. Hendaknya kita
tidak tergopoh-gopoh mengartikan bahwa perempuan tersebut adalah gereja, hanya
oleh karena ‘ia’ berjenis kelamin perempuan di mana hal ini cocok dengan
gambaran gereja sebagai mempelai Kritus. Kristus mempelai laki-laki dan gereja
Tuhan sebagai mempelai wanita.
Persoalan lain yang harus diperkarakan
adalah bagaimana dengan orang yang tidak diangkat, apakah mereka harus
mengalami aniaya? Sanggupkah mereka setia sampai mati? Memang ternyata dalam
kitab Wahyu ada orang-orang yang setia sampai akhir. Masalahnya sekarang adalah
bagaimana seseorang yang selama tidak ada aniaya Antikris saja sudah tidak
setia apalagi kalau ada aniaya. Tuhan Yesus jelas berkata:
“Barang siapa
setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar.
Dan barang siapa tidak benar dalam
perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Luk 16:10).
Formulasi yang diucapkan Tuhan dalam Lukas
16:10 ini bukanlah hipotesis tetapi kebenaran yang mutlak benar tak dapat
direduksi atau dikurangi dan ditawar harganya. Lebih jauh terdapat pandangan
bahwa orang yang tidak diangkat harus menebus keselamatannya dengan ‘darahnya’.
Bagaimana mereka mampu menebus keselamatan dengan darahnya. Lagi pula Alkitab
tidak menyinggung hal ini sama sekali. Teori pengangkatan ‘model yang sudah
populer’ tersebut merusak kebenaran dan melanggar prinsip Lukas 16:10. Hanya
orang-orang yang ‘hari ini’ berjaga-jaga, setia dan disiplin menegakkan
kebenaran Allah dalam hidupnya yang akan luput dari sengsara besar itu dan
bertahan berdiri dihadapan anak manusia.
Lukas 21:34-36
Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan
serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan
tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua
penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu
beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu
tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.
Kesempatan untuk
selamat adalah ‘hari ini’ dengan kehidupan yang ‘serius’ mengiring Tuhan, bukan
nanti saat menghadapi ganasnya Antikris.
Kalau kita percaya bahwa akhir dari
perjalanan sejarah gereja adalah aniaya, mengapa Tuhan Yesus sendiri berkata
bahwa pada akhir zaman orang makan minum, membeli menjual, membangun menanam
sampai kemudian Tuhan datang. ‘Mereka tidak tahu sesuatu, mereka tidak
menduga’. Mereka tidak sadar datangnya hari besar tersebut, sebab roda
kehidupan ‘berputar wajar’; tidak ada sesuatu yang luar biasa, juga berkenaan
dengan aniaya ini.
Matius 24:37-42
"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak
pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air
bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke
dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang
dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan
Anak Manusia. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan
dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang
memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan
ditinggalkan. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana
Tuhanmu datang.
Lukas 17:26-30
Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak
pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan
dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air
bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman
Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan
membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan
hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya
kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.
Lebih tegas lagi Tuhan berkata pada waktu
itu ada dua orang di ladang, memutar batu kilangan, tidur di tempat tidur
(bukan tidur di gua-gua dalam pelarian karena kejaran tentara Antikris, seperti
teori yang selama ini populer), yang satu dibawa dan yang lain ditinggal.
Lukas 17:34-37
Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat
tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang
perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan
ditinggalkan." (Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa
dan yang lain akan ditinggalkan.) Kata mereka kepada Yesus: "Di mana,
Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ
berkerumun burung nasar.
Penjelasan di atas jelas mudah dimengerti
dan dipahami, tidak perlu penafsiran yang rumit. Tuhan Yesus sendiri yang
mengucapkan keterangan ini. Oleh sebab itu
kita tidak perlu ragu-ragu menerimanya. Dengan demikian kita harus
berani mengambil langkah bahwa segala bentuk penafsiran yang berstatus
‘kira-kira’, tidak tegas, tidak bold ( tidak terang) patut dikesampingkan dan
dilupakan.
Selanjutnya dalam surat Tesalonika
dinyatakan bahwa hari-hari itu dikatakan semuanya damai dan aman.
1 Tesalonika 5:3
Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka
ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh
sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput.
Walau dalam ayat itu ‘pernyataan damai dan aman’ adalah sebuah
pernyataan dari suatu kelompok atau seseorang, namun pernyataan tersebut tentu
sebuah pernyataan yang beralasan. Pernyataan tersebut sudah merupakan indikasi
yang jelas bahwa suasana aniaya Antikris
tidak ada pada akhir perjalanan sejarah gereja pada semua tempat. Kalimat ‘tidak pada semua tempat’ di sini hendak
mengisyaratkan bahwa memang masih ada aniaya oleh gerakan Antikris tetapi hanya
di beberapa tempat, seperti yang terjadi
di negeri di mana penulis menetap.
Hari ini aniaya hanya berlaku secara
sporadis dan di beberapa tempat saja di belahan bumi. Di negeri Barat aniaya
semacam ini sudah nyaris tidak ada, justru mereka (negara-negara Kristen)
dipakai Tuhan untuk melindungi orang percaya yang sedang dalam aniaya oleh
gerakan binatang seperti yang diungkapkan dalam Wahyu 12 itu yaitu gerakan
Antikris. Negara-negara yang menerima Injil atau negara-negara Kristen juga
dipakai Tuhan untuk mendukung berdirinya kembali negara duniawi umat pilihan
Allah secara jasmani, yaitu penggenapan dari rencana agung Tuhan mengembalikan
‘umat pilihan tersebut’ ke tanah yang mereka percayai sebagai milik mereka.
Jadi tidak heran kalau pada umumnya negara-negara Islam khususnya dunia Arab
membenci atau tidak bersahabat dengan negara-negara Kristen. Bahkan dampaknya
di negera-negara mayoritas Islam terdapat orang-orang Kristen yang tertindas.
Ini sebuah fakta yang tidak dapat ditutup-tutupi. Hal ini terjadi sebab mereka mengidentikkan
Yahudi dan Zionisme dengan Kekristenan.
Kata ‘dibawa’ dalam Lukas 17:34-36 teks
aslinya adalah “paralephthesetai”
dari akar kata paralambano yang harus diterjemahkan “dibawa” to
take to one’s side, jadi dibawa secara horisontal bukan diangkat (rapture). Untuk rapture digunakan kata “harpazo” yang artinya dibawa dengan
paksa, dalam bahasa Inggris diterjemahkan: take away by force, atau sering dimengerti sebagai diangkat secara vertikal. Kata diangkat atau
pengangkatan disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Kata ini dalam bahasa
Yunani seperti yang dikemukakakan di atas akar katanya harpazo dalam 2 Korintus 12:2, 4 diterjemahkan “tiba-tiba
diangkat”. Dalam 1 Tesalonika 4:17: "sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal,
akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di
angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." harpagesometha diterjemahkan ‘akan diangkat’. Dalam Wahyu 12:5
diterjemahkan “dibawa lari”. Kata ini dalam bahasa Inggris “rapture” yang berasal dari bahasa latin
“rapio” yang mempunyai pengertian:
“dikepung, dipaksa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.” Dalam satu terjemahan Alkitab bahasa
Inggris (NIV) 1 Tesalonika 4:17 diterjemahkan “caught up” namun pada umumnya orang menggunakan istilah ‘rapture’ untuk pengangkatan ini. Pada
prinsipnya pengangkatan hanya terjadi sekali saja yaitu pada akhir segala
sesuatu. Ini terjadi pada akhir Kerajaan 1000 tahun atau milenium damai.
Perlu ditambahkan di sini bahwa Lukas 17
bukan menunjuk mengenai pengangkatan, tetapi pentahbisan anak-anak Allah untuk
memperoleh pemuliaan sebagai anak-anak Allah guna memerintah bersama-sama
dengan Yesus.
Roma 8:18-22
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat
dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan
sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena
seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya
sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam
pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan
kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita
tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama
merasa sakit bersalin
Mat 24:31
Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup
sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang
pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung
langit yang lain.
Terdapat
banyak lagi pengajaran mengenai akhir zaman yang “tidak logis” dan sebenarnya
menyalahi prinsip Alkitab yang selama ini terlanjur diterima sebagai kebenaran.
Namun semua contohnya tidak dapat diutarakan di sini. Saya akan menyajikan pada
kesempatan lain.
Hamargedon Dan Akhir 1000 tahun Damai.
Akhir perjalanan hidup orang percaya yang
penuh tekanan dan pengembaraan sukar ini adalah pada perang yang dikatakan
Tuhan Yesus : dimana ada banyak mayat, disitu berkerumun burung nazar (Luk
17:34-37). Suatu hari kelak akan terjadi
suatu perang besar yang bermuara pada
niat untuk menghancurkan umat pilihan Allah, yaitu bangsa Israel. Tetapi pada
waktu itulah Tuhan Yesus datang menyelamatkan bangsa Israel. Bangsa Israel akan
menatap Dia yang mereka tikam.
Yesus yang tidak kelihatan akan menampakkan
diri untuk menyelamatkan umat pilihanNya
keturunan jasmani Abraham, yaitu bangsa Israel ( Zak 12:1-14). Tokoh yang
menampakkan diri dan menyelamatkan
bangsa Israel itu jelas Yesus sendiri
yaitu “Dia yang tertikam” (Yoh 19:37; Wah 1:7).
Sebelum kerajaan 1000 damai didirikan, Tuhan Yesus, datang
dengan perbuatan ajaib untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kesesakan besar.
Ini belum masa pengangkatan (rapture).
Hal ini didahului dengan berkumpulnya sejumlah besar tentara asing yang
hendak menghancurkan Yerusalem (Wah 19:17-21; Yehez 39:1-29).
Mengenai terancamnya bangsa Israel oleh
musuh-musuh mereka dinubuatkan dalam
beberapa bagian dalam Alkitab tetapi yang cukup menonjol dalam Zakaria
12:1-14. Iblis memang berusaha untuk mengejar keturunan dari wanita yang
ditampilkan dalam Wahyu 12, baik “anak” itu maupun keturunanNya yang lain
(wahyu 12:17). KeturunanNya yang lain adalah bangsa Israel yang disebutkan sebagai “yang menuruti hukum-hukum
Allah dalam hal ini Torat (Wah 12:17) dan mereka yang memiliki kesaksian Yesus yaitu orang-orang Kristen yang
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan mengalami kuasa kebangkitanNya (Wah
12:7).
Harus disadari iblis melakukan niatnya dengan
berbagai manuver-manuver: manuver religius (melalui agama-agama palsu dan
nabi-nabinya; manuver politik; manuver sosial, manuver moral dll. Manuver
terakhir sebelum jaman 1000 damai ini adalah manuver senjata dengan maksud
menghancurkan Israel yang adalah poros dari penggenapan rencana Allah di akhir
jaman.
Iblis berusaha menghancurkan Yerusalem sebab
Iblis tahu bahwa Yesus akan datang di wilayah itu dan menjadikan Yerusalem
sebagai pusat pemerintahanNya (Amos 9:11-15; Kiss 15:16-18). Bila mengamati
Amos 5 maka kita menemukan bahwa dari ayat 1 Amos menuturkan penglihatan yang
ia terima dari Tuhan. Apa yang disaksikan ini adalah nubuatan tentang peristiwa yang akan terjadi
di masa depan, yaitu “nasib” atau keadaan bangsanya.
Bangsa Israel mengalami penderitaan luar
biasa akibat kesalahan mereka. Tetapi diakhir pukulan Tuhan tersebut, Tuhan
akan memulihkan kembali bangsa itu dan mengembalikan bangsa tersebut ketanah
airnya dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah dijanjikan
Tuhan untuk mereka miliki. Disini jelas nampak konsekwennya Tuhan dan kasih setiaNya
terhadap Abraham, bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah yang mewarisi tanah
Kanaan. Allah adalah Allah yang setia, yang berkuasa menggenapi janji yang
telah diucapkanNya. Allah tetap memilih bangsa itu sebagai umat pilihan Allah
sampai selama-lamanya. Dalam Roma 11:28-31 dijelaskan bahwa Allah tidak
menyesali kasih karunia dan panggilanNya.
Gerakan menghancurkan Israel ini dipicu
oleh pihak-pihak yang tidak menyukai
berdirinya Yerusalem dan dibangunnya kembali bait Allah di kota Yerusalem.
Inilah gerakan antikris, yaitu pihak yang tidak menyukai kekristenan pula,
bahkan berusaha untuk menghapuskannya.
Hal tersebut akan menggerakkan tentara dalam jumlah besar memerangi
Israel. Pada waktu itu Mikhael mendampingi Israel (Dan 12:1). Gerakan melawan Israel
(manuver senjata atau kekerasan) ini lebih berunsur religius dari pada unsur
politik. Ini adalah gerakan yang sebenarnya dipengaruhi oleh suatu manuver roh
yang dahsyat yaitu manuver dari “luciver” atau naga besar yang dijatuhkan ke
bumi (Wah 12:13-18). Amerika bisa mendampingi Israel tetapi Tuhan Yesus yang
menyelamatkan, bukan Amerika. Pada saat yang genting tersebut, ketika Israel
dikeroyok oleh musuh-musuhnya maka Tuhan Yesus
datang dan menghancurkan
musuh-musuh itu. Saat itulah semua dunia melihat bahwa Yesus Kristus adalah
Messias (sangat besar kemungkinan melalui media elektronika dan komunikasi yang
makin canggih).
Perbuatan tangan Tuhan yang menghancurkan
musuh-musuh Israel ini bagi orang Yahudi
adalah saat penyelamatan bangsa tersebut (Roma 11:25-27). Tuhan berjanji bahwa
akhirnya semua bangsa Yahudi akan menerima Yesus sebagai Messias. Dalam Roma
11:26 jelas mengatakan bahwa seluruh Israel akan diselamatkan.
Harus diterima bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Mereka adalah saudara
tua kita yang telah disatukan menjadi kawan sewarga keluarga (Ef 2:11-22). Di
akhir jaman kita harus berani terang-terangan dan mengakui kenyataan ini.
Gerakan yang mencoba menghancurkan bangsa
Israel bisa datang dari dunia Arab dan negara-negara yang membantunya. Prediksi
mengenai diserbunya Israel ini oleh dunia Arab dan negara-negara lain yang
mendukungnya lebih sangat masuk akal
(logis) dan Alkitabiah. Dunia dimana kita hidup ini adalah dunia yang
menghargai hak-hak manusia lain. Hak menempati wilayah, beragama atau beribadah
dll. Bangsa Yahudi adalah bangsa yang
tidak mau tahu hal ini. Mereka akan tetap bersikeras dengan sikap mereka
yang mengakui bahwa wilayah Yerusalem adalah milik mereka yang sepenuhnya harus
menjadi ibu kota negara tersebut. Hal yang kedua adalah bahwa bagaimanapun
bangsa Israel tetap hendak membangun
bait Allah di tempat mana Allah perintahkan Daud membangun baitNya
(lokasi yang sekarang diatasnya berdiri mesjid Al Aqsa). Kalau terjadi tindakan
tetap menjadikan Yerusalem wilayah penuh milik Israel sebagai ibu kota dan
pihak lain tidak berhak memilikinya serta perusakan terhadap mesjid Al Aqsa,
bisa dibayangkan apa terjadi. Dunia Arab dan seluruh dunia bisa mengepung
Israel dan menghancurkan bangsa yang menurut mereka keras kepala itu. Moment seperti inilah yang akan terjadi,
tetapi Yesus akan menjadikan moment ini sebagai sarana Tuhan Yesus menampakkan
diri. Inilah awak dari kerajaan 1000 tahun atau 1000 tahun damai.
