Rabu, 15 Juli 2015

SECRET BEYOND THE GRAVE


THE TIMES OF  RESTITUTION OF ALL THINGS

Dalam Injil, Tuhan Yesus berkata bahwa alam semesta ini akan tiba kepada suatu masa yang disebut “penciptaan kembali” (Mat.19:28). Kata “penciptaan kembali” teks aslinya  adalah  palingenesia. Kata palingenesia ini bisa berarti  dilahirkan kembali (rebirth); dipugar atau direnovasi  (renovation); restorasi,  khususnya bertalian dengan mesias (Messianic restoration), dalam terjemahan lain regeneration. Bertalian dengan alam semesta ini, kata palingenesia lebih tepat diterjemahkan “penciptaan kembali”.
Kata Palingenesia  dalam Kisah Rasul ditulis sebagai “waktu pemulihan segala sesuatu” dalam bahasa Inggrisnya diterjemahkan: the times of restitution of all things (Kis. 3:21). Dalam pernyataan-Nya ini ditunjukkan adanya satu masa di mana Tuhan hendak memulihkan segala sesuatu. Perhatikan pernyataan ini: Kristus itu harus tinggal di Surga sampai waktu pemulihan segala sesuatu, seperti yang difirmankan Allah dengan perantaraan nabi-nabi-Nya yang kudus di jaman dahulu. (Tidak dapat disangkal bahwa dalam kitab Perjanjian Lama dikemukakan berkali-kali kenyataan adanya pengharapan dunia yang akan datang, sebuah dunia  yang lebih baik).

Bagaimanakah “pemulihan segala sesuatu” itu terjadi? Dalam Matius 19:28 kita temukan jawabannya: “… pada waktu penciptaan kembali, apabila Anak Manusia bersemayam di takhta kemuliaan-Nya”. Ini berarti bahwa ketika Tuhan Yesus bertahta di tahta kemuliaan-Nya, pada saat itulah nubuatan tentang “pemulihan segala sesuatu” digenapi. Kejadian itu menunjuk kepada apa yang ditulis dalam Daniel 7:13-14 yaitu penyerahan kekuasaan dari Bapa kepada Tuhan Yesus Kristus. Pada waktu itulah, apa yang telah yang dinubuatkan Alkitab digenapi yaitu setiap lutut bertelut dan lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan (Flp. 2:9-11). Inilah akhir dari sejarah dunia atau sejarah bumi. Pemerintahan manusia telah berakhir, dan  digantikan oleh pemerintahan Yahwe, Allah semesta alam yang kekal.

Peristiwa yang dikemukakan di atas bertalian dengan  penglihatan sebuah patung yang ditunjukkan Tuhan kepada Nebukadnesar pada abad 6 SM. Patung tersebut kepalanya dari emas, lengan dan dadanya dari perak,  perut dan pinggangnya dari tembaga, pahanya dari besi , kaki dan jari-jari sebagian dari besi dan sebagian dari tanah liat. Kemudian sebuah batu bergulir bukan oleh tangan manusia menghancurkan patung tersebut. Batu tersebut kemudian membesar memenuhi bumi. Arti penglihatan tersebut dikemukakan oleh Daniel dengan hikmat Tuhan: Bahwa semua kerajaan dunia akan dihancurkan, kemudian kerajaan Tuhan akan datang secara fisik menguasai seluruh alam semesta ini (Dan. 2:44). Kerajaan tersebut adalah Kerajaan Tuhan Yesus Kristus yang akan dinyatakan secara fisik mengatasi semua kerajaan dan pemerintahan, dan pemerintahan-Nya kekal.

Penciptaan kembali ini menunjuk kepada “sesuatu yang diperbaharui”. Dalam penciptaan kembali, alam semesta (universe) ini secara fisik tetap sama, tetapi langit yang kita lihat dan bumi yang kita huni ini akan lenyap. Tuhan akan memberikan langit baru dan bumi yang baru (Wy. 21:1). “Langit baru dan bumi baru” ada di alam semesta ini, tetapi kemungkinan di tata surya lain bukan di tata surya kita (Bumi bagian dari alam semesta yang terletak pada galaksi di mana terdapat matahari sebagai pusat orbitnya, semua planet besar dan kecil mengelilingi matahari. Inilah yang disebut sebagai solar sistem atau sistem matahari. Diluar itu masih terdapat galaksi-galaksi dengan milyaran planet yang tak terhitung).

Penciptaan kembali menunjuk kepada suatu pembaharuan yang melibatkan alam semesta ini, di mana setelah bumi dan langit di tata surya kita ini dihanguskan Tuhan (2Petrus 3:9-11), maka Tuhan menciptakan “langit baru dan bumi baru”. “Langit baru dan bumi yang baru” ada di bagian dari alam semesta ini, bukan alam semesta yang lain, sebab alam semesta ini adalah fasilitas dari kreasi  Allah yang yang tidak terbatas dan diciptakan Tuhan sungguh amat baik.

Langit dan bumi yang ada sekarang ini akan lenyap. Kata “lenyap” di sini bukan berarti “hilang, musnah atau tiada lagi”. Kata “lenyap” dari teks aslinya aperchomai yang memiliki beberapa pengertian antara lain:
      to go off, depart (pergi, berangkat),
      aside ( ke samping, tersisih, dilupakan),
      behind (dibelakang),
      pass away (berlalu).

Jadi kata “lenyap” tidak boleh diartikan “hilang dan lenyap atau tidak ada lagi”, tetapi bisa berarti “ditinggalkan, disisihkan, dilupakan atau berlalu”. Alam semesta sekarang ini akan “tetap ada”, tetapi dengan keadaan yang  berbeda, yaitu menjadi lautan api. Jadi langit dan bumi di tata surya ini akan menjadi lautan api (Yun. limne tou puros. Ing. The lake of fire). Bumi menjadi lautan api  seperti yang dikemukakan Petrus dalam suratnya: Pada hari itu langit akan lenyap dengan gemuruh yang dahsyat dan unsur-unsur dunia akan hangus dalam nyala api, dan bumi dan segala yang ada di atasnya akan hilang lenyap… Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan hancur karena nyalanya. Tetapi sesuai dengan janji-Nya, kita menantikan langit yang baru dan bumi yang baru, di mana terdapat kebenaran.
Oleh karena itu realitas mengenai “pemulihan segala sesuatu” yang dikatakan Tuhan Yesus sendiri maka kebenaran ini tentu bukan konsep kosong.  Sebagai orang percaya yang memiliki pengharapan, kita sedang menyongsong momentum tersebut. Inilah yang dimaksud oleh Petrus “hidup penuh pengharapan” (1Ptr. 1:3-4). Hidup penuh pengharapan di sini adalah pengharapan yang akan diperoleh setiap orang percaya di balik kubur, after the grave, bukan before the grave. Inilah pengharapan untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Surga. Oleh sebab itu pengertian hari depan penuh harapan, tidak boleh ditujukan untuk kehidupan sebelum kubur tetapi sesudah kubur. Petrus mengatakan:  Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di Surga bagi kamu (1Ptr. 1:3-4).

Sayang sekali banyak orang-orang Kristen dewasa ini lebih banyak berbicara mengenai hari depan yang penuh harapan hanya sekitar kehidupan hari ini, yaitu sebelum kubur. Pada hal fokus orang percaya harus diarahkan kepada Kerajaan-Nya, seperti yang dikatakan Petrus dalam 1 Petrus 1:14… letakkanlah pengharapanmu seluruhnya atas kasih karunia yang dianugerahkan kepadamu pada waktu penyataan Yesus Kristus. Dengan demikian pengajaran yang fokusnya kepada kemakmuran duniawi dan kejayaan lahiriah adalah penyesatan yang membahayakan gereja-Nya. Lebih dari segala pengharapan, dan “pemulihan segala sesuatu” adalah pengharapan utama sementara berjalan dengan Tuhan.


Beyond the grave

Realitas yang paling ditakuti manusia adalah kematian, sebab manusia tidak tahu ada apa dibalik kematian itu, ada apa dibalik kubur (beyond the grave). Akan tetapi, masih banyak manusia tidak berusaha untuk menemukan jawabnya, dan tidak mempersiapkan diri  menghadapi saat itu. Padahal, kubur adalah realitas yang paling dekat dengan manusia, sebab kematian dapat menjemput seseorang kapan saja dan di mana saja serta melalui apa saja. 

Kalau saatnya tiba, tubuh seseorang harus “tereliminasi” ke kubur, ia tidak dapat menundanya atau menolaknya. Seharusnya setiap orang mempersiapkan diri dijemput oleh realitas kematian ini.

Keadaan dibalik kematian seseorang mengandung misteri besar yang tidak pernah selesai dibicarakan. Sebagian orang menanggapi masalah tersebut dengan sikap skeptis, sebab mereka berpikir bahwa dunia dibalik kubur adalah sesuatu yang tidak akan terpecahkan sama sekali. Namun, sekalipun realita dibalik kubur adalah sesuatu yang mengandung misteri, tetapi sebaiknya kita tidak menjadi putus asa dan menjauhkan diri dari pokok masalah ini.

Alkitab membuka celah untuk memberi kita kesempatan mengintip dunia dibalik kematian. Untuk memahami hal tersebut, ada beberapa pokok bahasan yang perlu digali. Dibalik kematian manusia terdapat realitas yang ditunjukkan Alkitab, realitas tersebut antara lain syeol, hades, gehenna dan lautan api (limne tp puros), yang akan dibahas pada bab berikutnya.

Pertanyaan yang sering kita dengar dan terus menggelitik adalah bagaimana proses setelah manusia mati? Banyak orang memiliki pemahaman yang salah mengenai dunia di balik kubur. Pada umumnya orang beranggapan bahwa setelah orang mati, bagi orang yang berkelakuan baik langsung masuk Surga, sedangkan bagi mereka yang jahat langsung masuk Neraka. Anggapan ini sebuah simplifikasi yang tidak memiliki landasan Alkitab. Sebenarnya setelah orang mati, ia tidak langsung masuk Surga atau langsung masuk Neraka.

Keadaan  manusia setelah meninggal disinggung oleh Alkitab. Dalam Lukas 16:19-31 mengungkap rahasia yang terjadi di balik kematian. Memang apa yang Tuhan tuangkan dalam Lukas 16:19-31? pasti bukan sebuah kisah nyata, tetapi juga tidak dikatakan sebuah perumpamaan. Seandainya kisah mengenai orang kaya dan Lazarus tersebut sebuah perumpamaan, akan tetapi merupakan sebuah fenomena kehidupan yang normal atau umum terjadi. Tuhan tidak pernah  memberi perumpamaan yang tidak ada realitasnya. Seperti misalnya perumpamaan mengenai penabur, penjala ikan, pokok anggur, dan lain sebagainya, semuanya adalah fenomena kehidupan yang terjadi dalam kehidupan manusia secara riil. Dengan demikian, kisah mengenai orang kaya dan Lazarus dapat menjadi pertimbangan untuk mengenali rahasia kehidupan dibalik kubur.

Ketika seseorang menghembuskan nafas terakhirnya ia memasuki kesadaran kekal. Ia dapat merasakan penderitaan atau kenikmatan. Seperti Lazarus mendapat kenikmatan (Yun. Parakaleitai; he is comforted; mendapat penghiburan), tetapi orang yang tidak berpri-kemanusiaan yaitu orang kaya dalam kisah tersebut  mendapat bagian di tempat yang sengsara (the place of torment).

Tempat sengsara  tersebut merupakan representasi seseorang yang berkeadaan dijauhkan dari Tuhan. Keadaan ini digambarkan oleh Tuhan Yesus sebagai “tempat penderitaan” dan “sangat membutuhkan air”. Tentu “air” di sini bukan air mineral, seperti yang kita kenal di dunia kita hari ini. Air di sini bisa menunjuk  kepada Tuhan Yesus yang menyatakan diri sebagai “Air Kehidupan” yang dapat memuaskan dahaga jiwa.

Kehausan jenis ini yaitu kehausan akan Tuhan, tidak disadari oleh manusia yang hari ini hanyut dalam kesukaan dan percintaan dunia. Kehausan manusia hari ini diarahkan kepada kesenangan dunia, sehingga mereka tidak mengenal kehausan akan Allah. Pada dasarnya, orang yang fokus hidupnya tertuju kepada kesukaan dunia ini adalah penyembah-penyembah iblis. Mereka telah menjual atau menukar kehidupan kekal yang nyaman  demi kesenangan sementara.

Dibalik kubur, pengetahuan, perasaan dan kesadaran seseorang menjadi lengkap. Sebagai buktinya, ketika orang kaya itu hidup, ia tidak menyadari keadaannya dan keadaan saudaranya, tetapi ketika ia mati, ia baru menyadari keadaannya. Kematian tidak meniadakan kemampuan berpikir dan kehendak seseorang. Orang kaya itu meminta agar Abraham mengutus Lazarus ke dunia kembali, untuk memperingatkan saudara-saudaranya. Tetapi keinginan tersebut tidak dipuaskan, berarti ia akan memendam keinginan yang tidak terpuaskan selama-lamanya.

Adapun tahap-tahap dan proses setelah manusia meninggal antara lain:

      Tahap pertama, yakni  Intermediate State, merupakan masa selang antara kematian dan penghakiman, atau yang bisa disebutkan “masa penantian”. Pada tahap ini manusia yang sudah meninggal di taruh di hades. Orang percaya di pangkuan Abraham atau Firdaus (tempat yang nyaman), tetapi orang fasik ditempatkan di tempat sengsara (place of torment). Terdapat kemungkinan, ada sebuah tempat untuk orang yang Alkitab sebut “tidur dalam debu”, yaitu mereka yang tidak jelas apakah termasuk orang benar atau orang yang tidak benar (Rm. 2:12-14) . 

Kemungkinan lain, setelah kematian telah terjadi pemisahan antara orang benar dan orang yang tidak benar. Bisa jadi, penghakiman di akhir jaman hanya ingin membuktikan salah atau tidaknya seseorang berdasarkan kitab-kitab (Wah 20:12). Pandangan  ini diteguhkan oleh kenyataan bahwa, keselamatan orang-orang yang masuk Surga telah diketahui dari nama yang tertulis dalam Kitab Kehidupan bukan hasil akhir penghakiman (Why. 20:14-15) .

    Tahap kedua adalah kebangkitan, tahap dimana semua orang mati akan dibangkitkan (Dan. 12:2). Menjadi masalah di sini, apanya yang dibangkitkan? Hal ini tidak penting untuk diperdebatkan, tetapi yang penting setiap orang akan memiliki tubuh jasmani yang nyata (material), yang sifatnya kekal. Setiap orang akan memiliki penampilan fisik yang dapat berinteraksi dengan alam nyata.

      Tahap ketiga, yakni tahap penghakiman. Tahap dimana setiap orang akan berdiri di tahta pengadilan Tuhan.  Inilah saat penentuan akhir, apakah seseorang diperkenan masuk dunia yang akan datang atau dibuang ke dalam lautan api (Wah 20:12-15).

    Tahap keempat, yakni Gehenna (neraka)  atau  Samayim-ouranos (sorga). Ini merupakan tahap akhir, tempat dimana orang menetapuntuk selamanya. Inilah yang Daniel 12:2 mengatakan: Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.


FIRDAUS

Banyak orang bertanya-tanya, “apakah Firdaus itu sebenarnya?”. Untuk ini perlu pula dipecahkan masalah, “apakah firdaus sama dengan Sorga?”.  Kata “firdaus” disebutkan tiga kali dalam Alkitab Perjanjian Baru (Lukas  23:43; 2 Korintus  12:4; Wahyu  2:7).  Kata “firdaus” sebenarnya berasal dari bahasa Persia, yang artinya “kebun” (menurut tulisan J. Wesley Brill dalam bukunya  Tafsiran Surat Korintus 2). Dalam bahasa Ibrani, “Firdaus” disebut Pardes; dalam bahasa Yunani diterjemahkan Paradeisos, yang ke duanya berarti “taman” (garden, park). Kata “Firdaus” juga menunjukkan taman pertama yang Allah Bapa ciptakan yaitu Eden; dimana Adam dan Hawa ditempatkan.