Setelah iblis dipenjara selama 1000 tahun
maka iblis dilepaskan. Ia akan menyesatkan banyak orang dan kemudian melawan
orang-orang kudus (Wah 20:7-10) . Pada saat itu Tuhan Yesus mengangkat orang
percaya (1Tes 4:17). Setelah orang
percaya diangkat barulah kemudian dunia ini
dihancurkan (2Pet 3: 9-14 ). Setelah
dunia dihancurkan maka tidak ada lagi tempat untuk berpijak lagi bagi manusia.
Dunia inilahyang menjadi lautan api tempat antikris dan antek-anteknya dibuang
dan disiksa. Pengangkatan ini sebenarnya menunjuk peristiwa di akhir
1000 tahun damai, bukan menunjuk kepada awal kerajaan 1000 tahun, sebab tidak
semua orang dibangkitkan pada 1000 damai. Mereka yang dibangkitkan adalah
mereka yang telah melayani Tuhan dan berlayak memerintah bersama-sanma dengan
Kristus (Wahyu 20:5-6).
Pengangkatan yangterjadi
pada akhir 1000 damai adalah
pengangkatan yang pertama dan yang terakhir dimana orang percaya tidak
akan kembali lagi di bumi sebab bumi
sudah tidak ada lagi (Wah 21:1). Perjumpaan antara Tuhan Yesus dan orang
percaya inilah yang dimaksud dengan perjamuan anak domba Allah itu. Apa yang
disaksikan Yohanes dalam Wahyu 19:6-10 bisa berupa nubuatan (futuris), harus diingat pada waktu itu ular naga belum
dibelenggu (Wah 19:17-21), orang percaya belum diangkat. Lebih tegas lagi dalam
Wahyu 7, bahwa pengantinya telah siap sedia. Telah siap sedia, jadi belum
dipertemukan dengan mempelai.
Ajaran mengenai
pengangkatan adalah ajaran yang benar, sangat Alkitabiah. Tetapi masalahnya
sekarang adalah bilamana atau kapan dan bagaimana orang percaya diangkat. Dalam
hal ini terdapat pandangan yang bermacam-macam dan simpang siur. Hal ini dapat
membuat jemaat menjadi bingung. Sekarang jelaslah bahwa pengangkatan sesudah
seribu tahun damai, bukan sebelum seribu tahun damai.
Sebelum lebih jauh kita mempelajari mengenai
pengangkatan ini perlulah kita meninjau
apa yang dimaksud dengan penampakan atau penyataan. Sebab banyak orang
yang menyamakan antara pengangkatan dan penampakanNya.
Epifaneia
Ternyata selama ini telah terjadi kesalahan
tafsir yang parah mengenai akhir jaman yang sudah terlanjur mewarnai pola
berpikir orang-orang Kristen. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali selalu
dikaitkan dengan pengangkatan orang percaya. Berkaitan dengan hal ini juga telah diajarkan bahwa
kedatangan Tuhan dua tahap atau dua kali sebelum 1000 tahun damai. Harus ditegaskan bahwa kedatangan
Tuhan yang kedua kali ini tidaklah bersamaan dengan pengangkatan orang percaya
(rapture). Kedatangan Tuhan memang dua tahap, tetapi urut-urutannya sebagai
berikut:
1.
Sebelum 1000 tahun
damai. Tahap ini belum ada pengangkatan. KedatanganNya tahap pertama ini
disebut sebagai “epifaneia”.
2.
Pada akhir 1000
tahun damai. Pada saat inilah terjadi pengangkatan (rapture), iblis dikalahkan
dan mereka dibuang ke dalam lautan api.
Kedatangan Tuhan yang kedua kali ini (second
coming) tahap pertama ini (sebelum 1000
tahun damai) disertai atau bersamaan dengan beberapa peristiwa sebagai berikut:
- PenampakanNya (epifaneia).
-
DiselamatkanNya
sisa Israel dari malapetaka atau serangan musuh-musuhnya (Roma 11:25-27).
-
Penggenapan semua
lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan (Fil 2:9-10).
-
Kebangkitan orang
saleh untuk memerintah bersama-sama dengan Yesus (1Kor 15:50-58).
Untuk mengerti kebenaran mengenai kedatangan
Tuhan ini hendaknya kita dengan rendah hati melepaskan pandangan atau
anggapan yang sudah terlanjur berakar
dalam pikiran kita. Dengan cara demikian maka kebenaran yang telah diwahyukan
ini dapat dimengerti dengan optimal.
Kedatangan Tuhan tahap pertama ini bisa
dikatakan sebagai penampakanNya. Penampakan Tuhan ini disebut pula sebagai
“penyataanNya” (Luk 13:30; Kol 3:1-4; 1Tim 6:14; 2Tim 4:1; Titus 2:13).
Dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dan penyataan
kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita
Yesus Kristus (Kol 3:4)
Turutilah perintah
ini, dengan tidak bercacat dan tidak
bercela, hingga
pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
diriNya (1Tim
6:14)
Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya (2Tim 4:1)
Dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dan penyataan
kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita
Yesus Kristus (Titus 2:13)
Kata penyataan dalam ayat-ayat ini
adalah ephifaneias, kata ini dari kata kerja ephifaino, to appear, become visible; menjadi nampak atau kelihatan. Kalau
dipertanyakan apakah peristiwa ini menunjuk kepada ucapan malaekat dalam Kisah
Rasul 1:11 : akan datang kembali dengan cara yang sama, jawabnya adalah “sangat bisa”. Kedatangan Tuhan Yesus ke duakali
adalah kedatangan tahap pertama yang belum mengangkat orang percaya. Ia
menyatakan diri (epifaneia) untuk menggenapi rencananNya.
Perlu ditegaskan bahwa dalam Kisah Rasul 1:11
tersebut tidak diinformasikan bahwa orang percaya akan diangkat. Kita harus
“fair” terhadap apa yang diinformasikan oleh Alkitab. Tidak sedikit pembicara
akhir jaman yang menambahi bahwa kedatangan Tuhan ke dua kali nanti yang
disinggung dalam Kisah Rasul 1:11 adalah hari pengangkatan. Kita tidak boleh
menambah atau mengurangi. Apa yang tertulis demikian biarlah demikian.
PenyataanNya inilah yang dilukiskan oleh
surat Yudas (Yudas 14). Dalam ayat itu dituliskan: Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya. Kedatangan Tuhan
Yesus pada waktu itu (Yud 14) menunjuk
kepada penyataanNya. Waktu ini belumlah masa pengangkatan. Inilah yang dimaksud
oleh Paulus dalam Kolose 4:1-4: Apabila Krisrtus yang adalah hidup kita,
menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam
kemuliaan. Kita akan dinyatakan
bersama-sama dengan Kristus berarti:
-
Orang percaya yang
sudah mati dibangkitkan (1Kor 15:50-58).
-
Orang percaya yang
masih hidup diubahkan sekejab (1Kor
15:50-58).
Ada pendapat yang mengatakan bahwa kedatangan
Tuhan ini adalah akhir dari sejarah dunia ini, sebab setelah ini semua orang
percaya dibawa ke sorga dan orang fasik di buang kedalam lautan api. Pendapat
seperti tersebut ini harus dikotreksi, sebab setelah penampakan diri Yesus ini
bersama dengan orang kudus adalah awal dimana Tuhan dan orang kudusNya
memerintah dunia dalam 1000 tahun damai. Orang-orang kudus yang bersama Tuhan ini adalah
orang-orang yang dibangkitkan (1Kor 15:50-58).
Menganalisa hal kebangkitan, ternyata selama
ini banyak pandangan yang keliru mengenai pokok tersebut. Kesalahan itu berawal
pada keyakinan bahwa dari komponen tubuh manusia yang dikubur, tulanglah yang
dibangkitkan. Pendapat ini juga yang membangkitkan rumusan etis bahwa orang
Kristen tidak boleh dibakar. Menerut pemahaman kelompok ini, kala tubuh dibakar, bagaimana dengan tulangnya. Orang
yang zasadnya dibakar bisa tidak akan mengalami kebangkitan. Sebenarnya istilah
“kebangkita” hanyalah istilah untuk mendekatkan pengertian manusia agar
memahami kenyataan bahwa orang percaya
tidak pernah “raib” atau “musnah”. Orang percaya adalah anak-anak Tuhan yang
memiliki jaminan tubuh kemuliaan. Jadi kedatangan orang suci bersama Yesus
adalah “mutasi” dari Firdaus ke dalam duni ini atau planet bumi ini. Berkenaan
dengan ini harus ditegaskan bahwa penglihatan mengenai tulang-tulang kering
yang dibangkitkan dalam Yehezkiel 37 adalah
menunjuk kepada pemulihan bangsa Israel. Hal itu tidak menunjuk pada
kebangkitan tulang-tulang orang percaya. Kalau yang dibangkitkan adalah tulang
manusia,bagaimana dengan orang Kristen yang matinya dibakar yang jumlahnya
begitu banyak. Apakah mereka tidak mendapat bagian dalam kebangkitan pertama
itu. Bukankah sebagian mereka adalah para martir Kristen yang memberitakan
Injil sampai mengorbankan nyawa mereka.
Dengan penjelasan
diatas ini maka tibalah kita pada kesimpulan bahwa pada prinsipnya kebangkitan
pertama , kebangkitan dari antara orang mati sama dengan keluar dari firdaus datang ke dunia ini untuk
memerintah bersama-sama dengan Yesus
Aniaya
Dalam Alkitab kita menemukan pokok bahasan
mengenai aniaya atau sengsara yang juga populer dengan istilah dari bahasa
Inggris “tribulation” yang di Indonesiakan menjadi tribulasi.
Seperti yang telah disingung diatas bahwa
pokok bahasan mengenai pengangkatan orang percaya tidak dapat dipisahkan dengan
perihal kesengsaraan besar yang akan menimpa bumi ini. Justru konsep
pengangkatan ini muncul lebih jelas ke
permukaan berkenaan dengan adanya kesengsaraan
besar. Kesengsaraan besar menunjuk atau melukiskan adanya suatu malapetaka yang
akan terjadi di bumi. (Mat. 24:21,29,
Mrk 13:19,24, Why 7:14 dll).
Semua orang akan mengalami peristiwa
tersebut (Band. Luk 21:35). Kata
malapetaka ini dalam bahasa Yunani “Thlipsis”. Dalam Alkitab bahasa Indonesia
kata itu diterjemahkan “siksaan ” (Mat 24:29; Mrk 13:19) atau kadang-kadang
juga diterjemahkan “malapetaka”. Kata
kesengsaraan besar atau malapetaka ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan
“tribulation “ dari bahasa latin
“tribulum” atau “Tribulatio”. Selanjutnya kata teribulation di
bahasa Indonesiakan menjadi “tribulasi”. Bila kita teliti maka di dalam
Alkitab ada beebrapa jenis tribulasi. Secarringkas dapat dijelaskan sebagai
berikut.
a.
Masa sengsara (tribulasi)
terhadap orang Yahudi. Ini terjadi sejak
tahun 70.
Hal ini sudah
dinubuatkan jelas oleh Tuhan Yesus (Matius 24:2; Mark 13:2; Luk 21:6). Sengsara
bangsa Yahudi ini juga disebabkan oleh karena mereka menyalibkan Messias dan
bersedia memikul akibat dari tindakan mereka itu (Mat 27:25). Mereka diserakkan
Tuhan ke seluruh penjuru dunia (diaspora).
Pada jaman Yesus orang Yahudi di
Roma sejumlah 10.000 dari penduduk Roma 600.000 jiwa. Di Mesir 1 juta. Di
Alexandria sejumlah 1/3 penduduknya.
Di negeri dimana
mereka berserak mereka mengalami aniaya, khususnya pada waktu perang dunia ke
II (dimulai 1 Sep 1939 serangan Jerman terhadap Polandia sampai 1945, sekitar 7
tahun, 3,5 tahun kemudian Israel bediri yaitu pada tahun 1948). Tidak ada satu
negara yang hampir selama 2000 tahun
berserak namun masih bisa berdiri. Jika bukan campur tangan Tuhan bangsa
Israel pasti tidak akan mampu mendirikan
negaranya.
b.
Masa sengsara
(tribulasi) terhadap orang percaya.
Aniaya terhadap orang Kristen memang tidak selama bangsa
itu. Sesekali orang percaya dapat bernafas lega. Tetapi bagaimanapun orang
percaya mengalami aniaya. Aniaya tersebut sudah dimulai sejak Kekritenan muncul
pada abad pertama. Tuhan Yesus sendiri telah mengingatkan berkali-kali (Mat
10:16-26; 23:34; Luk 21:7-19; Yoh 15:18-25; Wah 2:10)
-
Pada tahun 33 dan
tahun-tahun berikutnya di derah Palestina oleh Yudaism.
-
Abad 1-2 aniaya
dahsyat oleh kaisar-kaisar Romawi.
Pada tahun 64 kota Roma di bakar kaisar Nero
dan mempersalahkan orang Kristen sebagai pelakunya. Kaisar Domitianus
menganiaya kejam orang Kristen (81-96); Trayanus ( 98-117). Namun setelah
aniaya ini surut.
-
Dimulai kembali
oleh Kaisar Decius (249-251), Valerianus (257-258), Diocletianus dan
penggantinya yaitu Galerius 303-311.
Tahun 312 kaisar pertama masuk Kristen
Constantinus Agung (dibaptis th.337 sebelum mati). Tahun 380 Kekristenan
menjadi agama negara dibawah Kaisar Theodosius Agung .
c.
Masa sengsara bagi
semua penduduk bumi.,
Kenyataan ini
diungkapkan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 24, yaitu tanda-tanda kedatangan
Tuhan Yesus. Diantara tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus tersebut terdapat
tanda-tanda yang menyebabkan kesengsaraan manusia di bumi.
-
Keduhakaan
bertambah-tambaha sehingga kasih kebanyakan oprang menjadi tawar. Kalau manusia
sudah tidak memiliki kasih betapa rusaknya duinia ini. Banyak manusia menjadi
serigala bagis esamanya (Band. 2Tim 3:1-5).
-
Perang yang
menyebabkan kematian banyak orang, penderitaan dan kemiskinan bahkan
sakit-penyakit akibat persenjataan kimia dan sejenisnya yang menyebabkan udara
tercemar.
-
Gempa bumi
-
Kelaparan karena
berbagai faktor, seperti keserakahan, iklim dunia yang tidak menentu, rusak dan
berkurangnyanya sumber alam karena eksploitasi maupun perusakan seperti
terbakarnya hutan dll.
-
Dan lain-lain.
d.
Masa sengsara bagi
orang Yahudi dan orang percaya
Diakhir jaman akan
terdapat serangan yang gencar terhadap umat Tuhan ini, umat Tuhan secara jasmanai yaitu bangsa Israel dan orang percaya (Wah
12:17). Pelaku penganiaya orang-orang Israel dan orang percaya dalah gerakan
Antikris yang digambarkan sebagai binatang dalam Wahyu 12-13.
Selanjutnya jelas diutarakan dalam Alkitab
bahwa Tuhan membiarkan orang kudusNya seperti dikalahkan oleh Antikris untuk
sementara waktu (Dan 7:21). Dalam
Nubuatan Daniel ditunjukkan bahwa antikris sempat berperang melawan orang
Kudus dan orang kudus kalah, sampai Yang
lanjut Usia datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus (Dan
7:21-22; Wahyu 13:7) Orang saleh yang dimaksud disini jelas adalah umat
Perjanjian Baru yang percaya kepada Yesus dan hidup benar. Dikalahkan disini
bisa berarti bahwa:
- Injil dianggap salah sehingga perlu
diganti atau dilengkapi yang lain Hal ini bis amenunjuk gereja tersingkir dan
dibuat tidak berdaya (Luk 18:1-8). Lukas 18:1-8 ini digambarkan betapa dahsyat
penderitaan gereja Tuhan. Akan terjadi murtad
atau keguguran di akhir jaman. Bahkan Yesus sendiri seperti “pesimis”
apakah didapati iman di bumi . Disini yang penting adalah ketabahan dan iman
orang kudus (Wah 13:9,10). Disinilah pemurnian dan pengujian yang dinubuatkan oleh Daniel (Dan 12:10).