Sebenarnya kata “firdaus” tidak  menunjuk sebuah nama tempat, tetapi lebih merupakan gambaran sebuah keadaan yang nyaman. Dan tempat yang biasanya menggambarkan kenyamanan adalah “sebuah taman” (pleasure ground). “Firdaus” yang disebut dalam Alkitab menggambarkan sebuah tempat yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

·         Tempat yang ideal untuk menikmati keindahan dan kenyamanan. Tempat dimana terdapat kebahagiaan yang sempurna dinikmati;  tidak ada air mata dukacita, perang, sakit penyakit dan berbagai penderitaan lain.

·         Tempat dimana tidak terdapat dosa dan kenajisan.

·         Menunjuk suasana Eden yang diciptakan Tuhan, sebelum manusia  jatuh dalam dosa.

Sebenarnya “Firdaus” sama dengan yang Alkitab sebut sebagai “pangkuan Abraham”. Dalam teks Yunaninya Ton kolpon, dalam terjemahan bahasa Inggis Abraham’s bosom ( Luk 16:22). “Firdaus” juga menunjuk alam maut atau dunia orang mati (hades) namun  bagian yang nyaman.  Perlu dijelaskan disini bahwa, Hades juga tidak menunjuk sebuah nama tempat tetapi menunjuk keadaan atau dunia orang-orang yang sudah meninggal, karenanya hades juga diterjermahkan dunia orang mati atau alam maut.

Dalam hal ini, kita dapati  bahwa hades dibagi menjadi dua bagian, yaitu hades yang nyaman dan hades yang tidak nyaman. Hades yang nyaman diistilahkan sebagai “pangkuan Abraham,” sama dengan “firdaus.”  Tetapi hades yang tidak nyaman adalah tempat orang kaya yang menderita dan kehausan, yang dalam teks versi King James diterjemahkan place of tormens (Luk 16:21); dalam Alkitab terjemahan lain “place of torment” ini diterjemahkan hell . Terjemahan hell untuk “place of torment” sebenarnya adalah terjemahan yang  berbahaya karena mengesankan bahwa hell atau gehenna  (neraka)  yang sama dengan lautan api (Yun. Limne to puros) sudah ada. Pada hal lautan api barulah ada di akhir dunia ini.

Dalam tradisi Yahudi, ton Kolpon (pangkuan Abraham) adalah tempat terbaik dan terhormat setelah manusia meninggal. Abraham adalah nenek  moyang bangsa Yahudi yang sangat dijunjung tinggi. Karenanya pangkuan Abraham selain  menunjukkan tempat nyaman, juga menunjukkan tempat yang terhormat.

 “Firdaus” yang dijanjikan Tuhan Yesus kepada penjahat di samping salib Tuhan Yesus, sebenarnya sama dengan pangkuan Abraham. Ini bukanlah Sorga tempat Allah bertahta (istana-Nya) dan juga bukan Sorga permanen untuk orang percaya, sebab Sorga permanen untuk orang percaya barulah dinyatakan setelah akhir sejarah dunia. Jadi, “Firdaus” yang dijanjikan Tuhan Yesus kepada penjahat disamping salib Tuhan itu adalah “sebutan” untuk tempat penampungan sementara (intermediate state), “yang nyaman” ;  sebuah tempat penampungan sementara bagi umat pilihan sebelum mereka dibangkitkan dari antara orang mati.


INTERMEDIATE STATE

Tahap Intermediate State adalah masa selang antara kematian dan penghakiman. Masa ini juga sering disebut sebagai masa antara. Pada masa ini, roh-roh orang mati dalam masa penantian, yaitu penantian sebelum dibangkitkan dan menghadap tahta penghakiman Tuhan. Pada masa penantian ini, mereka belum mengenakan tubuh kemuliaan atau tubuh kekal.

Setelah kematian ini, manusia  belumlah masuk ke sorga yang permanen dan neraka yang permanen. Sorga yang permanen adalah samayim (Ibrani)  atau ouranos (Yunani) yang dalam bahasa Inggris lebih ditampilkan dengan kata heaven, dari pada kata sky. Sorga atau Neraka (gehenna) adalah tempat terakhir bagi manusia setelah dibangkitkan  dan menghadap penghakiman Allah.

Tahap pertama setelah seseorang meninggal, mereka masuk syeol atau hades. Syeol dan Hades adalah tempat penampungan sementara (intermediate State). Apakah Syeol dan apakah hades itu? (pokok masalah ini pernah dikupas lengkap dan mendalam di majalah SolaGracia, nama Majalah sebelum berubah menjadi Truth).

Dalam Perjanjian Lama, syeol diterjemahkan dunia orang mati. Syeol dipahami sebagai tempat orang sesudah mati. Tempat ini sering dipakai untuk menunjukkan tempat penyiksaan, hukuman bagi orang jahat. Kata syeol juga bisa menunjuk tempat; dimana setiap orang mati, termasuk umat Allah dibawa setelah kematian. Syeol  bisa menunjuk “tempat perhentian” yang disebut-sebut dalam Perjanjian Lama, yaitu tempat; dimana umat Allah setelah meninggal dunia  (Kej 7:10; 1Raj 1:21; 1Raj 2:10). Dalam Perjanjian Lama tidak disebut dengan jelas, bahwa umat Tuhan setelah meninggal masuk sorga. Pada kenyataannya, kita jumpai bahwa hampir tidak ada penjelasan bahwa umat Tuhan setelah meninggal masuk sorga, kecuali Elia (2Raja 2:11), Henoch pun hanya dinyatakan diangkat Tuhan.

Umat Tuhan yang lain, termasuk kekasih-kekasih Tuhan yang sangat dekat seperti Samuel, Daud, Hizkia dan lain sebagainya, hanya disebut bahwa mereka mendapat perhentian bersama dengan nenek moyang mereka. Dengan demikian, dapatlah diambil kesimpulan bahwa setelah mati, pada umumnya seseorang masuk kedalam Syeol. Syeol ini sejajar dengan hades dalam Perjanjian Baru, yang adalah tempat penampungan sementara sebelum dipindahkan kedalam “perhentian permanen.”

Adapun hades dari  bahasa Yunani yaitu hades, memiliki kesamaan arti dengan syeol. Hades dalam bahasa Indonesia diterjemahkan dengan beberapa kata. Kata yang pertama adalah “dunia orang mati”. Kata “dunia orang mati” terjemahan dari hades dalam Perjanjian Baru, kita temukan lima kali penggulangan (Mat 11:23; Luk 10:15; Kis 2:27,31 dan Rom 11:15). Ungkapan “turun ke dunia orang mati” dalam Matius 11:23, diinterpretasikan mengandung makna kiasan yaitu “rasa malu yang sangat dalam”. Kata “dunia orang mati”, dalam bahasa Inggris kadang-kadang diterjemahkan “hell” (terjemahan hell ini kurang tepat,  sebab mengesankan sudah ada neraka). Lebih tepat bila diterjemahkan hades, seperti yang terdapat dalam salah satu Alkitab terjemahan bahasa Inggris.

Kata Hades juga diterjemahkan sebagai “alam maut”. Kata  “alam maut”  ditulis tiga kali (Mat 16:18; Luk 16:23; Rom 5:21).  Kata “alam maut” ini ada di beberapa ayat dalam Alkitab antara lain, dalam Matius 16:18 dan Lukas 16:23. Kata “alam maut” dalam bahasa Inggris juga diterjemahkan grave (kubur) dan hell (neraka). Adapun dalam Roma 5:21, kita tertumbuk dengan kata “alam maut”, yang bukan terjemahan dari “hades”, tetapi dari “thanatos” yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan death yaitu kematian. Kata “alam maut” disini dalam teks bahasa Inggris yang diterjemahkan “death” bukan menunjuk suatu tempat dalam hal ini neraka, tetapi kata death tersebut menunjuk dunia kegelapan dan pengaruhnya ( Rom 5:21).

Dalam bahasa Indonesia kata hades juga diterjemahkan sebagai “kerajaan maut.”  Kata “kerajaan maut” dalam Perjanjian Baru ditulis sebanyak empat kali (Wah 1:18; 20:13,14). Kata yang sejajar dengan kata hades dalam Perjanjian Baru adalah Phulake yang berarti: “penjara,” inilah yang sangat besar kemungkinan hades itu (1Pet 3:19…  dan di dalam Roh itu juga Ia pergi memberitakan Injil kepada roh-roh yang di dalam penjara). Kata “penjara” dalam Alkitab terjemahan bahasa Inggris ditulis “prison.” Selain kata Phulake juga ada kata lain yang dapat diterjemahkan penjara yaitu desmoterion. Semua kata ini menunjuk tempat dan keadaan manusia setelah kematian, tetapi bukanlah tempat akhir manusia. Tempat akhir manusia adalah Gehenna (neraka- hell) atau samayim-ouranos (sorga). Jadi tegasnya syeol atau hades adalah tempat penampungan sementara atau intermediate state sebelum kebangkitan dan penghakiman.


KEBANGKITAN  DAN  PENGHAKIMAN

Dalam pengakuan iman rasuli, hal kebangkitan menjadi salah satu butir pengakuan iman. Dalam pengakuan iman disebut mengenai “kebangkitan daging” (Yun: Sarkos). Ini berarti bahwa sejak dahulu bapak-bapak gereja telah sangat memperhatikan pokok masalah ini. Bila kita memperhatikan Kisah Rasul dan tulisan Paulus dalam berbagai bagian kita temukan bahwa hal kebangkitan adalah hal sangat penting. (Kisah Rasul 4:2; 4:33; 17:32; 24:21). Paulus memiliki pengharapan kebangkitan yang sangat kuat, seperti yang dapat kita temukan dalam  tulisan Paulus sendiri.

Dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru, kita menemukan banyak ayat yang berbicara mengenai kebangkitan. Yang menjadi masalah pelik dan harus dipersoalkan adalah: “apakah yang dibangkitkan dari diri manusia itu?” Dalam kebangkitan yang dibangkitkan bukanlah tubuh jasmaniahnya, sebab Alkitab berkata bahwa daging dan darah tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Allah, dan bahwa yang binasa tidak mendapat bagian dalam apa yang tidak binasa (1Kor 15:50). Dengan demikian yang dibangkitkan adalah kesadarannya.

Kebangkitan pada hakekatnya adalah pemberian tubuh kemuliaan atas kesadaran manusia, yaitu pada jiwa dan rohnya. Inilah pengharapan kita yaitu tubuh kemuliaan seperti yang Alkitab tulis : “Karena kami tahu, bahwa jika kemah tempat kediaman kita di bumi  ini dibongkar, Allah telah menyediakan suatu tempat kediaman di sorga bagi kita, suatu tempat kediaman yang kekal, yang tidak dibuat oleh tangan manusia”. Selama kita di dalam kemah ini, kita mengeluh, karena  rindu mengenakan tempat kediaman sorgawi di atas tempat kediaman kita yang sekarang ini, (2Kor 5:1-2).

Paulus menyebut tubuh fana ini  sebagai tubuh yang “hina” (Filipi 3:20-21), tetapi tubuh baru nanti adalah tubuh yang mulia, yaitu tubuh yang serupa dengan tubuh kebangkitan Tuhan Yesus. Tubuh fana yang kita kenakan  ini dapat mengalami proses penuaan dan pembusukkan (corruptible), sakit, menua, aus dan akhirnya mati. Tubuh manusia diambil dari debu, maka akan kembali menjadi debu. Penentuan Tuhan ini merupakan penentuan yang berlaku bagi setiap manusia, bahwa tubuh fana manusia akan kembali ke tanah atau debu.

Tubuh kemuliaan tidak dapat binasa (inccoruptible). Tubuh kita hari ini adalah tubuh yang fana, artinya dapat mati (mortal), tetapi tubuh kemuliaan tidak dapat mati (immortal). Inilah yang disebutkan sebagai tubuh duniawi, tetapi tubuh setelah kebangkitan adalah tubuh sorgawi. Dalam 1Korintus 15:40 Alkitab  berkata :   “Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi”. Dalam 1Korintus 15:44, terdapat juga penjelasan mengenai adanya “tubuh alamiah dan rohaniah”.

Dengan uraian diatas ini dapat disimpulkan bahwa yang dibangkitkan bukanlah tubuh fana kita, bukan tubuh duniawi atau tubuh alamiah, sebab semuanya ini akan hancur di dalam tanah. Umumnya  orang berpandangan bahwa,  tubuh yang sudah mati akan dipertemukan dengan jiwa dan roh yang sudah kembali kepada Tuhan, lalu menjadi tubuh kemuliaan (itulah sebabnya mereka menolak praktek kremasi).  Tuhan akan memberikan tubuh “kekal” bagi  setiap orang percaya, yaitu tubuh kemuliaan yang tidak diambil dari tubuh fana.  (kalaupun kemungkinan ada keterkaitan dengan tubuh fana ini, kemungkinan yang bisa terjadi,  yang diambil adalah DNA-nya. Sebab DNA manusia tidak rusak sekalipun terbakar atau sekalipun tubuhnya hancur). Tubuh kebangkitan kita bukanlah berasal dari tubuh fana ini, kecuali yang masih hidup tatkala Tuhan Yesus datang kembali,  tubuh mereka diubahkan dalam sekejap (1Kor 15:51-53).    

Tubuh kebangkitan tidaklah membuat seseorang  berwajah lain. Ternyata Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan  dapat dikenali, seperti manusia biasa yang berdaging . Kita dapat menemukan beberapa ciri dari tubuh kebangkitan-Nya. Tubuh kebangkitan-Nya dapat bersentuhan dengan alam ini atau benda-benda yang juga dapat kita raba. Berarti tubuh kebangkitan tidak mesti membutuhkan “benda-benda rohani” di alam roh, yaitu benda-benda dari alam yang berbeda dengan alam fisik kita. Seperti contohnya, Tubuh  kebangkitan Tuhan Yesus  dapat berinteraksi dengan alam fisik kita ini dan menikmatinya. Oleh karenanya Tuhan Yesus berkata kepada murid-muridNya “ rabalah Aku ” (Luk  24:39).

Dalam kisah kebangkitan Tuhan Yesus  tersebut, ada beberapa hal yang menarik sekali antara lain:  Tuhan Yesus dapat dipegang; Tuhan Yesus makan dan minum di hadapan mereka; Tuhan Yesus dapat muncul tiba-tiba. Dalam bagian lain ia dapat menembus tembok. Di ruangan yang tertutup, ia dapat masuk (Yoh 20: 26). Selain Lukas 24, dalam bagian lain di Alkitab juga ditunjukkan dengan tegas bahwa, Tuhan Yesus makan dan minum setelah kebangkitan-Nya atau setelah mengenakan tubuh kemuliaan (Yoh 21:13). Dari ayat diatas ini, jelas bahwa Tuhan Yesus makan dan minum dihadapan mereka. Jadi dengan tubuh kebangkitan Tuhan Yesus menikmati makanan hasil dari bumi ini. Tubuh kebangkitan-Nya dapat menyesuaikan diri dengan batasan-batasan kehidupan jasmani.

Masalah pelik yang tidak mudah ditemukan jawabnya adalah bagaimana dengan tubuh kebangkitan orang fasik?  Dalam Daniel 12:2, tertulis: dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang kekal.  Kebangkitan  tidak hanya terjadi atas orang benar, tetapi juga atas orang fasik. Akhirnya, kita tidak perlu mempersoalkan mengenai perbedaan kualitas tubuh kebangkitan orang benar dan orang fasik, yang penting untuk diketahui adalah bahwa dengan tubuh yang tidak akan rusak, seseorang masuk kehinaan, kengerian kekal atau kemuliaan kekal.

Ada saat dimana semua orang akan berdiri dihadapan tahta Tuhan untuk diadili. Dalam  Wahyu 20:11-15 diinformasikan dengan jelas mengenai penghakiman ini:

Lalu aku melihat suatu takhta putih yang besar dan Dia, yang duduk di atasnya. Dari hadapan-Nya lenyaplah bumi dan langit dan tidak ditemukan lagi tempatnya. Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. Maka laut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan maut dan kerajaan maut menyerahkan orang-orang mati yang ada di dalamnya, dan mereka dihakimi masing-masing menurut perbuatannya. Lalu maut dan kerajaan maut itu dilemparkanlah ke dalam lautan api. Itulah kematian yang kedua: lautan api. Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu.

Peristiwa dibuangnya jiwa-jiwa yang akan binasa dalam lautan api  terjadi setelah kebangkitan semua orang mati, dan setelah menghadap tahta pengadilan Allah (Wah 20:11-13). Pada waktu itu, semua orang telah mengenakan tubuh kekal. Tubuh yang tidak dapat binasa lagi.  Inilah yang dimaksud oleh Daniel 12:2  Dan banyak dari antara orang-orang yang telah tidur di dalam debu tanah, akan bangun, sebagian untuk mendapat hidup yang kekal, sebagian untuk mengalami kehinaan dan kengerian yang Kekal. Pernyataan Daniel bahwa sebagian manusia bangkit untuk menerima hidup kekal, dan sebagian mengalami kehinaan dan kengerian kekal, menunjukkan kepada penentuan nasib akhir manusia setelah dihadapkan kepada penghakiman terakhir  (Wah 20:11-14)

Penghakiman itulah yang menentukan apakah seseorang diperkenan masuk kedalam kehidupan di dalam kerajaan Tuhan Yesus, atau dibuang kedalam “lautan api”. Alkitab mencatat bahwa hanya orang yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan, yang memiliki keselamatan (Wahyu 20:15). Dalam hal ini, dapat dipahami  bahwa hades merupakan  “intermediate state,” tempat penampungan sementara  sebelum seseorang dihakimi dan dibuang ke dalam lautan api atau diperkenankan masuk kehidupan yang akan datang dalam kerajaan Tuhan Yesus Kristus.

            Lautan api adalah tempat final; dimana orang-orang yang terpisah dari Allah terbuang untuk selama-lamanya. Inilah yang disebut sebagai kematian kedua. Jadi, orang yang mengalami kematian pertama, belum tentu mengalami kematian ke dua. Mereka akan melalui sebuah penghakiman (Wah 20:11-14). Jadi bagi mereka yang ada di hades akan dihakimi, apabila tidak dijumpai namanya dalam kitab kehidupan maka ia akan dibuang ke gehenna.

Timbul pertanyaan, apakah mereka yang ada didalam hades apakah masih bisa diperkenan masuk kehidupan yang akan datang atau masuk sorga?  Tentu, apabila mereka dalam penghakiman tersebut terbukti  benar,  maka mereka akan diperkenankan masuk dalan kehidupan yang akan datang. Sehingga mereka terhindar dari lautan api. Penghakiman yang dilakukan didasarkan banyak kitab-kitab (Wah. 20).

Jadi tegasnya, setelah penghakiman tersebut maka manusia diperhadapkan kepada  satu dari dua kemungkinan Sorga atau lautan api.  Mereka yang namanya terdapat dalam kitab kehidupan, masuk kedalam dunia yang akan datang. Tetapi mereka yang namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan,  dibuang  ke dalam lautan yang menyala-nyala.




GEHENNA

Neraka adalah kata yang sering disebut-sebut, tetapi banyak orang tidak tahu apa neraka itu? Neraka dalam bahasa Yunaninya adalah gehenna.  Kata gehenna berasal dari kata bahasa Ibrani ge hinom. Disinyalir oleh beberapa ahli bahwa kata ini berarti “meratap”. Kata ge hinom  bertalian dengan Lebak Ben-Hinom  yang kita jumpai dalam beberapa bagian dalam Alkitab Perjanjian Lama (Yosua 15:8; Neh 11:30).
            Lebak Ben-Hinom adalah sebuah lembah atau jurang bagian selatan Yerusalem, pusat penyembahan berhala pada jaman raja-raja (2 Raja 23:10). Di tempat inilah diselenggarakan persembahan korban anak-anak kepada dewa Molokh yang menjijikkan dihadapan Tuhan (2Taw 28:3; 33:6).  Karena upacara-upacara yang pernah diadakan ditempat tersebut, maka tempat dan nama itu menjadi lambang api neraka. Api yang digunakan membakar anak-anak yang dikorbankan bagi dewa Molokh memberi inspirasi neraka. Tempat tersebut juga dikenal sebagai “lembah pembunuhan atau pembinasaan” (Yer 7:31-32 the valley of Slaughter). Dalam perkembangan bahasa melalui bahasa Arab, kata ini sangat mungkin muncul dalam bahasa kita menjadi kata  “jahanam”.

            Bagi orang Yahudi, kata gehenna mempunyai pengertian tempat penghukuman bagi orang-orang berdosa. Kata “gehenna” biasanya hampir selalu menunjuk tempat penyiksaan. Tempat yang disediakan bagi orang-orang jahat. Dalam Alkitab bahasa Indonesia, gehenna yang diterjemahkan “neraka,” ditulis dua belas kali, sebelas diantaranya diucapkan Tuhan Yesus sendiri.

Kata  gehenna sering disertai keterangan tambahan yang dikalimatkan dengan “api yang menyala-nyala” atau kata “api”. Hal ini menunjukkan bahwa tempat ini adalah tempat hukuman kekal (Ing. Everlasting Punishment). Gehenna ini bisa menunjuk tempat terakhir penghukuman setelah penghakiman.  Kata gehenna dalam bahasa Inggris  diterjemahkan hell.

            Konsep tentang tempat penghukuman yang diilustrasikan secara dramatis mengerikan ini baru muncul dalam Perjanjian Baru. Dalam Perjanjian Lama kita jumpai kata syeol, yaitu tempat orang yang sudah meninggal. Syeol tidak selalu menunjuk tempat penyiksaan atau tempat penghukuman. Kalaupun syeol juga diisyaratkan sebagai tempat penghukuman, tetapi tidak diilustrasikan secara dramatis mengerikan seperti gehenna. Gehenna inilah tempat pembuangan permanen bagi mereka yang tidak diperkenan tinggal dalam Kerajaan Bapa.

            Gehenna (neraka) adalah tempat sekaligus menunjuk sebuah suasana. Prinsipnya gehenna adalah tempat dimana oknum-oknum yang terpisah dari Allah dan tidak memiliki kesempatan untuk dipulihkan kembali.  Walau Tuhan Yesus menyinggung mengenai adanya api dan ulat yang tidak pernah padam, tetapi yang sebenarnya hendak ditekankan adalah neraka sebagai tempat yang tidak menyenangkan; tempat dimana murka Allah menyala dicurahkan.

Tuhan Yesus memperingatkan bahwa neraka adalah tempat dimana api tidak pernah padam dan ulat tidak pernah mati (Mark 9:42-43).  Ini menunjuk kepada keadaan yang dapat dirasakan menyiksa. Mereka ini akan menjalani hukuman kebinasaan selama-lamanya, dijauhkan dari hadirat Tuhan dan dari kemuliaan kekuatanNya, (2 Tes 1:9).

Kebinasaan dalam 2Tesalonika 1:9 ini tidak boleh dimengerti sebagai “lenyap” atau “hilang,” tetapi kebinasaan disini menunjuk suatu keadaan yang tidak memiliki nilai, tidak ada mutunya sama sekali. Dalam teks bahasa asli Alkitab adalah alethros yang dalam bahasa Inggris versi King James diterjemahkan destruction,  kerusakan atau kehancuran. Keterpisahan dengan Allah adalah keadaan yang tidak ada mutunya sama sekali atau sebuah kehancuran. Bila kita kaitkan dengan kata hidup kekal, maka hidup kekal bukan hanya berbicara mengenai panjangnya hidup, dalam hal ini panjangnya hidup nanti di sorga tetapi juga dalamnya hidup, kualitas hidup atau mutu hidup. Orang yang memiliki Tuhan Yesus, dan hidup dalam persekutuan dengan Tuhan adalah orang yang hidupnya bermutu, bukan hanya nanti di sorga, tetapi juga sekarang sementara meniti hari-hari hidup ini.

Dalam Wahyu 20 ditemukan adanya kematian kedua dan lautan api; dimana maut dan kerajaan maut dibuang kedalamnya. Maut disini terjemahan dari thanatos yang diterjemahkan death menunjuk kepada orang-orang mati, dan kerajaan maut terjemahan dari hades yang dalam bahasa Inggris diterjemahkan hell, menunjuk kepada suasana neraka dibuang ke dalam lautan api (limne to puros). Lautan api adalah tempat bagi orang yang tidak bertobat (Tetapi orang orang penakut, orang orang yang tidak percaya, orang orang keji, orang orang pembunuh, orang orang sundal,  tukang-tukang sihir, penyembah penyembah berhala dan semua  pendusta, mereka akan mendapat bagian mereka di dalam lautan  yang menyala-nyala oleh api dan belerang; inilah kematian yang  kedua.” Wahyu 21:8) 

            Limne to puros atau lautan api (The lake of fire) sangat besar kemungkinan digambarkan dengan sebutan gehenna. Jadi bisa dipastikan bahwa yang disebut gehenna dan limne to puros  adalah sama. Itulah sebabnya kalau Tuhan Yesus berbicara mengenai tempat orang-orang jahat, dimana ada api yang menyala-nyala atau tempat penghukuman, maka Tuhan Yesus menggunakan kata gehenna (Mat 5:22; Mark 9:43-48 dll).

Neraka adalah tempat orang-orang yang dihukum Tuhan: …Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke dalam hidup yang kekal (Mat 25:46). Siksaan kekal disini diidentifikasi dengan kengerian yang dahsyat, yaitu tempat yang diwarnai dengan beberapa atribut. Atribut-atribut ini merupakan ekspresi figurative atau penggambaran keadaan neraka. Untuk lebih  jelasnya, perlu dikemukakan  ciri-ciri dari neraka tersebut yang ditulis oleh Injil. Ciri-ciri tersebut antara lain:

Pertama, api. Tuhan Yesus sering menyinggung hal ini (Mat 5:22; Mark 9:43)   Api dalam  ayat-ayat ini menunjuk kepada sarana penyiksaan yang tidak berhenti.

Kedua, ulat-ulat bangkai dan belerang (Mark 9:48;  Wahyu 14:10-11). Ulat- ulat bangkai menunjuk tempat yang tidak menyenangkan. Kengerian dahsyat wujud hukuman  Allah.

Ketiga, Ratap dan kertak gigi (Mat 8:12). Kalimat bahwa “disana akan terdengar ratap dan kertak gigi” menunjuk penyesalan yang sangat dalam. Sebuah  kedahsyatan dari kengerian keadaan yang ditinggalkan Allah. 

Keempat, kegelapan. Dalam Matius 8:12 Tuhan Yesus menyebut mengenai kegelapan di  tempat yang terkutuk itu, yaitu neraka:  … sedangkan anak-anak Kerajaan itu akan dicampakkan ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan ter dapat ratap dan kertak gigi.” Kegelapan disini tentunya tidak boleh kita mengerti secara lahiriah. Kata kegelapan disini adalah “skotos” merupakan kata figurative yang menunjuk tidak adanya sukacita. Kegelapan disini belum tentu  berarti tidak ada cahaya, tetapi kegelapan disini bisa menunjuk ketiadaan Allah atau Tuhan yang merupakan terang hidup itu (Yoh 1:4-5). Bagi orang Yahudi terang adalah lambang sukacita dan kesenangan. Tidak  ada terang berarti tidak ada sukacita atau kesenangan.

Kelima, waktu yang tidak terbatas. Dalam Wahyu 14: 11, menyebutkan bahwa siksaan tersebut selama-lamanya. Realitas ini sangat dahsyat. Kebenaran ini hendaknya tidak kita anggap ringan, tetapi peringatan keras agar kita terhindar dari tempat terkutuk itu. Inilah lautan api itu (Wahyu 20:10).


JAGAD RAYA

            Sering kita berkata mengenai jagad raya, tetapi tidak memahami sama sekali apa sebenarnya jagad raya ini. Kata lain jagad raya adalah “alam semesta”. Jagad raya adalah ruangan tak terbatas yang didalamnya terdapat planet-planet yang tidak terbatas pula jumlahnya. Kalau jumlah galaksi tidak terbatas, betapa lebihnya jumlah planet-planet.

Sampai saat ini, ruangan jagad raya yang dapat diamati manusia barulah sejauh 17 milyard tahun kecepatan cahaya.   Satuan untuk menentukan jarak benda-benda langit adalah satu tahun cahaya, artinya jarak yang dapat ditempuh cahaya dalam waktu satu tahun. “Kecepatan cahaya” adalah kecepatan gerak tercepat yang diketahui manusia.   Bisa dibayangkan betapa luasnya tata surya kita ini. Bila dibandingkan dengan luasnya  jagad raya yang tidak terbatas, bumi sangat tidak berarti.

Jagad raya ini, yang terdiri dari milyaran galaksi dan setiap galaksi memuat milyaran planet.  Salah satu teori dari para ilmuwan,  meyakini bahwa jagad raya dengan galakasinya terbentuk  oleh “the big bang”, sebuah ledakan dahsyat kira-kira belasan milyard tahun yang lalu. Dari  ledakan ini tentu terjadi kekacau-balauan. Apakah ini yang Alkitab tulis dalam kejadian 1:2, yang berbunyi:  “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air”. Kalimat bumi belum berbentuk dan kosong dari teks aslinya: tohu wavohu. Kalimat ini bisa menunjuk adanya sebuah kekacaubalauan.

Bumi termasuk dalam salah satu planet dalam salah satu galaksi yang disebut Bima Sakti (Milky Way). Galaksi yang terdekat dengan galaksi Bima Sakti adalah “Awan Magellan”.   Galaksi bima sakti sangat luas dengan diameter 100.000 tahun kecepatan cahaya.  Dalam galaksi ini terdapat matahari dimana bumi mengorbit padanya. Jadi matahari salah satu planet yang terdapat dalam galaksi Bima sakti selain 9 planet besar lainnya (Merkurius, Venus, Bumi, Mars, Yupiter, Saturnus, Uranus, Neptunus dan Pluto). Bumi mengorbit mengitari matahari bersama dengan planet-planet besar lainnya disebut sebagai sistim matahari atau solar system. Jadi tata surya terdiri dari matahari dan planet-planet yang mengelilingi. Menurut para ahli, selain 9 planet besar juga terdapat 60 bulan di dalam tata surya kita, ribuan gumpalan batu-batu yang disebut asteroid (ini bukan batu kecil tetapi gumpalan batu yang tidak menjadi planet) yang bergerak kadang tak beraturan.

Sebagai pertimbangan untuk dapat menghayati luasnya jagad raya bahwa jarak antara matahari dan bumi sekitar 150.000.000 Km. menurut para ahli dengan kecepatan cahaya perdetik adalah 300.000 Km, maka cahaya matahari mencapai bumi membutuhkan waktu 8 menit. Delapan menit dari matahari cukup untuk menjangkau bumi, bayangkan 17 milyard tahun, betapa luasnya jagad raya ini. Itupun baru yang dapat dijangkau oleh manusia. Wah, dahsyat.


  
LOKASI SORGA

Sering kali muncul pertanyaan: Dimanakah Sorga itu? Biasanya sorga diidentifikasikan sebagai yang terletak “diatas” (Rat 3:50). Diatas mana? Jawaban terhadap pertanyaan ini dapat kita peroleh, bila  menghubungkannya dengan proses kenaikan Tuhan Yesus ke Sorga.

Dalam Kisah Rasul 1:9-10 tertulis: “Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutup-Nya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu… Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama seperti kamu melihat Dia naik ke sorga.” Yang menarik dari informasi diatas adalah ketika Tuhan Yesus hendak kembali ke Sorga, Ia tidak menghilang atau lenyap begitu saja, tetapi Ia secara fisik naik (seperti terbang) ke atas sampai awan menutup-Nya.

Pertanyaannya adalah mengapa demikian? Tentu ada pesan penting yang hendak disampaikan melalui peristiwa tersebut. Pesan penting tersebut makin jelas maksudnya dengan pernyataan dua malaikat: Bahwa Tuhan Yesus yang naik ke Sorga, akan datang kembali “dengan cara yang sama”. Malaikat memberi pesan bahwa, seperti Yesus naik ke sorga, demikianlah Ia turun.  Ini berarti cara kedatangan-Nya sama dengan ketika Ia naik ke sorga.