Jadi adalah keliru kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus datang
untuk mengangkat orang percaya agar terhindar dari aniaya.
-
Pengaruh
Kekristenan tergeser oleh suatu gerakan agama tertentu atau aliran
kepercayaan
tertentu yang didalam Wahyu 13 diilustrasikan sebagai binatang (Wahyu 13:2).
Ini bisa menunjuk suatu peristiwa dimana kekristenan tergeser dan banyak orang
Kristen menjadi murtad (2Tes 2:3).
Kekalahan orang kudusNya nampak dalam kenyataan
adanya “kemurtadan” orang percaya
(2Tes 2:3). Hal ini dimengerti sebagai belum terjadi sebab menunggu datangnya
tokoh Antikris diakhir jaman “nanti”. Para perumus “teori” bahwa orang percaya
tidak akan teraniaya tetapi diangkat dalam masa aniaya lupa bahwa dari abad 1
sebelum masehi sampai abad 5 sesudah Masehi Roma berkuasa atas bagian besar
dunia ini khusunya Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Mendekati abad ke 5 Roma
mengalami kemerosotan yang luar biasa yang kemudian terpecah menjadi dua tetapi
Agama Kristen sudah menjadi agama negara (tahun 380 oleh Theodosius Agung).
Wilayah dibawah kekaisaran Romawi harus
menganut agama Kristen. Namun abad ke 6 ketika Islam berekspansi, sebagian
wilayah kekaisaran Romawi yang beragama Kristen berubah masuk Islam yaitu dari
sebagian wilayah Spanyol sampai hampir
wilayah India.
Hari ini kita dapat melihat kenyataan
Sebagian besar wilayah Afrika, Irak, Iran, Siria, sebagian sebagian besar
wilayah Timur Tengah selama berabad-abad sampai hari ini tidak menjadi wilayah
Kristen. Tak terbayangkan betapa
dahsyatnya kemurtadan pada waktu itu. Inilah Kemurtadan besar dalam sejarah
gereja. Namun demikian hal ini tidak perlu mengejutkan kita sebab Yohanes sudah
menubuatkan (1Yoh 2:18). Dalam nubuatnya tersebut Yohanes bertutur bahwa akan
muncul seorang Antikritus (Yun. Ho Antikristos, singular atau tunggal) dan
juga banyak Antikris (hoi antikristoi. Plural atau jamak ). Selanjutnya Yohanes berkata “memang mereka
berasal dari antara kita tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita. Mereka menjadi Kristen karena “paksaan” pihak penguasa Roma pada
waktu agama Kristen menjadi agama negara. Itulah sebabnya iman mereka begitu
rapuh, tatkala mereka menghadapi ekspansi Islam mereka meninggalkan salib,
menyangkal Yesus dan murtad.
Selanjutnya kalau Yohanes berkata “ini adalah
waktu yang terakhir” tentu tidak menunjuk hari ini, tetapi menunjuk jaman
Yohanes hidup, yaitu sekitar tahun 80-90. Hal ini paralel dengan apa yang
dinubuatkan oleh Yoel 2:28-32, “pada hari-hari yang terakhir” tidaklah menunjuk
hari dimana kita hidup hari ini tetapi menunjuk pada jaman rasul-rasul. Mungkin
ada yang berargumentasi bahwa nubuat itu juga menunjuk jaman kita, bisa saja.
Tetapi Alkitab jelas menunjukkan bahwa “hari-hari terakhir” disebut oleh Yoel
menunjuk jaman rasul-rasul (Kiss 2:17-21). Oleh sebab itu kalau di Alkitab kita
tertumbuk dengan kata-kata seperti Akhir jaman, hari terakhir, waktu kemudian
dan kalimat sejenisnya itu tidak selalu
menunjuk atau berkaitan dengan kedatangan Tuhan ke dua kali (second
coming). Jadi kalau Yohanes dalam
suratnya (1Yoh 2:18) berkata “seorang antikrist akan datang” tentu tidak boleh
gegabah kita katakan nanti sesudah tahun 1998 bukan?. Yohanes menulis suratnya sebelum
tahun 100 masehi ini bisa berarti kedatangan antikris abad ke 2, ke 3, ke 4, ke
5 atau ke 6 ?.
Sukar dibayangkan betapa dahsyatnya aniaya
ini. Hal ini memberi indikasi yang jelas bahwa sebelum pengangkatan akan
terjadi kenyataan ini.
Tuhan Yesus berkata berkali-kali bahwa setiap
orang percaya terpanggil untuk menderita aniaya. Hal ini juga ditegaskan oleh
Paulus (Fil 1:29). Harus dicamkan bahwa tidak ada kemuliaan tanpa aniaya (Roma
8:17-18). Tuhan tidak pernah membatasi volume aniaya itu. Bahkan Ia berkata
bahwa kita akan diperlakukan dunia seperti dunia memperlakukan Dia. Hamba tidak
lebih dari tuannya. Kalau Yesus diperlakukan sedemikian kejam orang percayapun
akan mengalami hal yang sama (Yoh 13:16).
Ada saat dimana kita harus rela menyerahkan
nyawa unuk Tuhan atau tidak. Ini bisa menunjuk kepada aniaya besar bagi orang Kristen (Mat 10:39; 16:25;
Mark 8:35; Lukas 9: 24 dll). Oleh sebab itu kita harus menjaga diri dari perkara-perkara dunia agar kita beroleh
kekuatan untuk luput (bukan untuk
diangkat) dari hari Tuhan yang
dahsyat . Hari Tuhan disini adalah hari penghakiman dimana Tuhan akan menjatuhkan kesengsaraan bagi semua penduduk
bumi (Luk 21:34). Bila kita bertekun didalam Tuhan maka kita akan
terluput dari pencobaan yang akan
dialami semua manusia di bumi tersebut (Wah 3:10-11).
Dalam Wahyu 7:14. Salah satu tua-tua di sorga menerangkan
kepada Yohanes bahwa mereka yang berjubah putih adalah mereka yang keluar dari
aniaya besar (ek tes thlipheos: keluar
melalui), bukan disingkirkan dari aniaya (apo tes thlipheos: diangkat keatas).
Mereka tidak menyayangkan nyawa mereka demi kesaksian Injil (Wah 12:11)
Selanjutnya perlu
ditinjau kembalai “teori” pengangkatan
sebelum aniaya: bahwa orang percaya yang “sungguh-sungguh” tidak turut
menderita aniaya dari pihak antikris, sementara orang percaya yang tidak
sungguh-sungguh harus mengalami aniaya. Pernyataan ini bisa menyalahi prinsip
kebenaran yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri dan terdapat di banyak bagian
dalam Alkitab bahwa setiap orang percaya harus teraniaya (2Tim 3:12; Yoh 15:18-21;
Roma 8:17: hanya orang yang menderita bersama Yesus yang akan dimuliakan).
Terlampau banyak ayat yang menegaskan bahwa setiap orang percaya harus
teraniaya dan justru aniaya akan mengerjakan kemuliaan. Mereka yang akan duduk
disebelah kanan dan kiri Tuhan dalam kemuliaan pemerintahanNya adalah yang minum cawan yang diminum Tuhan
dan dibaptis dengan baptisan yang Yesus terima (Markus 10:39). Cawan dan
baptisan dalam Markus 10:39 menunjuk
kepada penderitaan karena kebenaran atau penderitaan oleh kehendak Allah (1Pet 4:12-14).
Harus diingat bahwa tidak ada murid lebih
besar dari gurunya dan tidak ada hamba
lebih besar dari tuannya. Kalau Yesus yang adalah guru dan tuan kita menderita
maka kita harus mempersenjatai diri dengan prinsip ini: bahwa aniaya dan
penderitaan juga bagian dari panggilan kita sebagai orang percaya. Oleh sebab
itu hendaknya kita tidak berharap lolos
dari aniaya. Bila kita berharap demikian maka
kita menjadi orang percaya yang
“pengecut” dan “rentan”. Janji para pengkhotbah dewasa ini bahwa orang percaya tidak akan dianiaya
tetapi mengalami pengangkatan untuk terhindar dari aniaya menciptakan orang
percaya yang “kerdil” dan tidak “teguh”. Penyingkiran “perempuan” yang
dikisahkan dalam Wahyu 12:6 tidak boleh gegabah kita artikan sebagai “gereja
Tuhan” yang disingkirkan selama tiga setengah tahun luput dari aniaya, sebab
dalam ayat ke 17 ternyata perermpuan tersebut memiliki keturunan lain yaitu
orang yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Mereka yang
memiliki kesaksian Yesus tentu adalah orang percaya secara individu dan gereja
Tuhan secara komunal. Jadi wanita yang muncul dalam Wahyu 12:6 tentu bukan gereja Tuhan. Hendaknya kita
tidak gopoh-gopoh mengartikan bahwa perempuan tersebut adalah gereja, hanya
oleh karena “ia” berjenis kelamin perempuan dimana hal ini cocok dengan
gambaran gereja sebagai mempelai Kritus. Kristus mempelai laki-laki dan gereja
Tuhan sebagai mempelai wanita.
Persoalan lain yang harus diperkarakan adalah bagaimana dengan orang yang tidak
diangkat, mereka harus mengalami aniaya. Sanggupkah mereka setia sampai mati?
Memang ternyata dalam kitab wahyu ada orang-orang yang setia sampai akhir.
Masalahnya sekarang adalah bagaimana seseorang yang selama tidak ada aniaya
antikris saja sudah tidak setia apalagi kalau ada aniaya. Tuhan Yesus jelas
berkata: “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil , ia setia juga dalam
perkara-perkara besar,. Dan barang siapa tidak benar dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar
juga dalam perkara-perkara besar (Luk 16:10). Formulasi yang diucapkan Tuhan
dalam Lukas 16:10 ini bukanlah hepotesis tetapi kebenaran yang mutlak benar tak
dapat direduksi atau dikurangi dan ditawar harganya. Lebih jauh terdapat
pandangan bahwa orang yang tidak diangkat harus menebus keselamatannya dengan
“darahnya”. Bagaimana mereka mampu
menebus keselamatan dengan darahnya. Lagi pula Alkitab tidak menyinggung hal
ini sama sekali. Teori pengangkatan “model
yang sudah populer” tersebut
merusak kebenaran dan melanggar prinsip Lukas 16:10. Hanya orang-orang
yang hari ini berjaga-jaga, setia
dan disiplin menegakkan kebenaran Allah dalam hidupnya yang akan luput dari
sengsara besar itu dan bertahan berdiri dihadapan anak manusia (Luk 21:34-367).
Kesempatan untuk selamat adalah hari ini
dengan kehidupan yang “serius’
mengiring Tuhan, bukan nanti menghadapi ganasnya antikris.
Kalau kita percaya bahwa akhir dari
perjalanan sejarah gereja adalah aniaya, mengapa Tuhan Yesus sendiri berkata
bahwa pada akhir jaman orang makan minum, membeli menjual, membangun menanam
sampai kemudian Tuhan datang. Mereka
tidak tahu sesuatu, mereka tidak menduga.
Mereka tidak sadar datangnya hari besar tersebut, sebab roda kehidupan berputar wajar tidak ada sesuatu yang
luar biasa, juga berkenaan dengan aniaya
ini (Mat 24:37-42; Luk 17:26-30). Lebih tegas lagi Tuhan berkata pada waktu
itu ada dua orang di ladang, memutar
batu kilangan, tidur ditempat tidur (bukan tidur di gua-gua dalam pelarian
karena kejaran tentara antikris), yang satu dibawa dan yang lain di tinggal
(Luk 17:34-37). Penjelasan diatas ini jelas mudah dimengerti dan dipahami,
tidak perlu penafsiran yang rumit. Tuhan Yesus sendiri yang mengucapkan
keterangan ini. Oleh sebab itu kita
tidak perlu ragu-ragu menerimanya. Dengan demikian kita harus berani mengambil
langkah bahwa segala bentuk penafsiran
yang berstatus “kira-kira”, tidak
tegas, tidak bold (terang) patut
dikesampingkan
Selanjutnya dalam surat Tesalonika
dinyatakan bahwa hari-hari itu dikatakan
semuanya damai dan aman (1Tes 5:3).
Walau dalam ayat itu “pernyataan damai dan aman” adalah sebuah pernyataan dari
suatu kelompok atau seseorang, namun pernyataan tersebut tentu sebuah
pernyataan yang beralasan. Pernyataan
tersebut sudah merupakan indikasi yang jelas bahwa suasana aniaya antikris tidak ada pada akhir perjalanan sejarah
gereja pada semua tempat. Kalimat
“tidak pada semua tempat” disini hendak mengisyaratkan bahwa memang masih ada
aniaya oleh gerakan antikris tetapi hanya di beberapa tempat, seperti yang
terjadi di negeri dimana penulis
menetap.
Hari ini aniaya hanya berlaku secara sporadis
dan dibeberapa tempat saja dibelahan bumi. Di negeri Barat aniaya semacam ini
sudah nyaris tidak ada, justru mereka (negara-negara Kristen) dipakai Tuhan
untuk melindungi orang percaya yang sedang dalam aniaya oleh gerakan binatang
seperti yang diungkapkan dalam Wahyu 12 itu yaitu gerakan antikris.
Negara-negara yang menerima Injil atau negara-negara Kristen juga dipakai Tuhan
untuk mendukung berdirinya kembali negara duniawi umat pilihan Allah secara
jasmani, yaitu penggenapan dari rencana agung Tuhan mengembalikan “umat pilihan
tersebut” ke tanah yang mereka percayai sebagai milik mereka. Jadi tidak heran
kalau pada umumnya negara-negara Islam khususnya dunia Arab membenci atau tidak
bersahabat dengan negara-negara Kristen. Bahkan dampaknya di negera-negara
mayoritas Islam terdapat orang-orang Kristen yang tertindas. Ini sebuah fakta
yangtidak dapat ditutup-tutupi. Hal ini
terjadi sebab mereka mengidentikkan Yahudi dan Zionisme dengan kekristenan.
Dalam Wahyu 18:4 Tuhan berkata kepada umatNya
: Pergilah kamu hai umatKu, pergilah daripadanya, supaya kamu jangan mengambil
bagian dalam dosa-dosanya. Ini berarti bahwa orang percaya masih ada di bumi
ini pada waktu cawan murka Allah dicurahkan. Hanya umat tidak turut mengalami
aniaya. Tuhan melindungi umat pilihanNya (Melindungi didalam Wahyu 3:10-11
bukan mengangkat (Band Yoh 17:15; 1Pet 1:5-7)
(3). Paralambano
dan Harpazo
Kata dibawa dalam Lukas 17:34-36 teks aslinya
adalah “paralephthesetai” dari akar
kata paralambano yang harus
diterjemahkan “dibawa” to take to one’s side, jadi dibawa secara horisontal
bukan diangkat (rapture). Untuk rapture digunakan
kata “harpazo” yang artinya dibawa
dengan paksa, dalam bahasa Inggris diterjemahkan: take away by force, atau sering dimengerti sebagai diangkat secara vertikal. Kata diangkat atau
pengangkatan disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Kata ini dalam bahasa
Yunani seperti yang dikemukakakan diatas
akar katanya harpazo dalam 2Korintus
12:2,4 diterjemahkan “tiba-tiba diangkat”.