Kalau Sorga bukan tempat yang ada di alam semesta ini, maka kemungkinan besar Tuhan Yesus menghilang dan masuk alam lain, seperti misalnya alam roh. Tetapi sesungguhnya tidaklah demikian, karena Alkitab mencatat bahwa “ia naik ke sorga kemudian awan menutup-Nya”. Perhatikan fakta ini bahwa “Ia terus naik sampai awan menutup-Nya”.

Pesan penting yang kita peroleh dari peristiwa tersebut adalah adanya “arah ke Sorga.” Arah tersebut adalah “ke langit.” Maksud “ke Sorga” atau “ke langit” ini adalah adanya suatu tempat di alam semesta, di luar bumi, atau kemungkinannya ada di luar Tata Surya kita ini, dimana Tuhan Yesus menetap. Oleh karena hal tersebut, maka sangatlah logis kalau sorga diidentifikasikan sebagai terletak “di atas.”  “Di atas” di sini mempunyai pengertian “di luar bumi” kita.

Kejadian kenaikkan Tuhan Yesus ke Sorga, bukanlah sebuah penglihatan atau mimpi tetapi sebuah realitas fisik. Dalam teks aslinya kata “melihat” adalah atenizontes, dari akar kata atenizo  yang berarti to gaze intently (memandang dengan penuh perhatian secara terus-menerus), behold earnestly (stedfastly), fasten (eyes), look (earnestly, stedfastly, up stedfastly), set eyes.  Dalam terjemahan Alkitab versi King James, bagian ayat tersebut diterjemahkan:  looked stedfastly toward heaven as he went up (melihat secara intensif, tetap atau terus-menerus ke langit, ketika Ia naik ke atas). Jadi, hal ini benar-benar merupakan fakta empiris (kenyataan pengalaman konkret), bukan suatu penglihatan.

Dalam teks bahasa Ibrani, kata Sorga terjemahan dari samayim, yang artinya langit (Heaven). Dalam teks Perjanjian baru diterjemahkan ouranos yang juga berarti “langit” atau Heaven. Dari terjemahan teks asli tersebut, samayim dan ouranos diisyaratkan bahwa Sorga ada di sebuah tempat “diatas” yaitu di langit (bukan sky tetapi heaven). Jadi tegasnya, Sorga bukan di alam roh dibalik dunia yang kelihatan ini, melainkan di langit, sangat besar kemungkinan bagian dari jagad raya.

Berbicara mengenai “lokasi Sorga,” Paulus menyaksikan adanya langit ketiga (2Kor 12:2-4). Apakah langit ketiga itu? Menjawab pertanyaan mengenai langit ketiga, perlulah kita hubungkan dengan pernyataan adanya langit pertama yang dinyatakan dalam Wahyu 21. Dalam banyak pendapat yang dianggap penulis sebagai sesuatu yang cukup logis, di nyatakan adanya  3 tingkat langit, yaitu:
      Langit pertama, kemungkinan adalah lokasi di sekitar tata surya kita, juga barangkali segala benda yang ada di tata surya kita, yaitu segala sesuatu yang bersifat bendani. Langit pertama inilah yang akan dihancurkan sama sekali oleh Tuhan (2Pet 3:9-11). Bumi dan langit dalam wilayah tata surya kita ini kelak menjadi lautan api (Yun. limne tou puros).

      Langit kedua, kemungkinan adalah lapisan langit yang menjadi tempat kuasa-kuasa kegelapan bertahta. Itulah sebabnya kuasa kegelapan disebut sebagai “penguasa-penguasa di udara” (Ef 6;12). Kata “di udara” dalam teks aslinya adalah epouranios yang bisa diterjemahkan celestial (sesuatu yang bertalian dengan angkasa) atau above the sky (diatas langit).

      Langit ketiga adalah Sorga. Disebut sebagai langit ketiga menunjuk tempat yang terbaik dan tertinggi. Orang-orang Yahudi memandang angka tiga adalah angka sempurna.
Barangkali kita tidak perlu mempersoalkan mengenai langit pertama dan langit kedua, yang penting kita memahami adanya langit ketiga yang merupakan realitas dari Sorga, dimana Tuhan bersemayam. Penjelasan mengenai “lokasi sorga” secara keseluruhan diatas ini,, akan membangun konstalasi berpikir yang benar, yang dapat membuka pengertian kita mengenai Sorga secara benar.



PENGANGKATAN 

Sebenarnya penjelasan mengenai pengangkatan tidak dapat dipahami lengkap kalau tidak membahas epifaneia (penyataan atau penampakan Tuhan Yesus) dan tribulasi (masa sengsara), bahkan seharusnya yang kita bahas terlebih dahulu epifaneia barulah pengangkatan. Tetapi oleh karena kita sedanag membahwa mengenai Sorga maka kita membahas mengenai pengangkatan ini yang direlasikan dengan Sorga.

Kata diangkat atau pengangkatan disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Kata ini dalam bahasa Yunani, akar katanya  harpazo.  Dalam 2Korintus 12:2-4: Aku tahu tentang seorang kristen; empat belas tahun yang lampau - entah didalam tubuh aku tidak tahu, entah diluar tubuh, aku tidak tahu,  Allah yang mengetahuinya - orang itu tiba-tiba diangkat  ke tingkat yang ke tiga dari sorga. Aku juga tahu tentang orang itu - entah didalam tubuh, entah diluar tubuh, aku tidak tahu,  Allah yang mengetahuinya - ia tiba-tiba diangkat  ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia.  Kata “tiba-tiba diangkat” dalam teks aslinya adalah  adalah harpagenta (2Kor 12:2) dan harpage (2Kor 12:4), dua kata tersebut memiliki akar kata yang sama yaitu “harpazo”.

Dalam 1Tesalonika 4:17 juga ditemukan kata yang sama ini yaitu  “harpagesometha, akar katanya juga “harpazo” yang dalam teks bahasa Indonesia terjemahan baru  diterjemahkan “akan diangkat”. Dalam Wahyu 12:5 dapat ditemukan pula kata harpazo ini yang diterjemahkan “dibawa lari”. Dalam Wahyu 12:5 tersebut   kita menemukan pernyataan : ..tiba-tiba anakNya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ketahtaNya. Kata “dibawa lari” dalam teks aslinya adalah “herpaste” dari akar kata “hapaszo”.  Dengan penjelasan ini dimaksud  agar pembaca memahami bahwa pengangkatan hanya terjadi sekali  saja. Bilamana itu terjadi? yaitu pada waktu mana Tuhan memindahkan orang percaya dari dunia yang terbakar oleh api  (2Pet 3:10-13) ke suatu tempat tertentu yang sudah Allah sediakan, yaitu langit baru dan bumi baru (2Pet 3:10-13). Itulah sebab kata yang digunakan untuk ini adalah “harpazo” yang artinya dipindahkan.  Kata pengangkatan inilah yang dalam bahasa Inggris sering diterjemahkan “rapture”.

Kata rapture berasal dari bahasa latin “rapio” yang mempunyai pengertian: dikepung, dipaksa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Kata rapio ternyata singkron dengan pengertian kata harpazo. Dengan demikian pengangkatan sebenarnya menunjuk suatu kejadian dimana seseorang dipindahkan dari satu tempat ke tempat lain. Dalam satu terjemahan Alkitab bahasa Inggris  (New International Version) 1Tesalonika 4:17 diterjemahkan “caught up” namun pada umumnya orang menggunakan istilah repture untuk kata pengangkatan ini. Pada prinsipnya pengangkatan hanya terjadi sekali saja yaitu pada akhir segala sesuatu. Peristiwa besar ini terjadi pada akhir Kerajaan 1000 tahun.

Kata “pengangkatan” haruslah dimengerti secara tepat. Pengangkatan ini hendaknya tidak hanya diartikan sebagai melayang ke atas seperti benda ringan (seperti balon), pengangkatan harus dimengerti secara dewasa dan dalam perpektif dimensi ilahi. Pengangkatan berarti dibawa keluar dari alam kita yang fana ini  masuk kedalam “alam yang baru”.   Dalam bayangan atau imaginasi banyak orang Kristen pengangkatan hanya dimengerti sebagai melayang ke atas. Keatas mana?. Bukankah bumi ini bulat ?. Menatap bumi ini dengan menggunakan perbandingan luasnya jagad raya,  maka bumi bagai sebuah bola kecil yang melayang diudara yang sedemikian luas, tak bertepi dan  tak terbatas. Oleh sebab itu pasir di laut dan bintang dilangit masih bisa banyak bintang di langit.

            Bila kita mengamati kitab Kisah Rasul 1:9-11, khususnya ayat yang ke 11, kita menemukan peristiwa dimana Tuhan Yesus terangkat ke sorga. Peristiwa ini diperangati oleh orang Kristen sebagai hari raya “kenaikan Tuhan Yesus”. Dalam Kisah rasul 1:9-11 ditulis: Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupnya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka dan berkata kepada mereka: “Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat ke langit? Yesus ini yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama, seperti kamu melihat Dia naik ke sorga

Dari perikop ini yang kita akan perhatikan  adalah  kenaikan Tuhan Yesus ke sorga. Sebab kenaikkan Yesus inilah yang ternyata berkaitan dengan peristiwa pengangkatan yang akan terjadi kemudian hari. Sehingga kenaikkan Yesus ke sorga ini merupakan model “pengangkatan” yang akan dialami oleh setiap orang percaya suatu hari kelak.

        Perlu diamati fakta bahwa Yesus terangkat lalu “awan menutupNya dari pandangan mereka” (Kiss 1:11). Dalam teks aslinya kata “menutupnya” adalah hupolaben auton. Kata ini berarti pula “diraibkan” dalam teks Inggrisnya bisa diterjemahkan “receive Him out” (King James Version), dalam terjemahan New International Version diterjemahkan “hid” .  
 
Kalimat “Awan menutupNya dari pandangan mereka” bisa menunjukkan paling tidak 3 hal. Hal-hal tersebut antara lain:

-                      Bahwa Tuhan dipermuliakan, pindah dari alam kita ini ke tempat dimana semula  Tuhan Yesus berada . Dalam Yohanes 13:1 ditulis: Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Dalam ayat ini hendak ditegaskan bahwa yesus hendak kembali ke tempat dimana Ia berasal. Karenanya Tuhan Yesus bisa berkata: Aku bukan dari dunia ini (Yoh 17:14).
-                      Bahwa tempat dimana Yesus berada hari ini tidak dapat dijangkau oleh pandangan mata dan jangkauan pengertian kita. Ini berarti bahwa terdapat selisih jarak yang tak mampu kita mengerti antara dunia kita ini atau planet bumi yang kita pijak dengan tempat dari mana Tuhan Yesus berasal.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengangkatan adalah istilah untuk menunjukkan perpindahan orang percaya. Perpindahan dari planet bumi ini ke suatu tempat dimana dosa dan penghulu kuasa kegelapan tidak ada lagi. Perlu ditegaskan bahwa pengangkatan itu sama dengan perpindahan. Sangat tepat sekali Paulus menggambarkan bahwa “seseorang  yang diangkat” yang dilihatnya  dibawa ke tingkat yang ke tiga dari sorga (2Kor 12:2-4. Yun.tritou ouranou; Ing.the third heaven). Kalimat ini juga bisa diterjemahkan “langit yang ke tiga”.

The third heaven atau langit ke tiga (tingkat ke tiga dari sorga) menunjuk adanya “sebuah lokasi” yang nyata bukan sesuatu yang gaib atau mistik. Tempat  dimana suatu hari kelak orang percaya bertemu berdomisili. Tempat atau lokasi disini tidak boleh kita mengerti sebagai suatu “alam” dibalik alam nyata ini. Sebab semuanya adalah nyata. Lokasi tersebut juga adalah “nyata”, hanya sekarang kita tidak mampu memahaminya. Jagad raya yang sedemikian luas adalah fasilitas “lokasi” yang tidak terbatas. Bukan tidak mungkin lokasi itu di suatu tempat yang jaraknya “sekian juta tahun” kecepatan cahaya dari planet bumi kita ini. Dengan kemampuan “karunia” ilahi Paulus melihat”nya”. Kata “nya” disini diberi tanda kutip dimaksudkan untuk  dipertimbangkan  barangkali yang disaksikan Paulus bisa “Stefanus” atau “Yesus” ?.

Peristiwa kenaikkan Yesus ke Sorga digambarkan dalam Wahyu 12:5:  Maka ia melahirkan seorang Anak  laki-laki, yang akan menggembalakan semua bangsa dengan gada besi; tiba-tiba Anaknya itu dirampas dan dibawa lari kepada Allah dan ke tahtaNya.

Terdapat bentuk paralel atau simetris antara peristiwa kenaikan Tuhan Yesus dengan “dilarikannya Anak “ dalam Wahyu 12:5.  Kebenaran ini lebih dapat dipertegas dengan apa yang diinformasikan oleh Injil Markus 16:19: Sesudah Tuhan Yesus berbicara demikian kepada mereka, terangkatlah Ia ke sorga, lalu duduk disebelah kanan Allah. Apa yang dikemukakan dalam Markus 16:19 adalah peristiwa kenaikan Tuhan Yesus yang ditulis oleh Lukas dalam Kisah Rasul 1:9-11. Bedanya didalam kisah Rasul tidak terdapat penjelasan bahwa Ia “duduk disebelah kana Allah”. Penjelasan tambahan ini membuka mata kita untuk melihat singkronisassi Wahyu 12:5 dengan peristiwa kenaikkan Tuhan Yesus. Dalam Wahyu 12:5 Tuhan Yesus dibawa ke tahta Allah, pernyataan ini paralel dengan apa yang dikemukakan Markus: “lalu duduk di sebelah kanan Allah”.

Kalau ayat mengenai kedatanganNya diawan-awan dihubungkan dengan 1Tesalonika 4:17, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan dengan seksama. Perlu kita perhatikan kalimat:

“Kita akan diangkat bersama-sama dengan mereka di awan-awan permai menyongsong Tuhan”. Dalam teks aslinya ditulis “harpagesometha en nephelais” (Ing. shall be seized  in clouds) . Kalimat ini dapat diterjemahkan : di tangkap atau diambil mendadak (to take or grasp suddently). Dalam terjemahan Alkitab bahasa Inggris  New International Version :  will be caught up. Dalam kalimat terdapat indikasi bahwa Tuhan dari awan-awan datang mengangkat kita semua dan membawanya ke tempat lain. Keluar dari bumi ini. Pengangkatan adalah perpindahan manusia (umat pilihan) dari langit dan bumi kita sekarang ke langit yang lain. Bisa berarti dari gugusan bintang yang satu ke gugusan bintang yang lain.

“Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan.” Dalam teks ini tidak ditunjukkan bahwa kita akan turun kembali ke bumi atau Tuhan mengajak kita kembali ke bumi. Beberapa penafsir Alkitab berpendirian bahwa setelah orang diangkat selama 7 tahun atau tiga setengah maka orang percaya dibawa Tuhan Yesus kembali ke bumi. Pandangan ini perlu dikoreksi dengan jujur.

Dalam 1Tesalonika 4:17 dikatakan bahwa  kita akan bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya.  Ini menunjuk kepada pengangkatan dimana kita bersama-sama dengan Tuhan di sorga. Kalimat “bersama-sama dengan Tuhan” (Yun.pantote sun kurio esometha. Ing. so shall we ever be with the Lord) menunjuk perubahan final, dimana orang percaya dipindahkan dari dunia ini ke dalam persekutuan dengan Allah secara sempurna, yaitu dalam kerajaanNya. Inilah yang Tuhan Yesus maksudkan “supaya di tempat dimana Aku berada, kamupun berada” (Yoh 14:3). Itulah Sorga itu, langit baru dan bumi yang baru.

Dalam hal ini harus ditegaskan bahwa pengangkatan dari akar kata “harpazo” menunjuk kepada suatu gerak dimana sesuatu dipindah dengan paksa atau secara cepat ketempat lain. Perpindahan ini bersifat permanen, bukan sementara. Hal ini ditegaskan dengan kata “selama-lamanya” bersama dengan Tuhan.Tidak dikatakan dan tidak ada kesan sama sekali bahwa orang percaya akan turun ke bumi lagi.

Kedatangan Tuhan yang kedua kali nanti menunjuk suatu awal dimana sejak saat itu Tuhan bersama-sama dengan kita secara fisik. Jadi maksud kalimat ”bersama-sama dengan Tuhan” menunjuk perubahan akhir keberadaan orang percayaan, dari bumi ini ke “tempat Yesus berada”. Inilah yang dimaksud oleh Paulus dalam Filipi 1:23, “diam bersama-sama dengan kristus”.