Dalam 1Tesalonika 4:17 (harpagesometha) diterjemahkan “akan
diangkat”. Dalam Wahyu 12:5 diterjemahkan “dibawa lari”. Kata ini dalam bahasa
Inggris “repture” yang berasal
dari bahasa latin “rapio” yang mempunyai pengertian: dikepung, dipaksa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam
satu terjemahan Alkitab bahasa Inggris
(NIV) 1Tesalonika 4:17 diterjemahkan “caught up” namun pada
umumnya orang menggunakan istilah repture
untuk pengangkatan ini.
Perlu ditambahkan disini bahwa Lukas 17 bukan
menunjuk mengenai pengangkatan, tetapi pentahbisan anak-anak Allah untuk
memperoleh pemuliaan sebagai anak-anak
Allah guna memerintah bersama-sama dengan Yesus (Roma 8:18-22; Mat 24:31). Kalaupun ada sejenis pengangkatan di akhir
jaman, maka pengangkatan itu adalah pentahbisan dimana anak-anak Allah di
muliakan (Luk 17:34-37; Roma 8:18-25). Kejadiannya saat itu tidak dapat kita
mengerti hari ini.
Tidak sedikit pembicara Kristen yang
mencampuradukkan (mix) antara dibawa dan diangkat. Dengan penjelasan ini
kiranya menjadi jelas perbedaan antar diwawa dan diangkat. Seperti yang
disinggung diatas bahwas Lukas 17 Tuhan sedang berbicara tentang “pentahbisan
orang percaya” dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Dalam Kolose 3:1-4 disinggung mengenai hal ini,
bahwa apabila Kristus menyatakan diri kitapun akan “menyatakan” diri
bersama-sama dengan Dia. Kejadian pada
saat itu bisa menunjuk kepada ephifaneia Tuhan pada saat yang bersamaan tubuh
orang percaya diubah dalam sekejap. Bagaimana prosesnya kita tidak tahu.
Kerajaan sorga pertama
datang secara
rohani (Luk 17:20-21) kemudian secara nyata
(Luk 17:22-36). Jadi jelaslah bahwa
Lukas 17:34-37 bukanlah menunjuk kepada pengangkatan tetapi pentahbisan
anak-anak Allah memasuki 1000 tahun damai
TAHAP
PERTAMA YANG MENAKJUBKAN
Ternyata selama ini telah terjadi kesalahan
tafsir yang parah mengenai akhir yang sudah terlanjur mewarnai pola berpikir
orang-orang Kristen. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali selalu dikaitkan
dengan pengangkatan orang percaya. Berkaitan
dengan hal ini juga telah diajarkan bahwa kedatangan Tuhan dua tahap
atau dua kali sebelum 1000 tahun damai.
Harus ditegaskan bahwa kedatangan Tuhan yang kedua kali ini tidaklah bersamaan
dengan pengangkatan orang percaya (rapture). Kedatangan Tuhan memang dua tahap,
tetapi urut-urtannya sebagai berikut:
3.
Sebelum 1000 tahun
damai. Tahap ini belum ada pengangkatan. KedatanganNya tahap pertama ini disebut
sebagai “epifaneia”.
4.
Pada akhir 1000
tahun damai. Pada saat inilah terjadi pengangkatan (rapture), iblis dikalahkan
dan mereka dibuang ke dalamlautan api.
Kedatangan Tuhan
yang kedua kali ini (second coming) tahap pertama ini (sebelum 1000 tahun damai) disertai atau
bersamaan dengan beberapa peristiwa sebagai berikut:
- PenampakanNya (epifaneia).
-
DiselamatkanNya
sisa Israel dari malapetaka atau serangan musuh-musuhnya.
-
Penggenapan semua
lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.
-
Kebangkitan orang
saleh untuk memerintah bersama-sama dengan Yesus.
Untuk mengerti
kebenaran mengenai kedatangan Tuhan ini hendaknya kita dengan rendah hati
melepaskan pandangan atau anggapan yang
sudah terlanjur berakar dalam pikiran kita. Dengan cara demikian maka kebenaran
yang telah diwahyukan ini dapat dimengerti dengan optimal.
EPIFANEIA
Kedatangan Tuhan tahap pertama ini bisa
dikatakan sebagai penampakanNya. Penampakan Tuhan ini disebut pula sebagai
“penyataanNya” (Luk 13:30; Kol 3:1-4; 1Tim 6:14; 2Tim 4:1; Titus 2:13).
Dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dan penyataan
kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita
Yesus Kristus (Kol 3:4)
Kata penyataan
dalam teks aslinya disini adalah phanerothe (faneroqh) yang berasal dari akar
kata phaneroo. Kata ini memiliki kesejajaran dengan kata ephifaneias.
Turutilah perintah
ini, dengan tidak bercacat dan tidak
bercela, hingga
pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
diriNya (1Tim
6:14)
Turutilah perintah
ini, dengan tidak bercacat dan tidak
bercela, hingga
pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
diriNya (2Tim 4:1)
Dengan menantikan
penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dan penyataan
kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita
Yesus Kristus (Titus 2:13)
Kata penyataan dalam ayat-ayat ini
adalah ephifaneias (epifaneias), kata ini dari kata kerja ephifaino (epifainw), to appear, become visible; menjadi nampak atau
kelihatan. Kalau dipertanyakan apakah peristiwa ini menunjuk kepada ucapan
malaekat dalam Kisah Rasul 1:11 :akan datang kembali dengan cara yang sama, jawabnya adalah “bisa saja”.
Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah
Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka. Ketika
mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua
orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai
orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat kelangit? Yesus ini, yang
terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang
sama, seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."
Perlu ditegaskan bahwa dalam Kisah Rasul 1:11
tersebut tidak diinformasikan bahwa orang percaya akan diangkat. Kita harus
“fair” terhadap apa yang diinformasikan oleh Alkitab. Tidak boleh menambah atau
mengurangi. Apa yang tertulis demikian biarlah demikian. Kalau ayat mengenai
kedatanganNya diawan-awan dihubungkan dengan 1Tesalonika 4:17, harus
diperhatikan:
-
“Kita akan
diangkat bersama-sama dengan mereka di awan-awan permai menyongsong Tuhan”.
Kalimat ini hendaknya tidak diubah: kita
menyongsong Tuhan dari bumi ini Tuhan yang datang di awan-awan permai. Dalam teks aslinya
ditulis “harpagesometha en nephelais” (arpagesomeqa
e^n nefelais; Ing. shall be seized
in clouds) . Kalimat ini dapat diterjemahkan : di tangkap atau diambil
mendadak ( to take or grasp suddently). Dalam terjemahan NIV : will be caught up.
-
“Demikianlah kita
akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan.” Dalam teks ini tidak ditunjukkan
bahwa kita akan turun kembali ke bumi atau Tuhan mengajak kita kembali ke bumi.
Tetapi kita akan bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya. Ini menunjuk kepada pengangkatan yang
terakhir, dimana kita bersama-sama dengan Tuhan di sorga. Juga dalam teks ini
tidak ada penjelasan mengenai perubahan tubuh. Seperti yang telah dikemukakan
pada penjelasan terdahulu bahwa peristiwa Tuhan datang dan sejak itu kita
bersama-sama dengan Tuhan hendak menunjuk, perubahan total yang terakhir.
-
Harus dipahami
bahwa konteks pembicaraan dalam perikop ini (1Tes 4:13-18) bukan mengenai
pengangkatan tetapi adalah nasihat penghiburan bagi orang yang ditinggal mati orang yang dikasihi. Pengangkatan ini
menunjuk peristiwa di akhir 1000 tahun damai. Ini bukan menunjuk kepada awal
kerajaan 1000 tahun, sebab tidak semua orang dibangkitkan pada 1000 damai.
Mereka yang dibangkitkan adalah mereka yang telah melayani Tuhan dan berlayak
memerintah bersama-sanma dengan Kristus (Wahyu 20:5-6).
KESELAMATAN BANGSA YAHUDI
Yesus yang tidak kelihatan akan menampakkan
diri untuk menyelamatkan umat pilihanNya
keturunan jasmani Abraham, yaitu bangsa Israel ( Zak 12:1-14). Tokoh yang
menampakkan diri dan menyelamatkan
bangsa Israel itu jelas Yesus sendiri
yaitu “Dia yang tertikam” (Yoh 19:37; Wah 1:7).
Sebelum kerajaan 1000 damai didirikan, Tuhan Yesus, datang
dengan perbuatan ajaib untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kesesakan besar.
Ini belum masa pengangkatan (rapture).
Hal ini didahului dengan berkumpulnya sejumlah besar tentara asing yang
hendak menghancurkan Yerusalem (Wah 19:17-21; Yehez 39:1-29). Mengenai
terancamnya bangsa Israel oleh musuh-musuh mereka dinubuatkan dalam beberapa bagian dalam Alkitab tetapi yang
cukup menonjol dalam Zakaria 12:1-14.
Iblis memang berusaha untuk
mengejar keturunan dari wanita yang ditampilkan dalam Wahyu 12, baik “anak” itu
maupun keturunanNya yang lain (wahyu 12:17). KeturunanNya yang lain adalah
bangsa Israel yang disebutkan sebagai
“yang menuruti hukum-hukum Allah dalam hal ini Torat (Wah 12:17) dan mereka
yang memiliki kesaksian Yesus yaitu
orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan mengalami
kuasa kebangkitanNya (Wah 12:7).
Harus disadari iblis melakukan niatnya dengan
berbagai manuver-manuver: manuver religius (melalui agama-agama palsu dan
nabi-nabinya; manuver politik; manuver sosial, manuver moral dll. Manuver
terakhir sebelum jaman 1000 damai ini adalah manuver senjata dengan maksud
menghancurkan Israel yang adalah poros dari penggenapan rencana Allah di akhir
jaman.
Iblis berusaha
menghancurkan Yerusalem sebab Iblis tahu bahwa Yesus akan datang di wilayah itu
dan menjadikan Yerusalem sebagai pusat pemerintahanNya (Amos 9:11-15; Kiss
15:16-18). Bila mengamati Amos 5 maka kita menemukan bahwa dari ayat 1 Amos
menuturkan penglihatan yang ia terima dari Tuhan. Apa yang disaksikan ini
adalah nubuatan tentang peristiwa yang
akan terjadi di masa depan, yaitu “nasib” atau keadaan bangsanya. Bangsa Israel
akan mengalami penderitaan luar biasa akibat kesalahan mereka. Tetapi diakhir
pukulan Tuhan tersebut, Tuhan akan memulihkan kembali bangsa itu dan
mengembalikan bangsa tersebut ketanah airnya dan mereka tidak akan dicabut lagi
dari tanah yang telah dijanjikan Tuhan untuk mereka miliki. Disini jelas nampak
konsekwennya Tuhan dan kasih setiaNya terhadap Abraham, bahwa mereka adalah
bangsa pilihan Allah yang mewarisi tanah Kanaan. Allah adalah Allah yang setia,
yang berkuasa menggenapi janji yang telah diucapkanNya. Allah tetap memilih
bangsa itu sebagai umat pilihan Allah sampai selama-lamanya. Dalam Roma
11:28-31 dijelaskan bahwa Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya.
Gerakan menghancurkan Israel ini dipicu
oleh pihak-pihak yang tidak menyukai
berdirinya Yerusalem dan dibangunnya kembali bait Allah di kota Yerusalem.
Inilah gerakan antikris, yaitu pihak yang tidak menyukai kekristenan pula,
bahkan berusaha untuk menghapuskannya.
Hal tersebut akan menggerakkan tentara dalam jumlah besar memerangi
Israel. Pada waktu itu Mikhael mendampingi Israel (Dan 12:1). Gerakan melawan
Israel (manuver senjata atau kekerasan) ini lebih berunsur religius dari pada
unsur politik. Ini adalah gerakan yang sebenarnya dipengaruhi oleh suatu
manuver roh yang dahsyat yaitu manuver dari “luciver” atau naga besar yang dijatuhkan
ke bumi (Wah 12:13-18). Mikhael disini bisa menunjuk malaekat atau negara
Amerika (Band.Dan 10:14 dan 21). Amerika bisa mendampingi Israel tetapi Tuhan
Yesus yang menyelamatkan, bukan Amerika. Pada saat yang genting tersebut Tuhan
Yesus datang dan menghancurkan musuh-musuh itu. Saat itulah
semua dunia melihat bahwa Yesus Kristus adalah Messias (sangat besar
kemungkinan melalui media elektronika dan komunikasi yang makin canggih).
Perbuatan tangan Tuhan yang menghancurkan
musuh-musuh Israel ini bagi orang Yahudi
adalah saat penyelamatan bangsa tersebut (Roma 11:25-27). Tuhan berjanji bahwa
akhirnya semua bangsa Yahudi akan menerima Yesus sebagai Messias. Dalam Roma
11:26 jelas mengatakan bahwa seluruh Israel akan diselamatkan.
Harus diterima bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Mereka adalah saudara
tua kita yang telah disatukan menjadi kawan sewarga keluarga (Ef 2:11-22). Di
akahir jaman kita harus berani terang-terangan dan mengakui kenyataan ini.
Gerakan yang mencoba menghancurkan bangsa
Israel bisa datang dari dunia Arab dan negara-negara yang membantunya. Prediksi
mengenai diserbunya Israel ini oleh dunia Arab dan negara-negara lain yang
mendukungnya lebih sangat masuk akal
(logis) dan Alkitabiah. Dunia dimana kita hidup ini adalah dunia yang menghargai
hak-hak manusia lain. Hak menempati wilayah, beragama atau beribadah dll.
Bangsa Yahadi tidak mau tahu hal ini. Mereka akan tetap bersikeras dengan sikap
mereka yang mengakui bahwa wilayah Yerusalem adalah milik mereka yang
sepenuhnya harus menjadi ibu kota negara tersebut. Hal yang kedua adalah bahwa
bagaimanapun bangsa Israel tetap hendak membangun bait Allah di tempat mana Allah perintahkan
Daud membangun baitNya (lokasi yang sekarang diatasnya berdiri mesjid Al Aqsa).
Kalau terjadi tindakan tetap menjadikan Yerusalem wilayah penuh milik Israel
sebagai ibu kota dan pihak lain tidak berhak memilikinya serta perusakan
terhadap mesjid Al Aqsa, bisa dibayangkan apa terjadi. Dunia Arab dan seluruh
dunia bisa mengepung Israel dan menghancurkan bangsa yang menurut mereka keras
kepala itu. Moment seperti inilah yang
akan terjadi, tetapi Yesus akan menjadikan moment ini sebagai sarana Tuhan
Yesus menampakkan diri.
PENGAKUAN YESUS
TUHAN
Tatkala Yesus menampakkan diri dan
menunjukkankemuliaanNya maka digenapilah
Firman Tuhan yang mengatakan
bahwa semua lutut bertelut dan
semua lidah mengaku bahwa Yesus
Kristuslah Tuhan (Fil 2:9-10). Perlu diperhatikan bahwa pengakuan bahwa Yesus
adalah Tuhan bukan hanya di sorga, tetapi di bumi ini. Pengakuan itu
dilakukan semua penduduk bumi dan semua isinya , perhatikan kata “segala” . Dalam teks Yunaninya adalah
“pan gonu” (gonu; Ing: every knee) dan
“pasa glosa” (pasa glossa; Ing. every tongue) . Ini menunjuk suatu situasi atau pertiwa dimana
semua orang akan tunduk kepada Tuhan yesus dan mengakui bahwa Ia adalah Tuhan.