Perlu dicamkan bahwa dalam teks 1Tesalonika 3:13-18 tidak ada penjelasan mengenai perubahan tubuh. Hal ini bisa kita mengerti, sebab perubahan tubuh sudah terjadi, sebab pada waktu pengangkatan  orang percaya sudah mengenakan tubuh kebangkitan (1Kor 15:50-58; Wahyu 20:1-5).

Harus diterima dan dipahami bahwa konteks pembicaraan pengangkatan dalam perikop ini (1Tes 4:13-18) pokok bahasan utama bukan mengenai pengangkatan tetapi mengenai nasihat penghiburan bagi orang yang ditinggal  mati oleh orang yang mereka kasihi. Dalam menganalisa sebuat teks atau ayat, sangat penting memperhatikan keterkaitannya dengan  ayat sesudah dan sebelumnya. Harus ditemukan “berita sentral” atau berita pokok perikop itu. Bila seseorang gagal menemukan berita pokok sebuah perikop maka besar kemungkinan terjadi kesalahan tafsir terhadap teks atau ayat yang dianalisa. Harus dicamkan benar bahwa perikop dalam 1Tesalonika 4:13-18 berita sentralnya adalah  nasihat penghiburan bagi orang yang berdukacita karena ditinggal mati oleh orang yang mereka kasihi.

Orang Saleh Yang Turun Dari Sorga

Telah mengakar dalam pemikiran sebagian orang percaya bahwa sebelum aniaya orang-orang yang setia akan diangkat agar terhindar dari tribulasi atau masa sengsara selama 3,5 tahun. Untuk ini kita harus mengklarifikasi dengan jujur berdasarkan landasan ini :
-                      Bahwa yang turun dari sorga atau yang dibangkit ke dua adalah orang yang sudah pernah mati. Dalam hal ini mati martir
-                      Bahwa tidak pernah terdapat prinsip bahwa orang percaya  boleh luput dari aniaya.
-                      Bahwa  tidak mungkin orang yang tidak setia dalam perkara kecil dapat setia dalam perkara besar.

Dalam Yudas 14-15di katakan :

Juga tentang mereka Henokh, keturunan ketujuh dari Adam, telah bernubuat, katanya: "Sesungguhnya Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya, hendak menghakimi semua orang dan menjatuhkan hukuman atas orang-orang fasik karena semua perbuatan fasik, yang mereka lakukan dan karena semua kata-kata nista, yang diucapkan orang-orang berdosa yang fasik itu terhadap Tuhan."

Mengamati ayat ini kita tidak menemukan bahwa orang kudus ini adalah orang-orang yang diangkat sebelum masa aniaya. Justru sangat besar kemungkinan bahwa orang kudus yang dimaksud disini adalah:

-           Orang yang telah teruji taat kepada Tuhan. Bukan seorang pengecut yang dilarikan dari ujian. Bukankah Alkitab mengatakan bahwa emas harus diuji dengan api. Ini sejajar dengan bahwa kesucian kita atau kehidupan rohani kita akan diuji untuk menunjukkan kemurnian iman kita (1Pet 1:5-7; 2Pet 4:12-14)

Selanjutnya perlu ditinjau kembali ‘teori’ pengangkatan sebelum aniaya: bahwa orang percaya yang ‘sungguh-sungguh’ tidak turut menderita aniaya dari pihak Antikris, sementara orang percaya yang tidak sungguh-sungguh harus mengalami aniaya. Pernyataan ini bisa menyalahi prinsip kebenaran yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri dan terdapat di banyak bagian dalam Alkitab bahwa setiap orang percaya harus teraniaya (2 Tim 3:12; Yoh 15:18-21; Roma 8:17: hanya orang yang menderita bersama Yesus yang akan dimuliakan).

2 Timotius 3:12
Memang setiap orang yang mau hidup beribadah di dalam Kristus Yesus akan menderita aniaya,…

Yohanes 15:18-21.
"Jikalau dunia membenci kamu, ingatlah bahwa ia telah lebih dahulu membenci Aku dari pada kamu. Sekiranya kamu dari dunia, tentulah dunia mengasihi kamu sebagai miliknya. Tetapi karena kamu bukan dari dunia, melainkan Aku telah memilih kamu dari dunia, sebab itulah dunia membenci kamu. Ingatlah apa yang telah Kukatakan kepadamu: Seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya. Jikalau mereka telah menganiaya Aku, mereka juga akan menganiaya kamu; jikalau mereka telah menuruti firman-Ku, mereka juga akan menuruti perkataanmu. Tetapi semuanya itu akan mereka lakukan terhadap kamu karena nama-Ku, sebab mereka tidak mengenal Dia, yang telah mengutus Aku.

Roma 8:17
Dan jika kita adalah anak, maka kita juga adalah ahli waris, maksudnya orang-orang yang berhak menerima janji-janji Allah, yang akan menerimanya bersama-sama dengan Kristus, yaitu jika kita menderita bersama-sama dengan Dia, supaya kita juga dipermuliakan bersama-sama dengan Dia.

       Terlampau banyak ayat yang menegaskan bahwa setiap orang percaya harus teraniaya dan justru aniaya tersebut akan mengerjakan kemuliaan bagi orang percaya. Mereka yang akan duduk disebelah kanan dan kiri Tuhan dalam kemuliaan pemerintahanNya  adalah yang minum cawan yang diminum Tuhan dan dibaptis dengan baptisan yang Yesus terima.

          Markus 10:39
Jawab mereka: "Kami dapat." Yesus berkata kepada mereka: "Memang, kamu akan meminum cawan yang harus Kuminum dan akan dibaptis dengan baptisan yang harus Kuterima.  
       Cawan dan baptisan dalam Markus 10:39 menunjuk kepada penderitaan karena kebenaran atau penderitaan oleh kehendak Allah.   

         1 Petrus 4:12-14
Saudara-saudara yang kekasih, janganlah kamu heran akan nyala api siksaan yang datang kepadamu sebagai ujian, seolah-olah ada sesuatu yang luar biasa terjadi atas kamu. Sebaliknya, bersukacitalah, sesuai dengan bagian yang kamu dapat dalam penderitaan Kristus, supaya kamu juga boleh bergembira dan bersukacita pada waktu Ia menyatakan kemuliaan-Nya. Berbahagialah kamu, jika kamu dinista karena nama Kristus, sebab Roh kemuliaan, yaitu Roh Allah ada padamu.

     Harus diingat bahwa tidak ada murid yang lebih besar dari gurunya dan tidak ada  hamba yang lebih besar dari tuannya. Kalau Yesus yang adalah guru dan tuan kita menderita maka kita harus mempersenjatai diri dengan prinsip ini: bahwa aniaya dan penderitaan juga bagian dari panggilan kita sebagai orang percaya. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak  berharap lolos dari aniaya. Bila kita berharap demikian maka kita  menjadi orang percaya yang ‘pengecut’ dan ‘rentan’. Janji para pengkhotbah dewasa ini  adalah bahwa orang percaya tidak akan dianiaya tetapi mengalami pengangkatan untuk terhindar dari aniaya menciptakan orang percaya yang ‘kerdil’ dan tidak ‘teguh’. Penyingkiran ‘perempuan’ yang dikisahkan dalam Wahyu 12:6 tidak boleh gegabah kita artikan sebagai ‘gereja Tuhan’ yang disingkirkan selama tiga setengah tahun luput dari aniaya, sebab dalam ayat ke-17 ternyata perermpuan tersebut memiliki keturunan lain yaitu orang yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Mereka yang memiliki kesaksian Yesus tentu adalah orang percaya secara individu dan gereja Tuhan secara komunal. Jadi wanita yang muncul dalam Wahyu 12:6  tentu bukan gereja Tuhan. Hendaknya kita tidak tergopoh-gopoh mengartikan bahwa perempuan tersebut adalah gereja, hanya oleh karena ‘ia’ berjenis kelamin perempuan di mana hal ini cocok dengan gambaran gereja sebagai mempelai Kritus. Kristus mempelai laki-laki dan gereja Tuhan sebagai mempelai wanita.

     Persoalan lain yang harus diperkarakan adalah bagaimana dengan orang yang tidak diangkat, apakah mereka harus mengalami aniaya? Sanggupkah mereka setia sampai mati? Memang ternyata dalam kitab Wahyu ada orang-orang yang setia sampai akhir. Masalahnya sekarang adalah bagaimana seseorang yang selama tidak ada aniaya Antikris saja sudah tidak setia apalagi kalau ada aniaya. Tuhan Yesus jelas berkata:

“Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil, ia setia juga dalam perkara-perkara besar. Dan barang siapa tidak benar  dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar” (Luk 16:10).

     Formulasi yang diucapkan Tuhan dalam Lukas 16:10 ini bukanlah hipotesis tetapi kebenaran yang mutlak benar tak dapat direduksi atau dikurangi dan ditawar harganya. Lebih jauh terdapat pandangan bahwa orang yang tidak diangkat harus menebus keselamatannya dengan ‘darahnya’. Bagaimana mereka mampu menebus keselamatan dengan darahnya. Lagi pula Alkitab tidak menyinggung hal ini sama sekali. Teori pengangkatan ‘model yang sudah populer’ tersebut merusak kebenaran dan melanggar prinsip Lukas 16:10. Hanya orang-orang yang ‘hari ini’ berjaga-jaga, setia dan disiplin menegakkan kebenaran Allah dalam hidupnya yang akan luput dari sengsara besar itu dan bertahan berdiri dihadapan anak manusia.

Lukas 21:34-36
Jagalah dirimu, supaya hatimu jangan sarat oleh pesta pora dan kemabukan serta kepentingan-kepentingan duniawi dan supaya hari Tuhan jangan dengan tiba-tiba jatuh ke atas dirimu seperti suatu jerat. Sebab ia akan menimpa semua penduduk bumi ini. Berjaga-jagalah senantiasa sambil berdoa, supaya kamu beroleh kekuatan untuk luput dari semua yang akan terjadi itu, dan supaya kamu tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

Kesempatan untuk selamat adalah ‘hari ini’ dengan kehidupan yang ‘serius’ mengiring Tuhan, bukan nanti saat menghadapi ganasnya Antikris.

     Kalau kita percaya bahwa akhir dari perjalanan sejarah gereja adalah aniaya, mengapa Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa pada akhir zaman orang makan minum, membeli menjual, membangun menanam sampai kemudian Tuhan datang. ‘Mereka tidak tahu sesuatu, mereka tidak menduga’. Mereka tidak sadar datangnya hari besar tersebut, sebab roda kehidupan ‘berputar wajar’; tidak ada sesuatu yang luar biasa, juga berkenaan dengan aniaya ini.

          Matius 24:37-42
"Sebab sebagaimana halnya pada zaman Nuh, demikian pula halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Sebab sebagaimana mereka pada zaman sebelum air bah itu makan dan minum, kawin dan mengawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, dan mereka tidak tahu akan sesuatu, sebelum air bah itu datang dan melenyapkan mereka semua, demikian pulalah halnya kelak pada kedatangan Anak Manusia. Pada waktu itu kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan; kalau ada dua orang perempuan sedang memutar batu kilangan, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Karena itu berjaga-jagalah, sebab kamu tidak tahu pada hari mana Tuhanmu datang.

Lukas 17:26-30
Dan sama seperti terjadi pada zaman Nuh, demikian pulalah halnya kelak pada hari-hari Anak Manusia: mereka makan dan minum, mereka kawin dan dikawinkan, sampai kepada hari Nuh masuk ke dalam bahtera, lalu datanglah air bah dan membinasakan mereka semua. Demikian juga seperti yang terjadi di zaman Lot: mereka makan dan minum, mereka membeli dan menjual, mereka menanam dan membangun. Tetapi pada hari Lot pergi keluar dari Sodom turunlah hujan api dan hujan belerang dari langit dan membinasakan mereka semua. Demikianlah halnya kelak pada hari, di mana Anak Manusia menyatakan diri-Nya.

      Lebih tegas lagi Tuhan berkata pada waktu itu ada dua orang di ladang, memutar batu kilangan, tidur di tempat tidur (bukan tidur di gua-gua dalam pelarian karena kejaran tentara Antikris, seperti teori yang selama ini populer), yang satu dibawa dan yang lain ditinggal.

         Lukas 17:34-37

Aku berkata kepadamu: Pada malam itu ada dua orang di atas satu tempat tidur, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan. Ada dua orang perempuan bersama-sama mengilang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan." (Kalau ada dua orang di ladang, yang seorang akan dibawa dan yang lain akan ditinggalkan.) Kata mereka kepada Yesus: "Di mana, Tuhan?" Kata-Nya kepada mereka: "Di mana ada mayat, di situ berkerumun burung nasar.

     Penjelasan di atas jelas mudah dimengerti dan dipahami, tidak perlu penafsiran yang rumit. Tuhan Yesus sendiri yang mengucapkan keterangan ini. Oleh sebab itu  kita tidak perlu ragu-ragu menerimanya. Dengan demikian kita harus berani mengambil langkah bahwa segala bentuk penafsiran yang berstatus ‘kira-kira’, tidak tegas, tidak bold ( tidak terang) patut dikesampingkan dan dilupakan.

     Selanjutnya dalam surat Tesalonika dinyatakan bahwa hari-hari itu dikatakan semuanya damai dan aman.
          1 Tesalonika 5:3
Apabila mereka mengatakan: Semuanya damai dan aman--maka tiba-tiba mereka ditimpa oleh kebinasaan, seperti seorang perempuan yang hamil ditimpa oleh sakit bersalin--mereka pasti tidak akan luput.

      Walau dalam ayat itu ‘pernyataan damai dan aman’ adalah sebuah pernyataan dari suatu kelompok atau seseorang, namun pernyataan tersebut tentu sebuah pernyataan yang beralasan. Pernyataan tersebut sudah merupakan indikasi yang jelas bahwa suasana aniaya Antikris tidak ada pada akhir perjalanan sejarah gereja pada semua tempat. Kalimat ‘tidak pada semua tempat’ di sini hendak mengisyaratkan bahwa memang masih ada aniaya oleh gerakan Antikris tetapi hanya di beberapa tempat, seperti yang terjadi  di negeri di mana penulis menetap.

     Hari ini aniaya hanya berlaku secara sporadis dan di beberapa tempat saja di belahan bumi. Di negeri Barat aniaya semacam ini sudah nyaris tidak ada, justru mereka (negara-negara Kristen) dipakai Tuhan untuk melindungi orang percaya yang sedang dalam aniaya oleh gerakan binatang seperti yang diungkapkan dalam Wahyu 12 itu yaitu gerakan Antikris. Negara-negara yang menerima Injil atau negara-negara Kristen juga dipakai Tuhan untuk mendukung berdirinya kembali negara duniawi umat pilihan Allah secara jasmani, yaitu penggenapan dari rencana agung Tuhan mengembalikan ‘umat pilihan tersebut’ ke tanah yang mereka percayai sebagai milik mereka. Jadi tidak heran kalau pada umumnya negara-negara Islam khususnya dunia Arab membenci atau tidak bersahabat dengan negara-negara Kristen. Bahkan dampaknya di negera-negara mayoritas Islam terdapat orang-orang Kristen yang tertindas. Ini sebuah fakta yang tidak dapat ditutup-tutupi.  Hal ini terjadi sebab mereka mengidentikkan Yahudi dan Zionisme dengan Kekristenan.

     Kata ‘dibawa’ dalam Lukas 17:34-36 teks aslinya adalah “paralephthesetai” dari akar kata paralambano yang harus diterjemahkan “dibawa” to take to one’s side, jadi dibawa secara horisontal bukan diangkat (rapture). Untuk rapture digunakan kata “harpazo” yang artinya dibawa dengan paksa, dalam bahasa Inggris diterjemahkan: take away by force, atau sering dimengerti sebagai diangkat  secara vertikal. Kata diangkat atau pengangkatan disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Kata ini dalam bahasa Yunani seperti yang dikemukakakan di atas akar katanya harpazo dalam 2 Korintus 12:2, 4 diterjemahkan “tiba-tiba diangkat”. Dalam 1 Tesalonika 4:17: "sesudah itu, kita yang hidup, yang masih tinggal, akan diangkat bersama-sama dengan mereka dalam awan menyongsong Tuhan di angkasa. Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama-sama dengan Tuhan." harpagesometha diterjemahkan ‘akan diangkat’. Dalam Wahyu 12:5 diterjemahkan “dibawa lari”. Kata ini dalam bahasa Inggris “rapture” yang berasal dari bahasa latin “rapio” yang mempunyai pengertian: “dikepung, dipaksa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain.” Dalam satu terjemahan Alkitab bahasa Inggris (NIV) 1 Tesalonika 4:17 diterjemahkan caught up” namun pada umumnya orang menggunakan istilah ‘rapture’ untuk pengangkatan ini. Pada prinsipnya pengangkatan hanya terjadi sekali saja yaitu pada akhir segala sesuatu. Ini terjadi pada akhir Kerajaan 1000 tahun atau milenium damai. 

     Perlu ditambahkan di sini bahwa Lukas 17 bukan menunjuk mengenai pengangkatan, tetapi pentahbisan anak-anak Allah untuk memperoleh pemuliaan sebagai anak-anak Allah guna memerintah bersama-sama dengan Yesus.

          Roma 8:18-22 
Sebab aku yakin, bahwa penderitaan zaman sekarang ini tidak dapat dibandingkan dengan kemuliaan yang akan dinyatakan kepada kita. Sebab dengan sangat rindu seluruh makhluk menantikan saat anak-anak Allah dinyatakan. Karena seluruh makhluk telah ditaklukkan kepada kesia-siaan, bukan oleh kehendaknya sendiri, tetapi oleh kehendak Dia, yang telah menaklukkannya, tetapi dalam pengharapan, karena makhluk itu sendiri juga akan dimerdekakan dari perbudakan kebinasaan dan masuk ke dalam kemerdekaan kemuliaan anak-anak Allah. Sebab kita tahu, bahwa sampai sekarang segala makhluk sama-sama mengeluh dan sama-sama merasa sakit bersalin

Mat 24:31
Dan Ia akan menyuruh keluar malaikat-malaikat-Nya dengan meniup sangkakala yang dahsyat bunyinya dan mereka akan mengumpulkan orang-orang pilihan-Nya dari keempat penjuru bumi, dari ujung langit yang satu ke ujung langit yang lain.

     Terdapat banyak lagi pengajaran mengenai akhir zaman yang “tidak logis” dan sebenarnya menyalahi prinsip Alkitab yang selama ini terlanjur diterima sebagai kebenaran. Namun semua contohnya tidak dapat diutarakan di sini. Saya akan menyajikan pada kesempatan lain.

Hamargedon Dan Akhir 1000 tahun Damai.

Akhir perjalanan hidup orang percaya yang penuh tekanan dan pengembaraan sukar ini adalah pada perang yang dikatakan Tuhan Yesus : dimana ada banyak mayat, disitu berkerumun burung nazar (Luk 17:34-37).  Suatu hari kelak akan terjadi suatu perang besar  yang bermuara pada niat untuk menghancurkan umat pilihan Allah, yaitu bangsa Israel. Tetapi pada waktu itulah Tuhan Yesus datang menyelamatkan bangsa Israel. Bangsa Israel akan menatap Dia yang mereka tikam.

Yesus yang tidak kelihatan akan menampakkan diri  untuk menyelamatkan umat pilihanNya keturunan jasmani Abraham, yaitu bangsa Israel ( Zak 12:1-14). Tokoh yang menampakkan diri dan  menyelamatkan bangsa Israel itu jelas Yesus sendiri  yaitu “Dia yang tertikam” (Yoh 19:37; Wah 1:7).

Sebelum kerajaan  1000 damai didirikan, Tuhan Yesus, datang dengan perbuatan ajaib untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kesesakan besar. Ini belum masa pengangkatan (rapture).  Hal ini didahului dengan berkumpulnya sejumlah besar tentara asing yang hendak menghancurkan Yerusalem (Wah 19:17-21; Yehez 39:1-29).

Mengenai terancamnya bangsa Israel oleh musuh-musuh mereka dinubuatkan dalam  beberapa bagian dalam Alkitab tetapi yang cukup menonjol dalam Zakaria 12:1-14.  Iblis memang berusaha  untuk mengejar keturunan dari wanita yang ditampilkan dalam Wahyu 12, baik “anak” itu maupun keturunanNya yang lain (wahyu 12:17). KeturunanNya yang lain adalah bangsa Israel yang  disebutkan sebagai “yang menuruti hukum-hukum Allah dalam hal ini Torat (Wah 12:17) dan mereka yang memiliki kesaksian  Yesus yaitu orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan mengalami kuasa kebangkitanNya (Wah 12:7).

Harus disadari iblis melakukan niatnya dengan berbagai manuver-manuver: manuver religius (melalui agama-agama palsu dan nabi-nabinya; manuver politik; manuver sosial, manuver moral dll. Manuver terakhir sebelum jaman 1000 damai ini adalah manuver senjata dengan maksud menghancurkan Israel yang adalah poros dari penggenapan rencana Allah di akhir jaman.

Iblis berusaha menghancurkan Yerusalem sebab Iblis tahu bahwa Yesus akan datang di wilayah itu dan menjadikan Yerusalem sebagai pusat pemerintahanNya (Amos 9:11-15; Kiss 15:16-18). Bila mengamati Amos 5 maka kita menemukan bahwa dari ayat 1 Amos menuturkan penglihatan yang ia terima dari Tuhan. Apa yang disaksikan ini adalah  nubuatan tentang peristiwa yang akan terjadi di masa depan, yaitu “nasib” atau keadaan bangsanya.

Bangsa Israel mengalami penderitaan luar biasa akibat kesalahan mereka. Tetapi diakhir pukulan Tuhan tersebut, Tuhan akan memulihkan kembali bangsa itu dan mengembalikan bangsa tersebut ketanah airnya dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah dijanjikan Tuhan untuk mereka miliki. Disini jelas nampak konsekwennya Tuhan dan kasih setiaNya terhadap Abraham, bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah yang mewarisi tanah Kanaan. Allah adalah Allah yang setia, yang berkuasa menggenapi janji yang telah diucapkanNya. Allah tetap memilih bangsa itu sebagai umat pilihan Allah sampai selama-lamanya. Dalam Roma 11:28-31 dijelaskan bahwa Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya.

Gerakan menghancurkan Israel ini dipicu oleh  pihak-pihak yang tidak menyukai berdirinya Yerusalem dan dibangunnya kembali bait Allah di kota Yerusalem. Inilah gerakan antikris, yaitu pihak yang tidak menyukai kekristenan pula, bahkan berusaha untuk menghapuskannya.  Hal tersebut akan menggerakkan tentara dalam jumlah besar memerangi Israel. Pada waktu itu Mikhael mendampingi Israel (Dan 12:1). Gerakan melawan Israel (manuver senjata atau kekerasan) ini lebih berunsur religius dari pada unsur politik. Ini adalah gerakan yang sebenarnya dipengaruhi oleh suatu manuver roh yang dahsyat yaitu manuver dari “luciver” atau naga besar yang dijatuhkan ke bumi (Wah 12:13-18). Amerika bisa mendampingi Israel tetapi Tuhan Yesus yang menyelamatkan, bukan Amerika. Pada saat yang genting tersebut, ketika Israel dikeroyok oleh musuh-musuhnya maka Tuhan Yesus  datang dan  menghancurkan musuh-musuh itu. Saat itulah semua dunia melihat bahwa Yesus Kristus adalah Messias (sangat besar kemungkinan melalui media elektronika dan komunikasi yang makin canggih).

Perbuatan tangan Tuhan yang menghancurkan musuh-musuh Israel ini  bagi orang Yahudi adalah saat penyelamatan bangsa tersebut (Roma 11:25-27). Tuhan berjanji bahwa akhirnya semua bangsa Yahudi akan menerima Yesus sebagai Messias. Dalam Roma 11:26 jelas mengatakan bahwa seluruh Israel akan diselamatkan. Harus diterima bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Mereka adalah saudara tua kita yang telah disatukan menjadi kawan sewarga keluarga (Ef 2:11-22). Di akhir jaman kita harus berani terang-terangan dan mengakui kenyataan ini.

Gerakan yang mencoba menghancurkan bangsa Israel bisa datang dari dunia Arab dan negara-negara yang membantunya. Prediksi mengenai diserbunya Israel ini oleh dunia Arab dan negara-negara lain yang mendukungnya  lebih sangat masuk akal (logis) dan Alkitabiah. Dunia dimana kita hidup ini adalah dunia yang menghargai hak-hak manusia lain. Hak menempati wilayah, beragama atau beribadah dll. Bangsa Yahudi adalah bangsa yang  tidak mau tahu hal ini. Mereka akan tetap bersikeras dengan sikap mereka yang mengakui bahwa wilayah Yerusalem adalah milik mereka yang sepenuhnya harus menjadi ibu kota negara tersebut. Hal yang kedua adalah bahwa bagaimanapun bangsa Israel tetap hendak membangun  bait Allah di tempat mana Allah perintahkan Daud membangun baitNya (lokasi yang sekarang diatasnya berdiri mesjid Al Aqsa). Kalau terjadi tindakan tetap menjadikan Yerusalem wilayah penuh milik Israel sebagai ibu kota dan pihak lain tidak berhak memilikinya serta perusakan terhadap mesjid Al Aqsa, bisa dibayangkan apa terjadi. Dunia Arab dan seluruh dunia bisa mengepung Israel dan menghancurkan bangsa yang menurut mereka keras kepala itu.  Moment seperti inilah yang akan terjadi, tetapi Yesus akan menjadikan moment ini sebagai sarana Tuhan Yesus menampakkan diri. Inilah awak dari kerajaan 1000 tahun atau 1000 tahun damai.

Setelah iblis dipenjara selama 1000 tahun maka iblis dilepaskan. Ia akan menyesatkan banyak orang dan kemudian melawan orang-orang kudus (Wah 20:7-10) . Pada saat itu Tuhan Yesus mengangkat orang percaya  (1Tes 4:17). Setelah orang percaya diangkat barulah kemudian dunia ini  dihancurkan (2Pet 3: 9-14 ). Setelah dunia dihancurkan maka tidak ada lagi tempat untuk berpijak lagi bagi manusia. Dunia inilahyang menjadi lautan api tempat antikris dan antek-anteknya dibuang dan disiksa. Pengangkatan ini sebenarnya menunjuk peristiwa di akhir 1000 tahun damai, bukan menunjuk kepada awal kerajaan 1000 tahun, sebab tidak semua orang dibangkitkan pada 1000 damai. Mereka yang dibangkitkan adalah mereka yang telah melayani Tuhan dan berlayak memerintah bersama-sanma dengan Kristus (Wahyu 20:5-6).

Pengangkatan yangterjadi pada akhir 1000 damai adalah  pengangkatan yang pertama dan yang terakhir dimana orang percaya tidak akan kembali lagi di bumi sebab bumi  sudah tidak ada lagi (Wah 21:1). Perjumpaan antara Tuhan Yesus dan orang percaya inilah yang dimaksud dengan perjamuan anak domba Allah itu. Apa yang disaksikan Yohanes dalam Wahyu 19:6-10 bisa berupa nubuatan (futuris),  harus diingat pada waktu itu ular naga belum dibelenggu (Wah 19:17-21), orang percaya belum diangkat. Lebih tegas lagi dalam Wahyu 7, bahwa pengantinya telah siap sedia. Telah siap sedia, jadi belum dipertemukan dengan mempelai.

Ajaran mengenai pengangkatan adalah ajaran yang benar, sangat Alkitabiah. Tetapi masalahnya sekarang adalah bilamana atau kapan dan bagaimana orang percaya diangkat. Dalam hal ini terdapat pandangan yang bermacam-macam dan simpang siur. Hal ini dapat membuat jemaat menjadi bingung. Sekarang jelaslah bahwa pengangkatan sesudah seribu tahun damai, bukan sebelum seribu tahun damai.
Sebelum lebih jauh kita mempelajari mengenai pengangkatan ini perlulah kita meninjau  apa yang dimaksud dengan penampakan atau penyataan. Sebab banyak orang yang menyamakan antara pengangkatan dan penampakanNya.

Epifaneia
Ternyata selama ini telah terjadi kesalahan tafsir yang parah mengenai akhir jaman yang sudah terlanjur mewarnai pola berpikir orang-orang Kristen. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali selalu dikaitkan dengan pengangkatan orang percaya. Berkaitan  dengan hal ini juga telah diajarkan bahwa kedatangan Tuhan dua tahap atau dua kali sebelum 1000 tahun  damai. Harus ditegaskan bahwa kedatangan Tuhan yang kedua kali ini tidaklah bersamaan dengan pengangkatan orang percaya (rapture). Kedatangan Tuhan memang dua tahap, tetapi urut-urutannya sebagai berikut:

1.       Sebelum 1000 tahun damai. Tahap ini belum ada pengangkatan. KedatanganNya tahap pertama ini disebut sebagai “epifaneia”.
2.       Pada akhir 1000 tahun damai. Pada saat inilah terjadi pengangkatan (rapture), iblis dikalahkan dan mereka dibuang ke dalam lautan api.

Kedatangan Tuhan yang kedua kali ini (second coming) tahap pertama  ini (sebelum 1000 tahun                     damai) disertai atau bersamaan dengan beberapa peristiwa sebagai berikut:
-           PenampakanNya (epifaneia).
-                      DiselamatkanNya sisa Israel dari malapetaka atau serangan musuh-musuhnya (Roma 11:25-27).
-                      Penggenapan semua lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan (Fil 2:9-10).
-                      Kebangkitan orang saleh untuk memerintah bersama-sama dengan Yesus (1Kor 15:50-58).
Untuk mengerti kebenaran mengenai kedatangan Tuhan ini hendaknya kita dengan rendah hati melepaskan pandangan atau anggapan  yang sudah terlanjur berakar dalam pikiran kita. Dengan cara demikian maka kebenaran yang telah diwahyukan ini dapat dimengerti dengan optimal.
Kedatangan Tuhan tahap pertama ini bisa dikatakan sebagai penampakanNya. Penampakan Tuhan ini disebut pula sebagai “penyataanNya” (Luk 13:30; Kol 3:1-4; 1Tim 6:14; 2Tim 4:1; Titus 2:13).

Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus (Kol 3:4)
Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak
bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
diriNya (1Tim 6:14)

Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan diriNya (2Tim 4:1)


Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh

bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus (Titus 2:13)

Kata penyataan dalam ayat-ayat ini adalah  ephifaneias, kata ini dari kata kerja ephifaino, to appear, become visible; menjadi nampak atau kelihatan. Kalau dipertanyakan apakah peristiwa ini menunjuk kepada ucapan malaekat dalam Kisah Rasul 1:11 : akan datang kembali dengan cara yang sama, jawabnya adalah “sangat bisa”. Kedatangan Tuhan Yesus ke duakali adalah kedatangan tahap pertama yang belum mengangkat orang percaya. Ia menyatakan diri (epifaneia) untuk menggenapi rencananNya.
Perlu ditegaskan bahwa dalam Kisah Rasul 1:11 tersebut tidak diinformasikan bahwa orang percaya akan diangkat. Kita harus “fair” terhadap apa yang diinformasikan oleh Alkitab. Tidak sedikit pembicara akhir jaman yang menambahi bahwa kedatangan Tuhan ke dua kali nanti yang disinggung dalam Kisah Rasul 1:11 adalah hari pengangkatan. Kita tidak boleh menambah atau mengurangi. Apa yang tertulis demikian biarlah demikian.

PenyataanNya inilah yang dilukiskan oleh surat Yudas (Yudas 14). Dalam ayat itu dituliskan: Tuhan datang dengan beribu-ribu orang kudusNya. Kedatangan Tuhan Yesus pada waktu itu (Yud 14)  menunjuk kepada penyataanNya. Waktu ini belumlah masa pengangkatan. Inilah yang dimaksud oleh Paulus dalam Kolose 4:1-4: Apabila Krisrtus yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamupun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Kita akan dinyatakan bersama-sama dengan Kristus berarti:

-                      Orang percaya yang sudah mati dibangkitkan (1Kor 15:50-58).
-                      Orang percaya yang masih hidup diubahkan sekejab  (1Kor 15:50-58).