Hal ini terjadi pada kedatanganNya yang kedua. Ini adalah awal dari kerajaan
1000 tahun.
Pada saat inilah semua kerajaan dunia akan
diakhiri dan Tuhan yesus akanmemrintah diatas muka bumi ini sebagai penguasa
yang akan meliputi seluruh wilayah bumi (Dan 2:31-45)
KEBANGKITAN
Pada waktu ini
terjadi kebangkitan pertama, yaitu kebangkitan orang saleh. Mereka yang
diperkenan memerintah bersama-sama dengan Kristus (1Kor 15:50-58). Inilah
theokrasi yang benar. Inilah dunia yang dikehendaki Allah. Dunia pertama di
Eden gagal, sekarang Tuhan memberi kesempatan manusia untuk menikmati Eden di
bumi dalam kerajaan 1000 tahun damai (Wahyu 20:1-6).
KERAJAAN SERIBU
TAHUN
Tidak banyak orang Kristen yang membicarakan
mengenai Kerajaan 1000 tahun. Hampir-hampir kita tidak mendengar seorang
pengkhotbah menyampaikan pemberitaan mengenai kerajaan 1000 tahun. Itulah
sebabnya rahasia kerajaan sorga ini tertutup bagi banyak orang percaya. Sebagai
akibatnya tidak jarang orang yang menganggap bahwa kerajaan 1000 tahun bukan
suatu kebenaran Alkitab. Oleh sebab pokok bahasan ini tidak populer atau tidak
dikenal maka apabila ada seseorang atau pengkhotbah membicarakan pokok tersebut maka hal ini akan mengundang
sikap curiga.
Kerajaan seribu tahuan atau seribu tahun
damai sangat berkaitan dengan penjelasan mengenai akhir jaman. Ternyata
kesalahan terhadap pemahaman mengenai seribu tahun damai bisa membuat salah
pemahaman mengenai akhir jaman pula. Oleh karenanya kita jumpai banyak
pengajaran mengenai akhir jaman yang tidak memiliki landasan Alkitab yang kuat.
Untuk ini perlulah dihimbau agar anak-anak Tuhan yang mempelajari pokok bahasan
mengenai akhir jaman, juga melongok pengajaran mengenai kerajaan sweribu tahun
damai.
Ternyata mempelajari mengenai kerajaan 1000
tahun adalah sesuatu yang penting, sebab hal ini akan memberi arah yang jelas
hidup Kekristenan kita. Kemana arah perjalanan hidup kekristenan kita ?, dimana
kahir pengiringan kita kepada Tuhan ?. Dijawab sorga. Ya, tapi macam apakah
sorga itu. Ternyata akhir perjalanan hidup kembara kita dalam dunia ini adalah
kemuliaan bersama dengan Kristus (Roma 8:28-30; Kol 3:1-4). Kemuliaan bersama
Kristus ternyata adalah memerintah bersama dengan Dia. Hidup adalah kerja,
kerja untuk Tuhan. Orang yang kerja mengabdi kepada Tuhan hari ini akan menjadi
kawan sekerja Allah selamanya, sebab itu pengembaraan kita selama di dunia ini
adalah pekerjaan Allah melalyui RohNya
menmpersiapkan kita untuk memerintah bersama-sama dengan Kristus.
B. Faktor-Faktor
Penghalang.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak
banyak orang yang membicarakan pokok ini. Faktor-faktor itu a.l:
-
Ketidak
jelasan informasi mengenai pokok
tersebut didalam Alkitab. Ketidak jelasan ini bukan berarti tidak ada. Perlu
pendalaman yang sungguh-sungguh sehingga dapat ditemukan kebenarannya.
-
Hal kerajaan
seribu tahun damai atau seribu tahun damai sukar diterima dengan alam
pikiran manusia hari ini.
-
Kerajaan 1000 tahun
adalah peristiwa yang bersifat akan datang (futuris) oleh sebab banyak orang
beranggapan bahwa hal tersebut tidak perlu dibicarakan hari ini.
-
Adanya
keragu-raguan apakah kerajaan 1000 tahun adalah sebuah realitas.
-
Kenyataan adanya
sebagian orang yang menganggap bahwa mempelajari hal kerajaan seribu tahun atau seribu tahun damai tidak terlalu
penting.
C. Pandangan Yang Tidak Setuju dan
sanggahannya.
Ternyata dapat
ditemukan theolog dan penulis buku rohani yang menentang keberadaan 1000 damai
atau kerajaan 1000 tahun ini. Alasan pandangan mereka antara lain:
1.
Istilah Kerajaan seribu tahun ini sering ditentang oleh
sekelompok orang dengan
alasan bahwa tidak
ada kata kerajaan dalam kitab wahyu yang berbicara mengenai 1000 tahun damai.
Memang didalam kitab wahyu tidak ditemukan
kata ini, tetapi kalau ditinjau dari
eksistensi masa dan suasana 1000 damai tidaklah keliru disebut sebagai
kerajaan 1000 tahun. Ini hanya sebuah istilah untuk mendekatkan diri pada
pengertian 1000 damai tersebut, yaitu pemerintahan yang diselenggarakan oleh
Allah melalui orang-orang kudusnya. Harus diperhatikan bahwa kata memerintah
dalam kitab Wahyu digunakan kata “ebasileusan” dalam teks bahasa Inggrisnya
diterjemahkan “to reign” kata ini tentu berkaitan dengan kata “basileia” yang
diterjemahkan kerajaan.
2. Bahwa angka seribu
tidak menunjuk kepada 1000 dalam arti hurufiah, ini hanya hendak menunjuk angka genap sempurna, yaitu mengenai waktu yang
tertentu dan ideal.
Kita setuju saja bahwa 1000 bisa tidak
menunjuk seribu tepat. Hal ini bisa
diterima, tetapi patut dipertimbangkan bahwa angka tidaklah menjadi dasar bahwa
1000 tahun damai tidak ada.
3.
Bahwa 1000 tahun damai telah dimulai sejak Tuhan Yesus
memberitakan InjilNya 1000 tahun damai ini sudah dimulai. Hal ini dibuktikan dengan
pengusiran setan yang dilakukan Tuhan
Yesus dan supremasi Tuhan Yesus atas
iblis. Hal ini disejajarkan dengan Wahyu 20:1-2, bahwa pengusiran setan dan
supremasi kuasaNya menunjukkan bahwa Iblis dibelenggu.
Sanggahan: Hal ini sukar
diterima sebab pada kenyataannya gereja di abad-abad pertengahan yang dikenal
sebagai abad kegelapan gereja sangat sesat, sehingga Martin Luther harus
menyuarakan suara Allah. Justru
hari-hari terakhir ini gereja dipulihkan. Kalau iblis dfibelenggu tentu tidak
ada kejatuhan hamba-hamba Tuhan (Hub. Kemurtadan abad 6-7, tatkala ekspansi
Islam gencar atas orang Kristen). Gereja sempat terkalahkan pengaruhnya. Banyak
orang murtad ( Band. 2Tes2:3-4)
4.
Bahwa kerajaan Tuhan bersifat rohani bukan di bumi ini
tetapi hanya di langit baru dan bumi baru. Jadi pemerintahan Allah hanya
dimengerti hanya di alam kekekalan nanti, bukan di bumi ini.
Sanggahan: Harus diterima
bahwa Tuhan akan memulihkan bumi ini (lih penjelasan dibawah). Bumi ini
diciptakan Tuhan dalam keadaan yang baik dan sempurna (Kej 1:31). Selanjutnya
makan dan minum, pernikahan jangan dianggap sebagai sesuatu yang najis. Tuhan
Yesus sendiri berkata bahwa nanti Tuhan akan makan minum di kerajaanNya (Luk
22:30; 24:43; Mat 26:29). Allah akan menggabungkan yang rohani dan jasmani
menjadi pertunjukkan yang luar biasa yang dinikmati semua bangsa.
5.
Bahwa istilah pemerintahan 1000 tahun bersama Kristus
hanyalah sebuah kiasan dan tidak boleh dimengerti secara hurufiah. Apa yang
dikemukakan mengenai 1000 tahun damai
hanyalah simbol.
Sanggahan: Penjelasan di
dalam teks ini bukanlah kiasan. Disana tidak digunkan lambang-lambang seperti
binatang dll. Lebih jelas lagi kalau melihat nubuatan dalam Perjanjian Lama.
Jelas dikatakan disini memerintah bersama Yesus di bumi (ebasileusan)
6.
Bahwa Kerajaan 1000 tahun adalah pengajaran yang tidak logis atau irrasionil.
Sanggahan: Sesuatu yang
tidak logis bukan berarti tidak bisa terjadi. 2Petrus 3:5 menunjukkan bahwa apa
yang ada sekarang ada dari apa yang tidak ada. Allah sanggup mengadakan sesuatau
dari apa yang tidak ada (Creatio ex nihilo). Kalau kita ada sebelum dunia
dijadikan dengan kapasitas pikiran kita hari ini , kita juga tidak akan percaya
bahwa akan ada bumi seperti yang kita miliki dan diami hari ini.
B.
Landasan Kenyaatan
100 tahun Damai.
1.
Allah sendiri telah menyampaikan nubuatan kepada Daud
bahwa pemerintahan keturunan Daud adalah kekal (2Sam7:16). Penyanggah
pernyataan ini mengatakanbahwa keturunan Daud tidaklagi memerintah ( 2500 tahun
sampai sekarang), kalau di Israel mada pemerintahan maka pengangkatan presiden
dan perdana mentri tidak berdasarkan keturunan Daud. Kita tidak boleh lupa apa
yang dikatakan Alkitab bahwa dari keturunan Isai (keluarga Daud) akan datang
Messias/ ia yang akan memerintah dengan pemerintahan yang kekal ( Yes 11:1,10;
53:2; Mikha 5:1; Roma 15:2) Hal ini
pasti digenapi Tuhan. Janji ini bisa sejajar dengan adanya nubuatan bahwa satu
kali kelak Israel yang tercerai berai akan dikembalikan ke tanah air yaitu
Yehuda dan tidak akan dicabut lagi,
Israel akan tidak lagi dikejutkan oleh musuh-musuhnya . Kalau kembalinya bangsa
Yahudi ke Palestina dan keberhasilannya membangun negara merupakan indikasi yang jelas bahwa Allah memenuhi
janjiNya. Sekarang tinggal janjiNya untuk meneguhkan milik pusaka Palestina bagi
bangsa itu. Pernyataan ini terkesan Jewist centric, namun inilah realitanya
bahwa Allah menjadikan bangsa itu tanda bagi banyak bangsa tentang kenyataan
kehadiran Allah dan seluruh rencananNya. Sejarah Kerajaan Allah bertolak kehidupan bangsa itu dan terus
seirama dengan kehidupan bangsa tersebut. Dalam Amos 9:15, Tuhan berjanji,
yaitu setelah selesai hukuman atau disiplin atas bangsa itu Tuhan
akanmengembalikan mereka di tanah leluhur mereka dan mereka tidak akan dicabut
lagi dari tanah yang Allah janjikan itu. Apa yang diucapkan Amos ini sejajar
dengan apa yang disuratkan Mika (Yes 2:1-5; Yer 30:1-24; Yehez 37:24-28; Mika
4:4), bahwa bangsa itu tidak lagi dikejutkan oleh bangsa lain. Disini orang percaya akan bergabung menjadi
umat Allah dalam satu keluarga Tuhan (Ef 2:11-22; Amos 9:12). Mengamati jawaban
Tuhan Yesus terhadap pertanyaan murid-muridNYa: Apakah Tuhan mau pada masa
tersebut memulihkan kerajaan bagi
Israel (Kiss 1:6-6). Yesus tidak
menyangkah permintaan itu (Band. Penjahat di kayu salib; Hari ini …di Firdaus;
Tidak lagi perbedaan suku). Yesus menjawab bahwa masa dan ketikanya hanya Bapa
yang tahu. Hal ini jelas menunjukkan adanya pemulihan bagi Israel. Hal ini
terjadi tatkala bangsa-bangsa mengepung Israel, Tuhan Yesus datang dan menghancurkan
musuh-musuh Israel. Inilah awal kerajaan 1000 tahun damai di bumi.
2.
Data-data yang jelas dan terang benar menunjukkan bahwa orang percaya yang setia akan
memerintah bersama-sama dengan Kristus di bumi ini, bukan di sorga saja. Dengan
demikian dapat ditegaskan bahwa akhir
perjalanan orang percaya bukanlah sorga dimana orang kristen dapat
“duduk-duduk” tetapi akhir perjalanan orang percaya adalah “bekerja” bagi
Tuhan, yaitu menjadi kawan sekerjaNya memerintah. Jadi selamanya kita harus
bekerja yaitu menjadi kawan sekerja
dengan Allah
-
Dan 2:35, batu itu memenuhi seluruh bumi.
-
Wah 5:10, mereka memerintah sebagai raja di bumi
(memerintah ebasileusan).
-
Wah 20:4, memerintah di bumi dimana orang mati
dibangkitkan.
-
1 Kor 6:2 orang kudus akan menghakimi dunia. Ini bukanlah
penghakiman di hadapan tahta putih, tetapi pemerintahan di bumi ini. Kata
menghakimi disni adalah krinousin dari akar kata krino berarti membela, memisahkan ini menunjuk kepada tugas
mengatus dan menegakkan keadilan (Luk 22:30 kata menghakimi “krinontes”). Ini
bisa sejajar dengan jaman hakim-haklim di jaman sebelum raja-raja di Israel.
Hakim-hakim pada jaman Israel bukan sekedar juru hukum tetapi juga penyelamat
dan turut mengatur hidup masyarakat. Mereka secara tidak langsungmemerintah atas
mandataris Allah (walau mereka tidak mau mengakui sebagai “pemerintah) Hak
8:22-. Setiap kali hakim-hakim memrintah mereka menjadi aman (Hak 3:11; 3:30;
5:31; 8:28 dst) . Inilah theokrasi dunia yang Tuhan telah dipatronkan. Bisa
jadi dengan pola ini kita memasuki kerajaan 1000 tahun.
-
Tuhan berkata berbahagialah orang yang lemah lembut
karena ia akan mewarisi/memiliki bumi. Tentu bumi ini adalah bumi yang
kita hari ini (Mat 5:5)
-
Dalam kitab wahyu pasal 20 dan 22 menunjukkan adanya 1000
damai diatas muka bumi ini. Penjelasan dalam kitab wahyu tersebut tentu bukan
sebuah kiasan .
C.
Keadaan dunia damai 1000 tahun tersebut
-
Iblis dibelenggu (Wahyu 20:1-3). Pengertian dibelenggu
disini adalah tidak diperkenankan beroperasi. Allah sanggup untuk itu. Bukan
sekedar tidak leluasa bergerak.
-
Bumi dibebaskan dari kutuk ( Yes 35:1-7). Kemakmuran akan
meliputi bumi ini (Yes 35:1-7;11:1-10; Amos 9:14). Band. Kej 3:17 mungkin ini
yang dikatakan pemulihan segala sesuatu (Kis 3:21). Kata pemulihan dalam teks
aslinya adalah apokatastaseos (ing. Restitution; to set in order)
-
Binatang tunduk kepada manusia (Yes 11:6-8).
Ketertundukan ini karena manusia khususnya orang percaya telah memiliki tubuh
kebangkitan dengan kapasitas ilahi dalam dirinya. Band. Kej 1:28.