Ada pendapat yang mengatakan bahwa kedatangan Tuhan ini adalah akhir dari sejarah dunia ini, sebab setelah ini semua orang percaya dibawa ke sorga dan orang fasik di buang kedalam lautan api. Pendapat seperti tersebut ini harus dikotreksi, sebab setelah penampakan diri Yesus ini bersama dengan orang kudus adalah awal dimana Tuhan dan orang kudusNya memerintah dunia dalam 1000 tahun damai. Orang-orang  kudus yang bersama Tuhan ini adalah orang-orang yang dibangkitkan (1Kor 15:50-58).

Menganalisa hal kebangkitan, ternyata selama ini banyak pandangan yang keliru mengenai pokok tersebut. Kesalahan itu berawal pada keyakinan bahwa dari komponen tubuh manusia yang dikubur, tulanglah yang dibangkitkan. Pendapat ini juga yang membangkitkan rumusan etis bahwa orang Kristen tidak boleh dibakar. Menerut pemahaman kelompok ini, kala tubuh  dibakar, bagaimana dengan tulangnya. Orang yang zasadnya dibakar bisa tidak akan mengalami kebangkitan. Sebenarnya istilah “kebangkita” hanyalah istilah untuk mendekatkan pengertian manusia agar memahami  kenyataan bahwa orang percaya tidak pernah “raib” atau “musnah”. Orang percaya adalah anak-anak Tuhan yang memiliki jaminan tubuh kemuliaan. Jadi kedatangan orang suci bersama Yesus adalah “mutasi” dari Firdaus ke dalam duni ini atau planet bumi ini. Berkenaan dengan ini harus ditegaskan bahwa penglihatan mengenai tulang-tulang kering yang dibangkitkan dalam Yehezkiel 37 adalah  menunjuk kepada pemulihan bangsa Israel. Hal itu tidak menunjuk pada kebangkitan tulang-tulang orang percaya. Kalau yang dibangkitkan adalah tulang manusia,bagaimana dengan orang Kristen yang matinya dibakar yang jumlahnya begitu banyak. Apakah mereka tidak mendapat bagian dalam kebangkitan pertama itu. Bukankah sebagian mereka adalah para martir Kristen yang memberitakan Injil sampai mengorbankan nyawa mereka.

Dengan penjelasan diatas ini maka tibalah kita pada kesimpulan bahwa pada prinsipnya kebangkitan pertama , kebangkitan dari antara orang mati sama dengan  keluar dari firdaus datang ke dunia ini untuk memerintah bersama-sama dengan Yesus

Aniaya
Dalam Alkitab kita menemukan pokok bahasan mengenai aniaya atau sengsara yang juga populer dengan istilah dari bahasa Inggris “tribulation” yang di Indonesiakan menjadi tribulasi.

Seperti yang telah disingung diatas bahwa pokok bahasan mengenai pengangkatan orang percaya tidak dapat dipisahkan dengan perihal kesengsaraan besar yang akan menimpa bumi ini. Justru konsep pengangkatan ini  muncul lebih jelas ke permukaan  berkenaan dengan adanya kesengsaraan besar. Kesengsaraan besar menunjuk atau melukiskan adanya suatu malapetaka yang akan terjadi di bumi. (Mat. 24:21,29,  Mrk 13:19,24, Why 7:14  dll). Semua orang akan mengalami  peristiwa tersebut (Band. Luk 21:35).  Kata malapetaka ini dalam bahasa Yunani “Thlipsis”. Dalam Alkitab bahasa Indonesia kata itu diterjemahkan “siksaan ” (Mat 24:29; Mrk 13:19) atau kadang-kadang juga diterjemahkan “malapetaka”.  Kata kesengsaraan besar atau malapetaka ini dalam bahasa Inggris diterjemahkan “tribulation “ dari bahasa latin  “tribulum” atau “Tribulatio”. Selanjutnya kata teribulation  di  bahasa Indonesiakan menjadi “tribulasi”. Bila kita teliti maka di dalam Alkitab ada beebrapa jenis tribulasi. Secarringkas dapat dijelaskan sebagai berikut.

a.       Masa sengsara (tribulasi) terhadap orang Yahudi. Ini  terjadi sejak tahun 70.
Hal ini sudah dinubuatkan jelas oleh Tuhan Yesus (Matius 24:2; Mark 13:2; Luk 21:6). Sengsara bangsa Yahudi ini juga disebabkan oleh karena mereka menyalibkan Messias dan bersedia memikul akibat dari tindakan mereka itu (Mat 27:25). Mereka diserakkan Tuhan ke seluruh penjuru dunia (diaspora).  Pada jaman Yesus  orang Yahudi di Roma sejumlah 10.000 dari penduduk Roma 600.000 jiwa. Di Mesir 1 juta. Di Alexandria sejumlah 1/3 penduduknya.

Di negeri dimana mereka berserak mereka mengalami aniaya, khususnya pada waktu perang dunia ke II (dimulai 1 Sep 1939 serangan Jerman terhadap Polandia sampai 1945, sekitar 7 tahun, 3,5 tahun kemudian Israel bediri yaitu pada tahun 1948). Tidak ada satu negara yang hampir selama 2000 tahun  berserak namun masih bisa berdiri. Jika bukan campur tangan Tuhan bangsa Israel pasti tidak akan  mampu mendirikan negaranya.

b.       Masa sengsara (tribulasi) terhadap orang percaya.
Aniaya  terhadap orang Kristen memang tidak selama bangsa itu. Sesekali orang percaya dapat bernafas lega. Tetapi bagaimanapun orang percaya mengalami aniaya. Aniaya tersebut sudah dimulai sejak Kekritenan muncul pada abad pertama. Tuhan Yesus sendiri telah mengingatkan berkali-kali (Mat 10:16-26; 23:34; Luk 21:7-19; Yoh 15:18-25; Wah 2:10)

-                      Pada tahun 33 dan tahun-tahun berikutnya di derah Palestina oleh Yudaism.
-                      Abad 1-2 aniaya dahsyat oleh kaisar-kaisar Romawi.
Pada tahun 64 kota Roma di bakar kaisar Nero dan mempersalahkan orang Kristen sebagai pelakunya. Kaisar Domitianus menganiaya kejam orang Kristen (81-96); Trayanus ( 98-117). Namun setelah aniaya ini surut.
-                      Dimulai kembali oleh Kaisar Decius (249-251), Valerianus (257-258), Diocletianus dan penggantinya yaitu Galerius  303-311. Tahun 312  kaisar pertama masuk Kristen Constantinus Agung (dibaptis th.337 sebelum mati). Tahun 380 Kekristenan menjadi agama negara dibawah Kaisar Theodosius Agung .

c.       Masa sengsara bagi semua penduduk bumi.,
Kenyataan ini diungkapkan oleh Tuhan Yesus dalam Matius 24, yaitu tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus. Diantara tanda-tanda kedatangan Tuhan Yesus tersebut terdapat tanda-tanda yang menyebabkan kesengsaraan manusia di bumi.
-                      Keduhakaan bertambah-tambaha sehingga kasih kebanyakan oprang menjadi tawar. Kalau manusia sudah tidak memiliki kasih betapa rusaknya duinia ini. Banyak manusia menjadi serigala bagis esamanya (Band. 2Tim 3:1-5).
-                      Perang yang menyebabkan kematian banyak orang, penderitaan dan kemiskinan bahkan sakit-penyakit akibat persenjataan kimia dan sejenisnya yang menyebabkan udara tercemar.
-                      Gempa bumi
-                      Kelaparan karena berbagai faktor, seperti keserakahan, iklim dunia yang tidak menentu, rusak dan berkurangnyanya sumber alam karena eksploitasi maupun perusakan seperti terbakarnya hutan dll.
-                      Dan lain-lain.

d.       Masa sengsara bagi orang Yahudi   dan orang percaya
Diakhir jaman akan terdapat serangan yang gencar terhadap umat Tuhan ini,  umat Tuhan secara jasmanai  yaitu bangsa Israel dan orang percaya (Wah 12:17). Pelaku penganiaya orang-orang Israel dan orang percaya dalah gerakan Antikris yang digambarkan sebagai binatang dalam Wahyu 12-13.
Selanjutnya jelas diutarakan dalam Alkitab bahwa Tuhan membiarkan orang kudusNya seperti dikalahkan oleh Antikris untuk sementara waktu (Dan 7:21).  Dalam Nubuatan Daniel ditunjukkan bahwa antikris sempat berperang melawan orang Kudus  dan orang kudus kalah, sampai Yang lanjut Usia datang dan keadilan diberikan kepada orang-orang kudus (Dan 7:21-22; Wahyu 13:7) Orang saleh yang dimaksud disini jelas adalah umat Perjanjian Baru yang percaya kepada Yesus dan hidup benar. Dikalahkan disini bisa berarti bahwa:

-           Injil dianggap salah sehingga perlu diganti atau dilengkapi yang lain Hal ini bis amenunjuk gereja tersingkir dan dibuat tidak berdaya (Luk 18:1-8). Lukas 18:1-8 ini digambarkan betapa dahsyat penderitaan gereja Tuhan. Akan terjadi murtad  atau keguguran di akhir jaman. Bahkan Yesus sendiri seperti “pesimis” apakah didapati iman di bumi . Disini yang penting adalah ketabahan dan iman orang kudus (Wah 13:9,10). Disinilah pemurnian dan pengujian  yang dinubuatkan oleh Daniel (Dan 12:10). Jadi adalah keliru kalau ada pendapat yang mengatakan bahwa Tuhan Yesus datang untuk mengangkat orang percaya agar terhindar dari aniaya.

-                      Pengaruh Kekristenan tergeser oleh suatu gerakan agama tertentu atau aliran
kepercayaan tertentu yang didalam Wahyu 13 diilustrasikan sebagai binatang (Wahyu 13:2). Ini bisa menunjuk suatu peristiwa dimana kekristenan tergeser dan banyak orang Kristen menjadi murtad (2Tes 2:3).
Kekalahan orang kudusNya nampak dalam kenyataan adanya “kemurtadan” orang percaya (2Tes 2:3). Hal ini dimengerti sebagai belum terjadi sebab menunggu datangnya tokoh Antikris diakhir jaman “nanti”. Para perumus “teori” bahwa orang percaya tidak akan teraniaya tetapi diangkat dalam masa aniaya lupa bahwa dari abad 1 sebelum masehi sampai abad 5 sesudah Masehi Roma berkuasa atas bagian besar dunia ini khusunya Eropa, Timur Tengah dan Afrika. Mendekati abad ke 5 Roma mengalami kemerosotan yang luar biasa yang kemudian terpecah menjadi dua tetapi Agama Kristen sudah menjadi agama negara (tahun 380 oleh Theodosius Agung). Wilayah  dibawah kekaisaran Romawi harus menganut agama Kristen. Namun abad ke 6 ketika Islam berekspansi, sebagian wilayah kekaisaran Romawi yang beragama Kristen berubah masuk Islam yaitu dari sebagian wilayah  Spanyol sampai hampir wilayah India.

Hari ini kita dapat melihat kenyataan Sebagian besar wilayah Afrika, Irak, Iran, Siria, sebagian sebagian besar wilayah Timur Tengah selama berabad-abad sampai hari ini tidak menjadi wilayah Kristen.  Tak terbayangkan betapa dahsyatnya kemurtadan pada waktu itu. Inilah Kemurtadan besar dalam sejarah gereja. Namun demikian hal ini tidak perlu mengejutkan kita sebab Yohanes sudah menubuatkan (1Yoh 2:18). Dalam nubuatnya tersebut Yohanes bertutur bahwa akan muncul seorang Antikritus (Yun. Ho Antikristos, singular atau tunggal) dan juga  banyak Antikris  (hoi antikristoi. Plural atau jamak ).  Selanjutnya Yohanes berkata “memang mereka berasal dari antara  kita tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita. Mereka menjadi Kristen  karena “paksaan” pihak penguasa Roma pada waktu agama Kristen menjadi agama negara. Itulah sebabnya iman mereka begitu rapuh, tatkala mereka menghadapi ekspansi Islam mereka meninggalkan salib, menyangkal Yesus dan murtad.

Selanjutnya kalau Yohanes berkata “ini adalah waktu yang terakhir” tentu tidak menunjuk hari ini, tetapi menunjuk jaman Yohanes hidup, yaitu sekitar tahun 80-90. Hal ini paralel dengan apa yang dinubuatkan oleh Yoel 2:28-32, “pada hari-hari yang terakhir” tidaklah menunjuk hari dimana kita hidup hari ini tetapi menunjuk pada jaman rasul-rasul. Mungkin ada yang berargumentasi bahwa nubuat itu juga menunjuk jaman kita, bisa saja. Tetapi Alkitab jelas menunjukkan bahwa “hari-hari terakhir” disebut oleh Yoel menunjuk jaman rasul-rasul (Kiss 2:17-21). Oleh sebab itu kalau di Alkitab kita tertumbuk dengan kata-kata seperti Akhir jaman, hari terakhir, waktu kemudian dan kalimat sejenisnya itu  tidak selalu menunjuk atau berkaitan dengan kedatangan Tuhan ke dua kali (second coming).  Jadi kalau Yohanes dalam suratnya (1Yoh 2:18) berkata “seorang antikrist akan datang” tentu tidak boleh gegabah kita katakan nanti sesudah tahun 1998 bukan?. Yohanes menulis suratnya sebelum tahun 100 masehi ini bisa berarti kedatangan antikris abad ke 2, ke 3, ke 4, ke 5 atau ke 6 ?.

Sukar dibayangkan betapa dahsyatnya aniaya ini. Hal ini memberi indikasi yang jelas bahwa sebelum pengangkatan akan terjadi kenyataan ini.

Tuhan Yesus berkata berkali-kali bahwa setiap orang percaya terpanggil untuk menderita aniaya. Hal ini juga ditegaskan oleh Paulus (Fil 1:29). Harus dicamkan bahwa tidak ada kemuliaan tanpa aniaya (Roma 8:17-18). Tuhan tidak pernah membatasi volume aniaya itu. Bahkan Ia berkata bahwa kita akan diperlakukan dunia seperti dunia memperlakukan Dia. Hamba tidak lebih dari tuannya. Kalau Yesus diperlakukan sedemikian kejam orang percayapun akan mengalami hal yang sama (Yoh 13:16).

Ada saat dimana kita harus rela menyerahkan nyawa unuk Tuhan atau tidak. Ini bisa menunjuk kepada aniaya  besar bagi orang Kristen (Mat 10:39; 16:25; Mark 8:35; Lukas 9: 24 dll). Oleh sebab itu kita harus menjaga diri  dari perkara-perkara dunia agar kita beroleh kekuatan untuk luput (bukan untuk diangkat) dari  hari Tuhan yang dahsyat . Hari Tuhan disini adalah hari penghakiman dimana Tuhan akan  menjatuhkan kesengsaraan bagi semua penduduk bumi (Luk 21:34). Bila kita bertekun didalam Tuhan maka kita akan terluput  dari pencobaan yang akan dialami semua manusia di bumi tersebut (Wah 3:10-11).

Dalam Wahyu 7:14.  Salah satu tua-tua di sorga menerangkan kepada Yohanes bahwa mereka yang berjubah putih adalah mereka yang keluar dari aniaya besar (ek tes thlipheos: keluar melalui), bukan disingkirkan dari aniaya (apo tes thlipheos: diangkat keatas). Mereka tidak menyayangkan nyawa mereka demi kesaksian Injil (Wah 12:11)

Selanjutnya perlu ditinjau kembalai  “teori” pengangkatan sebelum aniaya: bahwa orang percaya yang “sungguh-sungguh” tidak turut menderita aniaya dari pihak antikris, sementara orang percaya yang tidak sungguh-sungguh harus mengalami aniaya. Pernyataan ini bisa menyalahi prinsip kebenaran yang diucapkan oleh Tuhan Yesus sendiri dan terdapat di banyak bagian dalam Alkitab bahwa setiap orang percaya harus teraniaya (2Tim 3:12; Yoh 15:18-21; Roma 8:17: hanya orang yang menderita bersama Yesus yang akan dimuliakan). Terlampau banyak ayat yang menegaskan bahwa setiap orang percaya harus teraniaya dan justru aniaya akan mengerjakan kemuliaan. Mereka yang akan duduk disebelah kanan dan kiri Tuhan dalam kemuliaan pemerintahanNya  adalah yang minum cawan yang diminum Tuhan dan dibaptis dengan baptisan yang Yesus terima (Markus 10:39). Cawan dan baptisan dalam Markus 10:39  menunjuk kepada penderitaan karena kebenaran atau penderitaan oleh  kehendak Allah (1Pet 4:12-14). 