-
Manusia panjang umur (Yes 65:17-25)
-
Dunia dalam kondisi dimana keadilan dan kebenaran
ditegakkan secara penuh (Yes 2:4; 11:4;
32:1)
-
Kemuliaan Tuhan akan memenuhi bumi ( Yes 11:9; Hab 2:14)
-
Kemuliaan Tuhan akan memenuhi bumi ( Yes 11:9; Hab 2:14)
D. Kepala pemerintahan dan pejabatnya.
-
Pusat pemerintahan di Yerusalem (Yes 2:3; Zak 14:10; Yes
24:23; 33:20; Maz 48:2)
-
Kristus sebagai kepala pemerintahan (Wah 2:27; Yes 11:4-5)
-
Orang yang dibangkitkan dan orang saleh sebagai
pejabatnya ( Yes 32:1; Wah 20:4; Luk 22:25-29). Mereka mengenakan tubuh
kemuliaan (1Kor 15:51-53).
Hal Angka.
Dalam bahasa Yunani kata seribu adalah Chililoi ditulis 11 kali (2 Pet 3:8;
Wahyu 5:11; 11:3 dll)
RUMAH BAPA
Sampai saat ini, tidak banyak buku yang
menulis tentang sorga, bahkan buku-buku dogmatika pun hampir-hampir tidak
mencantumkan pokok masalah mengenai Sorga didalamnya secara lengkap.
Pembicara-pembicara di mimbar pun, hampir-hampir tidak memberikan penjelasan
mengenai Sorga. Ironisnya isu mengenai Sorga cukup menonjol dan sering
dikemukakan dalam percakapan-percakapan di lingkungan gereja.
Sebagai akibat kurangnya penjelasan mengenai
Sorga, maka pemahaman tentang Sorga yang dimiliki banyak orang Kristen adalah
serapan dari ajaran agama-agama lain, dan pandangan individu yang tidak
memiliki landasan Alkitabiah. Pengertian tentang Sorga dalam pikiran banyak
orang hanya perkiraan atau fantasi saja.
Banyak orang menggambarkan Sorga dengan berbagai ilustrasi seperti
misalnya:
·
Sebuah tempat di
mana pria-pria yang masuk ke sana disambut, ditemani dan dilayani
bidadari-bidadari cantik. Gambaran Sorga
seperti ini menunjukkan rendahnya mental atau ahklak manusia. Bayangkan, bila
hal tersebut terjadi, bagaimana dengan istri-istri yang menyaksikan pemandangan
tersebut di Sorga? Ini adalah ide yang sangat duniawi, kedagingan, dan
mengandung nuansa percabulan.
·
Sebuah taman
dimana buah-buahnya ranum sepanjang waktu, dan bebas untuk dinikmati. Buah-buah
dapat dimakan tanpa dikupas dan dicuci. Hamparan rumputnya bak permadani.
Penghuninya tidak perlu bekerja susah payah, karena segala sesuatu sudah
tersedia. Manusia yang masuk disana hanya menyanyi memuji Tuhan, tidur, makan
dan rekreasi.
Gambaran Sorga
tersebut menunjukkan penggambaran yang sangat miskin terhadap realitas Sorga.
Sorga tersebut adalah situasi “jaman
batu”, zaman dimana manusia belum memiliki peradapan. Kesalahan yang paling
parah dari gambaran Sorga seperti ini, adalah penyangkalan terhadap hakekat
manusia sebagai makhluk yang bekerja. Sesungguhnya, manusia akan tetap bekerja
mengabdi kepada Tuhan dikekekalan nanti, di Kerajaan-Nya, sebab manusia pada
dasarnya adalah pekerja (man is worker by
nature). Hakekat ini tidak akan pernah dibatalkan walaupun manusia jatuh di
dalam dosa.
·
Sebuah kota yang jalan-jalannya adalah emas, batu-batunya
adalah permata, sebuah kemewahan yang tiada tara.
Apakah realitanya demikian? Bisa saja! Memang
Alkitab juga menyinggung mengenai hal ini (Wah 21:21). Yang penting bukanlah
keadaan fisik Sorga tersebut, tetapi tempat dimana Tuhan Yesus berada dan orang
percaya juga berada. Sebenarnya tidak perlu terlalu sibuk mempersoalkan Sorga
ada dimana, dan bagaimana keadaan fisiknya, tetapi yang penting kebersamaan
dengan Tuhan selamanya di rumah Bapa (1Tes 4:17).
Namun, oleh karena sedikit sekali informasi
mengenai Sorga, maka keadaan ini berpotensi menyesatkan jemaat. Oleh sebab itu,
kekayaan Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab harus digali, agar ditemukan
lebih dalam dan lengkap. Bila tidak, maka sudah pasti konsep mengenai Sorga,
yang dimiliki banyak orang Kristen tidak Alkitabiah. Dan hal ini memiliki
dampak terhadap kualitas hidup kekristenan mereka. Kita harus berani berkata
jujur bahwa kita “tidak tahu” mengenai hal-hal yang memang tidak ditulis dengan
jelas (bold) oleh Alkitab. Namun, hendaknya kita tidak boleh takut menyuarakan
kebenaran yang diinformasikan dengan jelas oleh Alkitab.
Kebenaran mengenai Sorga ini harus
disampaikan untuk membuka pikiran umat, agar mereka memahami realitas sorga. Kebenaran tersebut akan memberi
penghiburan dan kekuatan kepada kekasih-kekasih Tuhan, di tengah-tengah dunia
yang makin jahat ini. Pengenalan terhadap kebenaran tersebut, akan mempengaruhi
kualitas kehidupan iman seseorang.
Dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan
Yesus diawali dengan kalimat: “Bapa kami yang di Sorga” (Ing. Our Father which art in heaven-Our Faher in
heaven; Yun. Pater heemoon ho en
tois ouranois). Bukankah Tuhan Yesus cukup berkata: Bapa kami “titik”,
tidak perlu ada tambahan “yang di sorga?” Tetapi dalam Doa yang diajarkan Tuhan
Yesus tersebut, Ia menambahkan “yang di Sorga”. Tentu tambahan ini ada
maksudnya atau bermakna.
Dalam banyak pernyataan-Nya pun ketika Tuhan
Yesus menyebut Bapa, Ia menambahi dengan kalimat ini: “Yang di Sorga”. Apa
makna yang terkandung dibalik ucapan ini? Pesan apa yang Tuhan hendak sampaikan
melalui kalimat tersebut.
Dengan kalimat “yang di Sorga,” Tuhan Yesus
hendak menunjukkan bahwa ada satu tempat tertentu yang permanen, yang menjadi
tempat domisili Bapa. Ia bukan Bapa pengembara yang tidak jelas kerajaan-Nya.
Ia adalah Bapa yang memiliki tempat, kerajaan atau istana, tempat Ia bertahta.
Hal ini memberi impresi bahwa Bapa adalah pribadi yang agung, berkuasa, tertib
dan kaya.
Berbeda dengan iblis, yang memang menjadi
pengembara. Ia dibuang dari hadirat Tuhan, ke dalam dunia ini, untuk menanti
datangnya hari penghakiman. Alkitab menginformasikan mengenai Lusifer sebagai
berikut: “…. Maka Kubuangkan engkau dari
gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu
yang bercahaya. Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi
semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi
tontonan bagi matanya” (Yeh 28:13-17). Lusifer adalah oknum Jahat, yang
memberontak kepada Bapa di Sorga. Lucifer bersama dengan malaikat yang jatuh,
terbuang dari hadirat Tuhan dan tidak lagi memiliki tempat yang nyaman di
Sorga. Betapa mengerikan manusia yang
mengikuti “bapa jahat” yang tidak memiliki kerajaan tersebut.
Ketika Tuhan Yesus menambahkan kata “yang di
Sorga” dalam panggilan-Nya kepada Bapa, maka Ia hendak menunjukkan bahwa orang
percaya adalah anak-anak Bapa yang berkerajaan. Petrus mengatakan bahwa orang percaya
adalah “imamat yang rajani” (Ing. royal
priesthood) (1Pet 2:9). Kata “royal” adalah basileion yang artinya “kerajaan”. Imamat rajani berarti juga
hulubalang-hulubalang yang memiliki kerajaan.
Kalau meminjam istilah dalam kamus politik,
orang percaya bukanlah komunitas yang dapat digolongkan sebagai “kaum
apatride”, yaitu orang yang tidak memiliki kewarga-negaraan. Orang percaya
bukanlah bangsa gelandangan. Orang percaya adalah bangsa yang memiliki dua
kewarga-negaraan, kewarga-negaraan sorga dan negara di dunia (bepatride). Tentu sebagai anak-anak
Tuhan; umat pilihan-Nya; orang percaya harus lebih mengutamakan dan menjunjung
tinggi kewargaannya di sorga.
Dalam Yohanes
8:23, Yesus berkata kepada orang Farisi: Kamu berasal dari bawah, Aku
dari atas; kamu dari dunia ini, Aku
bukan dari dunia ini. Kata “bawah” disini adalah kato, yang terjemahan bahasa Inggrisnya beneath yang artinya
“dari bawah,” dalam pengertian “hina” atau “rendah dalam kualitas”. Ketika Tuhan Yesus naik ke Sorga, Ia kembali ketempat
asalnya, “diatas” yang memiliki nilai mulia dan tinggi (Kis 1:9-10). Di dunia
ini, Ia hanya sebagai a cosmic touris.
Tuhan Yesus juga berkata kepada para
pengikutnya bahwa, mereka bukan berasal
dari dunia ini (Yoh 17:14,16). Dengan pernyataan ini, Tuhan Yesus hendak
menunjukkan bahwa orang percaya adalah
orang-orang yang memiliki masa depan
yang cerah. Masa depan yang cerah bukan pada masa depan di dunia ini, yaitu
pada bumi yang akan jatuh, tetapi hidup
dalam kemuliaan di kekekalan nanti, yaitu Kerajaan Bapa di Sorga. Harta ini
tidak dapat dibeli dengan apapun. Tidak ada harta di dunia ini yang lebih
berharga dari kemuliaan bersama Tuhan di Kerajaan-Nya. Bertalian dengan hal ini Petrus menyatakan: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus
Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh
kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh
pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak
dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.
Dengan hal ini, Tuhan Yesus sudah mulai
meletakkan dasar tujuan hidup orang percaya, bahwa tujuan hidup orang percaya
adalah kerajaan-Nya. Manusia yang hidup tanpa tujuan jelas adalah manusia yang
menjadi mangsa empuk kuasa jahat. Sayangnya, demikianlah keadaan kebanyakan
manusia hidup di bumi ini, hidup tanpa tujuan. Mereka hanya makan-minum dan
kawin-mengawinkan. Anak-anak Tuhan
tidaklah demikian, mereka harus memiliki arah atau tujuan hidup yang jelas. Paulus menulis bahwa orang percaya berwarga-negara sorga, dan dari sana
menantikan Tuhan (Fil 3:20). Itulah sebabnya panggilan orang percaya bertalian
dengan kerajaan-Nya ini diucapkan Tuhan Yesus: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan
karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”. Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak
merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Melengkapi
pernyataan Tuhan Yesus ini Paulus mengatakan: Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah
mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila
Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan
menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Perkara yang diatas
adalah kemuliaan bersama dengan kristus di kerajaan-Nya nanti.
Dengan kalimat “yang di sorga”, orang percaya
dipanggil untuk tetap mengarahkan perjalanan hidup ke arah tersebut, yaitu
“kemuliaan bersama Kristus”. Paulus memberi contoh, dalam hal ini melalui
tulisan yang menunjukkan kesaksian hidupnya melainkan
aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah
ditangkap oleh Kristus Yesus (Fil
3:12).
Tuhan Yesus menjelaskan bahwa di rumah Bapa
banyak tempat tinggal (Yoh 14:1-3). Pernyataan ini memuat berita dan sekaligus
janji, bahwa: di rumah Bapa terdapat banyak tempat tinggal, dan orang yang
percaya kepada-Nya memiliki jaminan untuk tinggal di rumah Bapa tersebut. Rumah
Bapa inilah yang identik dengan Sorga.
Berbicara mengenai rumah Bapa yang
diidentikkan dengan Sorga, Tuhan Yesus
berkata: “Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Persoalannya
adalah apakah sebenarnya dengan “pergi menyediakan tempat bagi kita?”. Pergi
menyediakan tempat bagi kita bisa berarti 2 hal:
Pertama :
Ketika Tuhan Yesus
mengucapkan kalimat bahwa ia akan pergi menyediakan tempat bagi kita. Tuhan
Yesus hendak memasuki puncak dari tugas penyelamatan di Bukit Golgota, yaitu
menderita, mati dan dibangkitkan. Penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya,
inilah merupakan jalan keselamatan supaya hubungan antara Allah dan manusia
yang sudah putus dapat dipulihkan kembali. Kemudian Tuhan Yesus naik ke Sorga,
Roh Kudus diutus tinggal dalam hidup orang percaya, memberi kuasa untuk
bersaksi atau melayani Tuhan. Pelayanan orang percaya bagi Tuhan merupakan
persiapan seseorang dimuliakan bersama dengan Yesus dalam kerajaan-Nya. Proses
ini merupakan “usaha Tuhan menyediakan tempat bagi kita”.
Kedua :
Tuhan Yesus pergi
menyediakan tempat bagi kita, bisa saja berarti bahwa Tuhan menyediakan suatu
tempat tinggal bagi tubuh kemuliaan kita nanti. Jadi, pada saat Tuhan berbicara
mengenai tempat tinggal manusia di Rumah Bapa, memang berarti tempat tersebut
belum siap dihuni atau belum ada. Bukan tidak mungkin, memang Tuhan Yesus
menyediakan suatu tempat, dimana manusia yang namanya tertulis dalam kitab
kehidupan akan ditempatkan. Jadi “pergi menyediakan tempat” bisa berarti bahwa
Tuhan Yesus (Sang Logos) yang menciptakan langit dan bumi hari ini (Yoh 1:1),
menciptakan sebuah langit dan bumi yang baru bagi orang percaya.
Ada kesejajaran antara Penciptaan alam
semesta di Kejadian 1 dengan penyiapan “langit baru dan bumi yang baru.” Alam
semesta diciptakan selama 6 hari. Kata “hari” (Ibrani: yom) dalam kitab Kejadian 1 memang bisa menunjuk “hari” yang terdiri dari 24 jam, tetapi juga berarti
suatu masa tertentu dalam kurun waktu yang tidak diketahui. Namun hal
tersebut tidak terlalu penting, yang
penting bahwa Tuhan menciptakan alam semesta ini “melalui proses,” bukan sebuah
“sulapan” dalam sekejap. Sangat mungkin Sang Logos (Tuhan Yesus Kristus) yang menciptakan alam semesta bersama dengan
Bapa pada penciptaan pertama, sedang mempersiapkan “langit yang baru dan bumi
yang baru,” sebuah tempat yang nantinya akan dikelola oleh manusia yang
diperkenankan masuk dunia yang akan datang.
Sebagaimana Adam dan Hawa manusia pertama
diperintahkan untuk mengelola alam ciptaan-Nya yang masih “mentah” (Kej 2:15),
maka orang percaya pun akan mengelola “langit yang baru dan bumi yang baru,”
yang Tuhan ciptakan dalam keadaan masih mentah, dan orang percaya harus
mengelolanya dalam kreasi yang tidak terbatas di kekekalan nanti. Dalam hal
ini, Sorga bukan tempat orang beristirahat sama sekali (memang beristirahat
dari kejahatan dan kelelahan dunia yang sudah jatuh) tetapi tempat dimana
manusia mengabdi kepada Tuhan di kurun waktu yang tak terbatas. Sebuah dunia
kerja yang sempurna. Kerja tanpa onak
dan duri, di bumi yang tidak terkutuk.
Dalam hal ini sorga bukan tempat orang hanya
duduk-duduk “santai,” tetapi sebuah pemerintahan dimana manusia masih harus
tetap bekerja. Sorga adalah sebuah dunia, tempat berlangsung pemerintahan Tuhan
Yesus Kristus dan orang percaya sebagai pejabat-pejabat-Nya memerintah
bersama-sama dengan Dia (Wahyu 22:5).
Manusia yang diciptakan Tuhan sesuai dengan gambar-Nya yaitu dengan nature sebagai pekerja (man is worker by nature), tetap memiliki
hakekat ini (Wahyu 21:24-27). Sorga bagi
manusia adalah tempat manusia bekerja, ekspresi dari hakekatnya sebagai
pekerja.
SORGA BUKANLAH ALAM ROH
Kita harus berhati-hati dalam membahas pokok
masalah ini, sebab Alkitab memang tidak banyak mengungkap rahasia Sorga.
Minimnya informasi mengenai Sorga dan tidak adanya usaha untuk menggali
kekayaan Alkitab yang berbicara mengenai Sorga, mengakibatkan banyak orang
telah memiliki konsep yang salah mengenai Sorga tersebut. Kesalahan itu telah mengakar dalam diri
banyak orang.
Harus ada usaha yang serius untuk mengungkap
rahasia mengenai Sorga. Penjelasan yang terlalu radikal dan inovatif (baru)
bisa menimbulkan resistensi (penolakan),
namun kebenaran harus tetap disampaikan. Sebagian dari rahasia mengenai Sorga,
dipaparkan dalam tulisan ini dengan keberanian yang tulus.
Tulisan dibawah ini memaparkan bahwa Sorga
bukanlah alam roh dunia maya, tetapi alam fisik yang merupakan kelanjutan dari
perjalanan alam semesta yang telah
diciptakan Tuhan, yang ditulis Musa dalam Kitab kejadian. Sorga bukanlah alam
lain, tetapi alam semesta ini. Logikanya
Tuhan hanya memiliki satu alam semesta dimana Sorga-Nya termasuk ada
didalamnya. Sebagai mana Tuhan adalah Esa (Mono), maka alam semesta (jagad
raya) juga mono. Hal ini akan menggiring kita kepada keyakinan terhadap
ke-Esa-an Tuhan, bahwa tidak ada alam semesta (jagad raya) lain dengan Tuhan yang
berbeda.
Banyak orang
memiliki pemahaman yang keliru tentang sorga. Sorga dipahami sebagai “alam
roh,” yang segala sesuatunya sangat berbeda dengan dunia nyata kita hari
ini. Bila benar demikian, maka konsep
mereka tentang sorga dapat diuraikan sebagai berikut:
• Sorga adalah
sebuah dunia yang bersifat rohani atau
alam roh, sehingga yang dapat tinggal menetap disana hanyalah mereka yang
memiliki tubuh roh pula. Tubuh roh dipahami sebagai tubuh yang tidak tersentuh
alam fisik, atau tidak dapat berintraksi dengan alam fisik. Tubuh seperti ini
dikenal juga sebagai “tubuh maya”. Inilah “hantu” yang dimaksud Tuhan Yesus
dalam Lukas 24:39; …karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang
kamu lihat ada pada-Ku."
• Sorga adalah
suatu keadaan misteri yang tidak dapat dimengerti sama sekali oleh pikiran.
Sebuah dunia dengan dimensi yang berbeda sama sekali dengan dimensi bumi kita
hari ini. Dunia misteri yang menyimpan
berjuta rahasia yang tidak dapat dimengerti sama sekali.
• Sorga adalah
suatu dunia ciptaan baru yang tidak berhubungan dengan dunia hari ini. Tuhan
akan menciptakan dunia lain atau alam semesta lain, selain alam semesta yang
ada sekarang.
Ketiga pandangan diatas ini tidak tepat.
Sorga bukanlah alam roh yang hanya dihuni oleh roh-roh atau tubuh maya. Sorga
bukanlah suatu misteri yang tidak dapat dimengerti sama sekali oleh akal pikiran manusia, sebab Sorga sebenarnya
adalah kelanjutan dari alam semesta yang
kita huni hari ini.
Bila Sorga dipahami sebagai alam roh seperti yang tersebut diatas,
maka konsekuensinya adalah:
• Tidak perlu ada kebangkitan seperti tubuh
kebangkitan Tuhan Yesus. Manusia tidak
perlu dibangkitkan sebab dengan tubuh maya atau “roh” seperti hantu, manusia sudah dapat menghuni Sorga.
• Alkitab tidak akan menyatakan bahwa Allah
adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati (Mat 22:31-32). Yang benar, Allah adalah Allah
orang hidup bukan Allah orang mati. Dan Sorga adalah tempat orang-orang hidup
tinggal menetap, bukan tempat tinggal orang mati (rumah orang yang sudah
dibangkitkan). Ketika Tuhan Yesus menyatakan bahwa Allah adalah Allah orang
hidup bukan Allah orang mati, Ia sedang berbicara mengenai kebangkitan (Mat
22:23-32). Sebagian orang Yahudi memang tidak percaya adanya kebangkitan,
khususnya dari kelompok Saduki (Saduki adalah suatu komunitas yang tidak
percaya adanya dunia yang akan datang). Mereka menentang keras realitas
kebangkitan.
Kebangkitan adalah sebuah realitas.
Demonstrasi pertama mengenai adanya kebangkitan adalah kebangkitan Tuhan Yesus
sendiri. Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus bangkit dari kematian, dan Ia
membuktikan kebangkitan-Nya dengan jelas. Setelah kebangkitan-Nya, Ia makan dan
minum dihadapan mereka. Kalau Tuhan Yesus tidak membutuhkan tubuh nyata (secara
fisik) guna membuktikan kebangkitan atau “hidup-Nya”, maka Ia tidak perlu
memakai tubuh kebangkitan seperti yang didemonstrasikan-Nya tersebut.
Berminggu-minggu Tuhan Yesus membuktikan kebangkitan-Nya dengan tubuh
kebangkitan, dengan cara makan dan minum bersama-sama murid-murid-Nya.
Sorga adalah riil (nyata) secara fisik, bukan
alam roh yang tak tersentuh dengan tubuh jasmani, sebab Sorga merupakan “kelanjutan dunia hari ini.”
“Kelanjutan dunia hari ini” maksudnya adalah Tuhan tetap menggunakan fasilitas
alam semesta yang nyata secara fisik sebagai samayim atau ouranos
(sorga) untuk manusia.
Mengapa Tuhan menggunakan fasilitas alam
semesta ini bukan alam yang lain, seperti yang biasanya dipahami kebanyakan
orang, yaitu sebuah tempat di alam roh?
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus
dijelaskan bahwa alam semesta ini adalah
ciptaan Allah yang terbaik untuk manusia. Dalam Kejadian 1:31 Alkitab mencatat
bahwa apa yang Tuhan telah ciptakan adalah sungguh amat baik (towb meod), dalam versi King James
diterjemahkan it was very good. Towb meod sebenarnya bisa diterjemahkan
secara harafiah very the best, sangat bagus dan terbaik. Perlu ditambahkan disini,
bahwa yang dinyatakan Tuhan sebagai towb
meod adalah “segala sesuatu” yang
dijadikan-Nya, bisa jadi seluruh tatanan alam semesta ini.
Dari pernyataan Alkitab ini, diperoleh
kebenaran bahwa tidak ada dunia dan alam semesta yang lebih baik dari apa yang
Tuhan telah ciptakan. Tuhan tidak akan menciptakan alam semesta yang lain,
kecuali alam semesta yang sudah ada.
Allah ciptakan yang baru, di atas penciptaan yang pertama. Jadi,
sangatlah logis kalau Sorga bagi manusia nanti menggunakan fasilitas yang ada,
yaitu alam semesta yang sudah ada sekarang.
Jagad raya yang tak terbatas inilah yang nantinya akan memfasilitasi
langit baru dan bumi yang baru, yaitu Sorga. Sedangkan bumi yang ada sekarang
akan lenyap (Wah 21:1-3). Sangat besar kemungkinan Sorga bukan terletak di tata
surya yang kita diami ini, dimana matahari menjadi pusatnya. Sorga terletak di
alam semesta yang tak terbatas. Itulah sebabnya, .Alkitab mencatat bahwa
di Sorga nanti tidak dibutuhkan matahari seperti di langit dan bumi kita ini,
Tuhanlah yang menjadi terangnya. Matahari kehidupan yang tidak pernah terbenam.
Dalam Wahyu 21:1 terdapat Kata “baru” untuk
“langit dan bumi .” Hal ini sangat menarik untuk dikupas. Kata “baru” yang teks
aslinya adalah kainos berarti “baru
dalam kualitas.” Dengan kata lain, bumi
yang akan dihuni orang percaya nanti adalah alam semesta yang sama, tetapi
dengan kualitas yang berbeda. Tuhan tidak menciptakan alam semesta yang baru.
Jadi, perlu ditegaskan disini bahwa ”langit yang baru dan bumi yang baru”
adalah bagian dari alam semesta yang sangat besar, dan tidak terbatas.
Memang hal tersebut diatas masih merupakan
sebuah misteri, tetapi kita dapat memperhitungkan secara logis bahwa kalau alam
semesta ini dinilai oleh Tuhan sebagai towb
meod (very the best), maka tidak
ada alam semesta lain yang lebih baik. Banyak orang menyangka bahwa Sorga
terletak di alam semesta yang lain, yang
diciptakan Tuhan atau di alam roh yaitu dunia lain dibalik dunia nyata ini.
Pandangan ini tidak tepat, yang benar bahwa Sorga adalah sesuatu yang bersifat
materi atau nyata secara fisik. Dalam hal ini, kita jangan terperosok oleh
filsafat Yunani yang dipelopori Plato, yang mengatakan bahwa yang “bendani” itu
kotor, najis dan buruk, tetapi yang rohani (dunia ide) adalah kudus dan baik.
Bila Sorga dihubungkan dengan tubuh
kebangkitan, maka akan kita dapati sebuah relasi yang sangat erat diantara
keduanya. Karena semua orang percaya
yang setia akan dibangkitkan dan mengenakan tubuh kemuliaan yang bisa
berinteraksi dengan alam semesta, maka
Sorga haruslah “sesuatu yang bersifat materi”. Dalam hal ini, Tuhan Yesus telah
menampilkan suatu peragaan dahsyat dari tubuh kebangkitan-Nya.
Tubuh kebangkitan Tuhan Yesus dapat
bersentuhan dengan alam ini, atau benda-benda yang juga dapat diraba secara
fisik. Ini berarti tubuh kebangkitan tidak membutuhkan “benda-benda rohani” di
alam roh atau benda-benda yang berbeda dengan alam kita ini.
Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan-Nya
dapat berinteraksi dengan alam materi ini dan menikmatinya. Tuhan Yesus berkata
kepada murid-murid-Nya: “…rabalah tubuhKu ini”. Dengan tubuh kebangkitan Tuhan
Yesus dapat dipegang, dan Ia pun makan dan minum menikmati santapan.
Dalam satu pernyataan-Nya, Tuhan Yesus
membandingkan tubuh kebangkitan dengan hantu. Ia berkata: Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan
lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat
ada pada-Ku (Luk 24:39). Kemudian
Tuhan Yesus makan dan minum dihadapan mereka. Ia membuktikan kebangkitan-Nya
dengan tubuh kemuliaan, selama beberapa minggu (Kis 1:3-4). Peragaan ini menjadi pesan penting untuk
menghayati realitas Sorga yang akan datang nanti.
Tubuh kebangkitan adalah tubuh yang akan membuat orang saling mengenal, dan juga mengenal Tuhan di
Kerajaan-Nya nanti. Di sorga dengan tubuh kebangkitan orang-orang percaya yang
setia berkumpul bersama dan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan (Wah 22:3-4).
Ini adalah sebuah pertemuan indah; dimana tidak ada pertikaian, permusuhan dan
perang. Di tempat ini tidak ada
kenajisan, dosa dan penderitaan. Di
Sorga orang akan makan dan minum seperti di dunia ini, sangat besar kemungkinan
dengan jenis makanan dan minuman seperti
makanan dan minuman yang ada di bumi ini. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan
Tuhan Yesus, bahwa ia tidak akan minum anggur (anggur secara fisik), sampai pada
kedatangan kerajaan Sorga (secara fisik) nanti. Tuhan Yesus berkata: Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi
hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru,
bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku. Itulah yang Tuhan Yesus
sebut sebagai “anggur yang baru” (Mat
26:29).
Kata “baru” dalam Matius 26:29 teks aslinya
adalah kainos, kata yang sama
digunakan dalam Wahyu 21:1 (langit baru dan bumi yang baru). Jadi Tuhan Yesus
sejak kenaikkanNya ke Sorga sampai saat
ini tidak makan dan tidak minum. Ia barulah akan makan dan minum bersama dengan
kekasih-kekasih-Nya dalam Kerajaan-Nya nanti yaitu di Sorga(Luk 22:30).
Dengan penjelasan diatas ini dapatlah ditarik
kesimpulan secara logis, bahwa Sorga bagi manusia adalah suatu alam bersifat
fisik dengan segala fasilitasnya yang dapat dinikmati oleh tubuh kebangkitan.
Dengan demikian Sorga adalah kelanjutan dari sejarah alam semesta secara fisik
ini, alam semesta yang diciptakan Tuhan yang ditulis oleh Musa dalam kitab Kejadian.
Akan timbul pertanyaan: Mengapa Tuhan tidak
mengungkapkan hal tersebut dengan jelas atau terang-terangan kepada
murid-murid-Nya? Jawabnya sederhana: Murid-murid yang hidup pada jaman
“primitif” (bila dibanding dengan jaman sekarang), tidak akan memahami sama
sekali dan akan sangat membingungkan. Bahkan Orang-orang pada waktu itu
tidak memahami bahwa bumi bulat dan matahari adalah pusat dari tata
surya kita.
SORGA
TUHAN
DAN SORGA MANUSIA
Pembahasan mengenai Sorga akan memunculkan
beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Jawaban-jawaban tersebut merupakan
kunci untuk memahami lebih jelas, apakah dan bagaimanakah Sorga itu.
Masalah-masalah itu antara lain:
·
Apakah Sorga
tempat Allah bertahta sama dengan sorga tempat orang percaya menetap?
·
Apakah Sorga untuk
manusia sudah ada?
Dalam Wahyu 21:1-2 tertulis: “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi
yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan
laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru,
turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang
berdandan untuk suaminya.”
Ayat di atas
mengatakan bahwa “kota kudus”, yaitu “Yerusalem yang baru, turun dari Sorga, dari
Allah.” Dari keterangan
tulisan diatas ini dapat diketahui bahwa,
terdapat Sorga tempat tahta Allah, dipihak lain ada “Yerusalem baru”
sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus yang turun dari Sorga. Perhatikan kalimat “Yerusalem yang baru turun
dari Sorga, dari Allah…” Ini berarti “Yerusalem baru” merupakan pusat
pemerintahan dimana Tuhan Yesus memerintah, bukanlah Sorga tempat Bapa
bertahta. Apakah Sorga tempat Allah bertahta sama dengan sorga tempat orang
percaya menetap? Sebenarnya pertanyaan
ini tidak perlu dipersoalkan, yang penting untuk diketahui bahwa terdapat Sorga
tempat tahta Bapa, dan “Yerusalem Baru” sebagai pusat pemerintahan Kerajaan
Tuhan Yesus Kristus.
Dari penjelasan tersebut diatas, memunculkan gagasan bahwa sekarang ini
Yerusalem yang baru belum ada. Kalau Yerusalem
yang baru belum ada, berarti “Sorga bagi manusia juga belum ada”.
Gagasan ini diteguhkan oleh kenyataan bahwa belum adanya kebangkitan manusia
dari antara orang mati. Setelah adanya kebangkitan manusia dari antara orang
mati dan penghakiman atas mereka yang telah dibangkitkan, maka barulah manusia
membutuhkan tempat untuk tubuh barunya yaitu tubuh kebangkitan, saat itulah
Yerusalem Baru turun dari tahta-Nya.
Jika Sorga untuk manusia hari ini belum ada,
maka munculah pertanyaan; Bagaimana dengan kesaksian orang-orang yang “katanya”
telah melihat Sorga?
Memang bisa saja penglihatan itu terjadi
secara rohani atau didalam roh. Mereka mengalami penampakan mengenai “sesuatu”
yang dipahami sebagai Sorga tersebut, terjadi atau berlangsung di wilayah alam
roh. Apa yang mereka alami dalam pengalaman penglihatan itu, bisa menunjuk
beberapa kemungkinan antara lain:
·
Sesuatu yang
mereka lihat kemungkinan besarnya adalah Hades yang nyaman, yang sama dengan
apa yang Alkitab sebut sebagai “pangkuan Abraham” atau Firdaus. Namun itu bukan atau
belumlah “Yerusalem baru”, yang
merupakan pusat pemerintahan Tuhan Yesus, yaitu sorga sebenarnya yang
kekal bagi manusia (sekarang sorga untuk
manusia belum ada atau belum dinyatakan).
·
Sesuatu yang
mereka lihat adalah sebagian dari Sorga tempat Allah bertahta.
·
Sesuatu yang
mereka lihat adalah sebagian Sorga yang akan datang. Jadi penglihatan tersebut
bukanlah fakta yang sudah ada, tetapi fakta yang akan dinyatakan nanti setelah kebangkitan
orang mati dan penghakiman.
·
Sesuatu yang
mereka lihat adalah sebuah gambaran mengenai keindahan tetapi bukan Sorga itu
sendiri. Oleh karena sesuatu yang indah
biasanya dipahami atau identik dengan Sorga, maka penglihatan tersebut diakui
sebagai Sorga.
Bila kita mengamati pengakuan mengenai Sorga
yang dilihat oleh “mereka”, maka ada sesuatu yang mengganggu pikiran kita,
yaitu: Sorga-sorga yang mereka lihat berbeda-beda versinya. Dan yang paling
membingungkan adalah ternyata Sorga yang disaksikan oleh sebagian mereka,
berbeda dengan Sorga yang dilihat oleh Yohanes di Pulau Patmos, dalam kitab
Wahyu.
Bermacam-macam penglihatan mengenai Sorga
yang sering dinyatakan dalam berbagai kesaksian lisan dan tulisan, antara lain:
• Sorga dalam diwujudkan atau digambarkan sebagai taman yang indah.
• Sorga dalam diwujudkan sebagai istana yang terbuat dari emas permata.
• Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai
tempat dimana terdapat orang-orang yang
berbaju putih sedang memuji-muji Tuhan.
• Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai
tempat dimana anak-anak bermain-main (penglihatan ini dialami oleh seorang anak
kecil).
• Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai
sebuah kota yang bercahaya penuh kegemerlapan terang yang tiada taranya.
• Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai
tempat berkerumun orang-orang yang sudah meninggal, tetapi tidak ada keterangan
yang jelas keadaanya.
Selain yang terdaftar diatas ini, tentu masih
banyak lagi kesaksian mengenai keadaan Sorga yang perlu disaksikan disini.
Namun harus diperhatikan, bahwa semua penglihatan tersebut bukan dialami secara
jasmani dimana seseorang diangkat dengan tubuhnya, tetapi sebuah pengalaman
rohani atau di dalam roh. Pada umumnya yang diangkat hanyalah rohnya, bukan
tubuh jasmaninya. Jadi, penglihatan yang mereka alami adalah sebuah aktivitas roh atau aktivitas jiwa, di luar
kesadaran fisik, dan biasanya
pengalaman-pengalaman tersebut
sangat subyektif.
Penulis bukannya tidak percaya akan adanya
penglihatan-penglihatan tentang Sorga
tersebut, bukan pula tidak percaya adanya Sorga, tetapi dalam menanggapi
penglihatan atau penampakan mengenai Sorga harus mempertimbangkan beberapa hal:
·
Penglihatan
tersebut pasti memuat suatu pesan dari Tuhan,
jadi “Sorga” yang dilihat tentu bertalian atau sesuai dengan isi pesan
Tuhan tersebut. Pesan itu bisa untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain.
Kalau pesan itu untuk dirinya sendiri, maka ia tidak perlu atau tidak harus
menyaksikannya kepada orang lain. Tetapi, kalau pesan itu untuk orang lain,
tentu harus disaksikan kepada orang lain.
Dalam hal ini, yang penting bukan gambaran tentang Sorga yang
disaksiaknnya dalam suatu penglihatan,
tetapi pesan Tuhan yang harus ditangkap
atau dimengerti. Karenanya, penglihatan mengenai Sorga tersebut hendaknya tidak
menjadi komoditi untuk meninggikan diri.
Bertalian dengan
hal tersebut, patutlah kita mencontoh Paulus dalam bersikap terhadap pengalaman
penglihatan, mengenai Sorga yang dialaminya. Ketika Paulus memperoleh
penglihatan mengenai langit ketiga yang dipahami sebagai Sorga, ia tidak
menceritakan kepada orang lain selama 14 tahun. Hal ini dilakukannya agar ia
tidak menjadi sombong, dan Tuhan menjaganya dengan mengijinkan utusan iblis
menggocohnya (2Kor12).
·
Penglihatan
mengenai “Sorga” diberikan Tuhan dengan mempertimbangkan kemampuan orang
tersebut dalam memahami rahasia Kerajaan Sorga. Seorang anak kecil mendapat
penglihatan mengenai Sorga dalam wujud atau gambaran tempat bermain, tetapi
orang dewasa mendapat penglihatan mengenai Sorga adalah sebuah kota yang
bercahaya dimana terdapat orang-orang menyanyi memuji Tuhan.
Tidak mungkin
Tuhan menuangkan keberadaan Sorga secara penuh atau secara lengkap kepada
pikiran manusia yang terbatas. Pikiran manusia yang terbatas, tidak akan mungkin mampu mengerti keberadaan
sorga secara penuh dan lengkap. Dari pengalaman Paulus, kita dapati kesaksian
mengenai “kata-kata yang tak terkatakan” (2Korintus 12:4 ia tiba-tiba diangkat ke
Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh
diucapkan manusia). Kalimat “kata-kata yang tak terkatakan”, dalam
terjemahan bahasa Inggris versi King James
yaitu unspeakable words. Informasi ini cukup membuka pikiran kita
memahami, bahwa keberadaan Sorga secara detail tidak mudah untuk diungkapkan oleh pikiran manusia yang terbatas.
Oleh sebab itu, pemahaman mengenai Sorga tidak boleh hanya didasarkan atas
“penglihatan seseorang”, tetapi harus berdasarkan Alkitab.
·
Hendaknya kita
tidak tergoda mengingini pengalaman penglihatan menyaksikan Sorga. Dalam
kedaulatan-Nya, Tuhan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk
memperoleh penglihatan mengenai Sorga,
tetapi kepada yang lain Tuhan tidak memberi kesempatan tersebut. Untuk
mempercayai bahwa Sorga adalah suatu realitas, seseorang tidak harus memperoleh
penglihatan mengenai Sorga. Seseorang cukup percaya saja terhadap realitas
Sorga, walau ia sendiri belum pernah memiliki pengalaman melihat Sorga. Tuhan
Yesus berkata: ”Berbahagaialah orang yang percaya walau tidak melihat, inilah iman yang murni” (Yoh 20:29). Jika seseorang tergoda
memiliki pengalaman menyaksikan Sorga supaya bisa lebih yakin terhadap realitas
Sorga, maka hal itu menunjukkan invalid atau cacat imannya, sama seperti
seseorang tidak dapat tegak berdiri tanpa tongkat yang menyangga.
·
Hendaknya kita
tidak mudah percaya terhadap pengakuan orang yang “katanya” pernah pergi ke
Sorga. Cobalah mempersoalkan: Apanya yang ke sorga, tubuhnya atau rohnya?
Bagaimana proses ke Sorga itu terjadi? Tentu pengalaman mereka sangat
subyektif. Dengan pernyataan ini, bukan berarti penulis tidak percaya adanya
pengalaman seseorang bisa pergi ke Sorga, tetapi hendaknya kita lebih selektif
dan peka menanggapi kesaksian seseorang.
Banyak nabi palsu beredar di tengah-tengah suasana kompetisi antar gereja
dan hamba Tuhan. Perlu dipertimbangkan: jika kita mendengar kesaksian mengenai
penglihatan atau penampakan Sorga, apa yang kita peroleh? Biasanya hanya
kekaguman kepada orang yang memiliki kesaksian tersebut. Itulah sebabnya,
pengalaman spektakuler seperti ini dijadikan “senjata” untuk berkompetisi
dengan orang percaya lain.
Dewasa
ini banyak orang mengaku telah pergi ke Sorga, dan banyak buku yang ditulis
berisikan kesaksian seseorang yang pernah pergi ke Sorga. Tentu dari sekian
banyak kesaksian terdapat kesaksian yang benar, tetapi bukan tidak mungkin pula
diantaranya terdapat pula kesaksian dusta (Alkitab pun menunjukkan adanya nabi
palsu dengan kesaksian palsunya). Bagaimana kita dapat membedakan kesaksian
mengenai penglihatan tersebut benar atau salah? Kenyataan atau dusta? Dibawah
ini terdapat beberapa pertimbangan untuk membedakan kesaksian palsu dan
kesaksian yang benar.
Pertama, kesaksian tersebut harus diukur dengan
kebenaran Firman Tuhan. Bila penglihatan tersebut bertentangan dengan Alkitab,
maka kita dapat mengatakan dengan tegas bahwa penglihatan tersebut dusta. Dan
sebaliknya, bila penglihatan tersebut tidak bertentangan dengan Alkitab, maka
kita dapat mengatakan dengan tegas bahwa penglihatan tersebut benar.
Kedua, kemungkinan besar sebuah kesaksian mengenai
sorga merupakan kesaksian dusta, bila disampaikan atau disaksikan dengan sikap tinggi hati.
Kesaksian yang disampaikan dengan kesombongan
biasanya dikarang-karang sendiri atau ditambah-tambahi, agar lebih dapat
dijadikan sarana meninggikan diri.
Ketiga, sebuah kesaksian mengenai Sorga kemungkinan
besar merupakan suatu dusta, apabila disaksikan dengan tidak konsisten. Di satu
kesempatan kesaksiannya mengenai sorga “begini”, di lain kesempatan “begitu”.
Apabila sebuah kesaksian yang dikemukakan mengenai Sorga selalu sama, maka
kesaksian tersebut kemungkinan besar benar, tetapi kalau apa yang disaksikan
mengenai sorga pada suatu hari tidak
sama dengan apa yang dikemukakan di hari lain, besar kemungkinan suatu dusta.
Keempat, apabila kesaksian mengenai Sorga yang
disaksikan menjadi kekuatan iman, maka kemungkinan besar kesaksian tersebut
benar, tetapi kalau kesaksian tersebut tidak menjadi berkat tetapi hanya
membangkitkan kekaguman kepada orang yang memiliki pengalaman tersebut, maka
kesaksian tersebut kemungkinan besar dusta. Adalah mustahil, Tuhan memberikan pengalaman menyaksikan Sorga
kalau tidak menjadi berkat bagi umat-Nya. Sama seperti sebuah karunia diberikan
Tuhan kepada seseorang untuk membangun iman orang lain dan dirinya sendiri,
bukan untuk kepentingan yang lain. Perhatikan: membangun iman, bukan membangun
yang lain.
Kelima, apabila kesaksian mengenai Sorga yang
disaksikan berindikasi untuk mencari keuntungan diri sendiri, sangat besar
kemungkinan kesaksian itu dusta. Keuntungan itu bisa berupa nama besar, harga
diri, uang, pujian dan lain sebagainya. Tetapi kalau kesaksian mengenai
pengalaman ke Sorga disaksikan dengan tulus tanpa berindikasi mencari
keuntungan pribadi, maka kemungkinan besar adalah kesaksian yang benar. Adalah
mustahil, Tuhan memberikan pengalaman
menyaksikan Sorga kalau hanya membangkitkan “pujian” bagi manusia.
Pada umumnya orang berpendirian bahwa setelah
orang mati, maka ia segera langsung masuk Sorga yaitu bagi yang berkelakuan
baik, sedangkan bagi mereka yang jahat langsung masuk neraka. Tetapi,
sebenarnya orang mati tidak langsung masuk sorga atau langsung masuk neraka.
Hal ini disebabkan karena samayim
atau ouranos belum ada, dan neraka (gehenna) atau yang disebut lautan api (limne to puros) belum ada.
Jadi, Sorga bagi manusia sebenarnya belum ada
hari ini. Hal ini dapat dibuktikan, karena Alkitab tidak pernah menunjukan
dengan jelas bahwa orang mati langsung masuk sorga. Banyak orang
memiliki pemahaman yang salah mengenai dunia dibalik kubur; atau tempat manusia
setelah meninggalkan tubuh fananya; atau setelah meninggal dunia.
Sorga yang dalam bahasa Alkitab samayim
atau ouranos (Heaven) untuk Bapa memang sudah ada, tetapi samayim atau ouranos
untuk manusia belum ada. Mengapa samayim
atau ouranos untuk manusia belum
ada? sebab samayim untuk
manusia barulah ada atau telah siap
dihuni, setelah kebangkitan semua orang
mati dan penghakiman terakhir.
Sorga yang sekarang ada, adalah sorga tahta
Allah Bapa; tempat dimana Allah bertahta
bersama Anak Domba (Mazmur 103:19; Wahyu 23:3). Ini benar-benar tempat khusus
yang istimewa. Bisa jadi di lokasi inilah Lusifer memberontak kepada Tuhan.
Sebelum kematian Tuhan Yesus di kayu Salib hanya orang-orang khusus yang
diperkenankan masuk Sorga ini yaitu tempat
Allah bertahta, mereka itu adalah
Henoch, Musa dan Elia. Tetapi bukan Sorga ini yang menjadi domisili orang-orang
percaya yang selamat, dan yang akan dibangkitkan nanti. Bapa menempatkan
orang-orang percaya di rumah-Nya yaitu Sorga yang luas, bukan di “istana-Nya”.
Dalam hal, ini rumah Bapa bukan menujuk tahta-Nya, tetapi lokasi yang Bapa
miliki yang disediakan Bapa bagi anak-anak-Nya.
Adapun, neraka adalah tempat terakhir bagi
manusia yang namanya tidak terdapat dalam kitab kehidupan, yaitu setelah kebangkitan dan penghakiman terakhir. Bagi
orang percaya, setelah mati mereka dibawa ke syeol atau hades yang
nyaman yang sama dengan Firdaus, kemudian setelah penghakiman terakhir, Tuhan
membawa orang percaya dan manusia yang berkelakuan baik kedalam kerajaan-Nya.
Nantinya pada akhir sejarah dunia, bumi akan
dihancurkan dengan api (2Pet 3:5-11). Bumi yang kita pijak ini akan hancur dan
tidak dapat dihuni, maka Tuhan akan mengangkat orang percaya (rapture) ke Samayim atau ouranos
(Sorga-Heaven). Pengangkatan orang
percaya bisa merupakan gerak atau mekanisme perpindahan (pengangkatan), seperti
yang telah Tuhan Yesus tunjukkan kepada murid-murid-Nya, yaitu ketika Ia naik
ke sorga sampai awan menutupi.
- Salam Damai -
Tidak ada komentar:
Posting Komentar