Harus diingat bahwa tidak ada murid lebih besar dari gurunya dan tidak ada  hamba lebih besar dari tuannya. Kalau Yesus yang adalah guru dan tuan kita menderita maka kita harus mempersenjatai diri dengan prinsip ini: bahwa aniaya dan penderitaan juga bagian dari panggilan kita sebagai orang percaya. Oleh sebab itu hendaknya kita tidak  berharap lolos dari aniaya. Bila kita berharap demikian maka  kita  menjadi orang percaya yang “pengecut” dan “rentan”. Janji para pengkhotbah dewasa ini  bahwa orang percaya tidak akan dianiaya tetapi mengalami pengangkatan untuk terhindar dari aniaya menciptakan orang percaya yang “kerdil” dan tidak “teguh”. Penyingkiran “perempuan” yang dikisahkan dalam Wahyu 12:6 tidak boleh gegabah kita artikan sebagai “gereja Tuhan” yang disingkirkan selama tiga setengah tahun luput dari aniaya, sebab dalam ayat ke 17 ternyata perermpuan tersebut memiliki keturunan lain yaitu orang yang menuruti hukum-hukum Allah dan memiliki kesaksian Yesus. Mereka yang memiliki kesaksian Yesus tentu adalah orang percaya secara individu dan gereja Tuhan secara komunal. Jadi wanita yang muncul dalam Wahyu 12:6  tentu bukan gereja Tuhan. Hendaknya kita tidak gopoh-gopoh mengartikan bahwa perempuan tersebut adalah gereja, hanya oleh karena “ia” berjenis kelamin perempuan dimana hal ini cocok dengan gambaran gereja sebagai mempelai Kritus. Kristus mempelai laki-laki dan gereja Tuhan sebagai mempelai wanita.

Persoalan lain yang harus diperkarakan  adalah bagaimana dengan orang yang tidak diangkat, mereka harus mengalami aniaya. Sanggupkah mereka setia sampai mati? Memang ternyata dalam kitab wahyu ada orang-orang yang setia sampai akhir. Masalahnya sekarang adalah bagaimana seseorang yang selama tidak ada aniaya antikris saja sudah tidak setia apalagi kalau ada aniaya. Tuhan Yesus jelas berkata: “Barang siapa setia dalam perkara-perkara kecil , ia setia juga dalam perkara-perkara besar,. Dan barang siapa tidak benar  dalam perkara-perkara kecil, ia tidak benar juga dalam perkara-perkara besar (Luk 16:10). Formulasi yang diucapkan Tuhan dalam Lukas 16:10 ini bukanlah hepotesis tetapi kebenaran yang mutlak benar tak dapat direduksi atau dikurangi dan ditawar harganya. Lebih jauh terdapat pandangan bahwa orang yang tidak diangkat harus menebus keselamatannya dengan “darahnya”. Bagaimana  mereka mampu menebus keselamatan dengan darahnya. Lagi pula Alkitab tidak menyinggung hal ini sama sekali. Teori pengangkatan “model  yang sudah populer” tersebut  merusak kebenaran dan melanggar prinsip Lukas 16:10. Hanya orang-orang yang hari ini berjaga-jaga, setia dan disiplin menegakkan kebenaran Allah dalam hidupnya yang akan luput dari sengsara besar itu dan bertahan berdiri dihadapan anak manusia (Luk 21:34-367). Kesempatan untuk selamat adalah hari ini dengan kehidupan yang “serius’ mengiring Tuhan, bukan nanti menghadapi ganasnya antikris.

Kalau kita percaya bahwa akhir dari perjalanan sejarah gereja adalah aniaya, mengapa Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa pada akhir jaman orang makan minum, membeli menjual, membangun menanam sampai kemudian Tuhan datang. Mereka tidak tahu sesuatu, mereka tidak menduga.  Mereka tidak sadar datangnya hari besar tersebut, sebab roda kehidupan berputar wajar tidak ada sesuatu yang luar biasa, juga  berkenaan dengan aniaya ini (Mat 24:37-42; Luk 17:26-30). Lebih tegas lagi Tuhan berkata pada waktu itu  ada dua orang di ladang, memutar batu kilangan, tidur ditempat tidur (bukan tidur di gua-gua dalam pelarian karena kejaran tentara antikris), yang satu dibawa dan yang lain di tinggal (Luk 17:34-37). Penjelasan diatas ini jelas mudah dimengerti dan dipahami, tidak perlu penafsiran yang rumit. Tuhan Yesus sendiri yang mengucapkan keterangan ini. Oleh sebab itu  kita tidak perlu ragu-ragu menerimanya. Dengan demikian kita harus berani mengambil langkah  bahwa segala bentuk penafsiran yang berstatus “kira-kira”, tidak tegas, tidak bold (terang) patut dikesampingkan

Selanjutnya dalam surat Tesalonika dinyatakan  bahwa hari-hari itu dikatakan semuanya damai dan aman (1Tes 5:3). Walau dalam ayat itu “pernyataan damai dan aman” adalah sebuah pernyataan dari suatu kelompok atau seseorang, namun pernyataan tersebut tentu sebuah pernyataan yang  beralasan. Pernyataan tersebut sudah merupakan indikasi yang jelas bahwa suasana aniaya antikris tidak ada pada akhir perjalanan sejarah gereja pada semua tempat. Kalimat “tidak pada semua tempat” disini hendak mengisyaratkan bahwa memang masih ada aniaya oleh gerakan antikris tetapi hanya di beberapa tempat, seperti yang terjadi  di negeri dimana penulis menetap.

Hari ini aniaya hanya berlaku secara sporadis dan dibeberapa tempat saja dibelahan bumi. Di negeri Barat aniaya semacam ini sudah nyaris tidak ada, justru mereka (negara-negara Kristen) dipakai Tuhan untuk melindungi orang percaya yang sedang dalam aniaya oleh gerakan binatang seperti yang diungkapkan dalam Wahyu 12 itu yaitu gerakan antikris. Negara-negara yang menerima Injil atau negara-negara Kristen juga dipakai Tuhan untuk mendukung berdirinya kembali negara duniawi umat pilihan Allah secara jasmani, yaitu penggenapan dari rencana agung Tuhan mengembalikan “umat pilihan tersebut” ke tanah yang mereka percayai sebagai milik mereka. Jadi tidak heran kalau pada umumnya negara-negara Islam khususnya dunia Arab membenci atau tidak bersahabat dengan negara-negara Kristen. Bahkan dampaknya di negera-negara mayoritas Islam terdapat orang-orang Kristen yang tertindas. Ini sebuah fakta yangtidak dapat ditutup-tutupi.  Hal ini terjadi sebab mereka mengidentikkan Yahudi dan Zionisme dengan kekristenan.

Dalam Wahyu 18:4 Tuhan berkata kepada umatNya : Pergilah kamu hai umatKu, pergilah daripadanya, supaya kamu jangan mengambil bagian dalam dosa-dosanya. Ini berarti bahwa orang percaya masih ada di bumi ini pada waktu cawan murka Allah dicurahkan. Hanya umat tidak turut mengalami aniaya. Tuhan melindungi umat pilihanNya (Melindungi didalam Wahyu 3:10-11 bukan mengangkat (Band Yoh 17:15; 1Pet 1:5-7)


(3).       Paralambano dan Harpazo

Kata dibawa dalam Lukas 17:34-36 teks aslinya adalah “paralephthesetai” dari akar kata paralambano yang harus diterjemahkan “dibawa” to take to one’s side, jadi dibawa secara horisontal bukan diangkat (rapture). Untuk rapture digunakan kata “harpazo” yang artinya dibawa dengan paksa, dalam bahasa Inggris diterjemahkan: take away by force, atau sering dimengerti sebagai diangkat  secara vertikal. Kata diangkat atau pengangkatan disebutkan beberapa kali dalam Alkitab. Kata ini dalam bahasa Yunani seperti yang dikemukakakan diatas  akar katanya  harpazo dalam 2Korintus 12:2,4 diterjemahkan “tiba-tiba diangkat”.  Dalam 1Tesalonika 4:17 (harpagesometha) diterjemahkan “akan diangkat”. Dalam Wahyu 12:5 diterjemahkan “dibawa lari”. Kata ini dalam bahasa Inggris “repture yang berasal dari bahasa latin “rapio” yang mempunyai pengertian: dikepung, dipaksa pindah dari satu tempat ke tempat yang lain. Dalam satu terjemahan Alkitab bahasa Inggris  (NIV) 1Tesalonika 4:17 diterjemahkan “caught up” namun pada umumnya orang menggunakan istilah repture untuk pengangkatan ini.

Perlu ditambahkan disini bahwa Lukas 17 bukan menunjuk mengenai pengangkatan, tetapi pentahbisan anak-anak Allah untuk memperoleh pemuliaan  sebagai anak-anak Allah guna memerintah bersama-sama dengan Yesus (Roma 8:18-22; Mat 24:31).  Kalaupun ada sejenis pengangkatan di akhir jaman, maka pengangkatan itu adalah pentahbisan dimana anak-anak Allah di muliakan (Luk 17:34-37; Roma 8:18-25). Kejadiannya saat itu tidak dapat kita mengerti hari ini.

Tidak sedikit pembicara Kristen yang mencampuradukkan (mix) antara dibawa dan diangkat. Dengan penjelasan ini kiranya menjadi jelas perbedaan antar diwawa dan diangkat. Seperti yang disinggung diatas bahwas Lukas 17 Tuhan sedang berbicara tentang “pentahbisan orang percaya” dimuliakan bersama-sama dengan Dia. Dalam  Kolose 3:1-4 disinggung mengenai hal ini, bahwa apabila Kristus menyatakan diri kitapun akan “menyatakan” diri bersama-sama dengan Dia.  Kejadian pada saat itu bisa menunjuk kepada ephifaneia Tuhan pada saat yang bersamaan tubuh orang percaya diubah dalam sekejap. Bagaimana prosesnya kita tidak tahu. Kerajaan sorga pertama
datang secara rohani (Luk 17:20-21) kemudian secara nyata  (Luk 17:22-36). Jadi jelaslah bahwa  Lukas 17:34-37 bukanlah menunjuk kepada pengangkatan tetapi pentahbisan anak-anak Allah memasuki 1000 tahun damai


TAHAP PERTAMA YANG MENAKJUBKAN
 Ternyata selama ini telah terjadi kesalahan tafsir yang parah mengenai akhir yang sudah terlanjur mewarnai pola berpikir orang-orang Kristen. Kedatangan Tuhan Yesus yang kedua kali selalu dikaitkan dengan pengangkatan orang percaya. Berkaitan  dengan hal ini juga telah diajarkan bahwa kedatangan Tuhan dua tahap atau dua kali sebelum 1000 tahun  damai. Harus ditegaskan bahwa kedatangan Tuhan yang kedua kali ini tidaklah bersamaan dengan pengangkatan orang percaya (rapture). Kedatangan Tuhan memang dua tahap, tetapi urut-urtannya sebagai berikut:

3.       Sebelum 1000 tahun damai. Tahap ini belum ada pengangkatan. KedatanganNya tahap pertama ini disebut sebagai “epifaneia”.

4.       Pada akhir 1000 tahun damai. Pada saat inilah terjadi pengangkatan (rapture), iblis dikalahkan dan mereka dibuang ke dalamlautan api.

Kedatangan Tuhan yang kedua kali ini (second coming) tahap pertama  ini (sebelum 1000 tahun damai) disertai atau bersamaan dengan beberapa peristiwa sebagai berikut:
-           PenampakanNya (epifaneia).
-                      DiselamatkanNya sisa Israel dari malapetaka atau serangan musuh-musuhnya.
-                      Penggenapan semua lutut bertelut dan semua lidah mengaku bahwa Yesus adalah Tuhan.
-                      Kebangkitan orang saleh untuk memerintah bersama-sama dengan Yesus.

Untuk mengerti kebenaran mengenai kedatangan Tuhan ini hendaknya kita dengan rendah hati melepaskan pandangan atau anggapan  yang sudah terlanjur berakar dalam pikiran kita. Dengan cara demikian maka kebenaran yang telah diwahyukan ini dapat dimengerti dengan optimal.

EPIFANEIA
Kedatangan Tuhan tahap pertama ini bisa dikatakan sebagai penampakanNya. Penampakan Tuhan ini disebut pula sebagai “penyataanNya” (Luk 13:30; Kol 3:1-4; 1Tim 6:14; 2Tim 4:1; Titus 2:13).
Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh
bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus (Kol 3:4)

Kata penyataan dalam teks aslinya disini adalah phanerothe (faneroqh) yang berasal dari akar kata phaneroo. Kata ini memiliki kesejajaran dengan kata ephifaneias.

Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak
bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
diriNya (1Tim 6:14)

Turutilah perintah ini, dengan tidak bercacat dan tidak

bercela, hingga pada saat Tuhan kita Yesus Kristus menyatakan
diriNya (2Tim 4:1)

Dengan menantikan penggenapan pengharapan kita yang penuh

bahagia dan penyataan kemuliaan Allah yang Mahabesar dan
Juruselamat kita Yesus Kristus (Titus 2:13)

Kata penyataan dalam ayat-ayat ini adalah  ephifaneias (epifaneias), kata ini dari kata kerja ephifaino (epifainw), to appear, become visible; menjadi nampak atau kelihatan. Kalau dipertanyakan apakah peristiwa ini menunjuk kepada ucapan malaekat dalam Kisah Rasul 1:11 :akan datang kembali dengan cara yang sama, jawabnya adalah “bisa saja”.

Sesudah Ia mengatakan demikian, terangkatlah Ia disaksikan oleh mereka, dan awan menutupNya dari pandangan mereka. Ketika mereka sedang menatap ke langit waktu Ia naik itu, tiba-tiba berdirilah dua orang yang berpakaian putih dekat mereka, dan berkata kepada mereka: "Hai orang-orang Galilea, mengapakah kamu berdiri melihat kelangit? Yesus ini, yang terangkat ke sorga meninggalkan kamu, akan datang kembali dengan cara yang sama, seperti kamu melihat Dia naik ke sorga."

Perlu ditegaskan bahwa dalam Kisah Rasul 1:11 tersebut tidak diinformasikan bahwa orang percaya akan diangkat. Kita harus “fair” terhadap apa yang diinformasikan oleh Alkitab. Tidak boleh menambah atau mengurangi. Apa yang tertulis demikian biarlah demikian. Kalau ayat mengenai kedatanganNya diawan-awan dihubungkan dengan 1Tesalonika 4:17, harus diperhatikan:

-                      “Kita akan diangkat bersama-sama dengan mereka di awan-awan permai menyongsong Tuhan”. Kalimat ini hendaknya tidak  diubah: kita menyongsong Tuhan dari bumi ini Tuhan yang datang  di awan-awan permai. Dalam teks aslinya ditulis “harpagesometha en nephelais” (arpagesomeqa e^n nefelais; Ing. shall be seized  in clouds) . Kalimat ini dapat diterjemahkan : di tangkap atau diambil mendadak ( to take or grasp suddently). Dalam terjemahan NIV :  will be caught up.

-                      “Demikianlah kita akan selama-lamanya bersama dengan Tuhan.” Dalam teks ini tidak ditunjukkan bahwa kita akan turun kembali ke bumi atau Tuhan mengajak kita kembali ke bumi. Tetapi kita akan bersama-sama dengan Tuhan selama-lamanya.  Ini menunjuk kepada pengangkatan yang terakhir, dimana kita bersama-sama dengan Tuhan di sorga. Juga dalam teks ini tidak ada penjelasan mengenai perubahan tubuh. Seperti yang telah dikemukakan pada penjelasan terdahulu bahwa peristiwa Tuhan datang dan sejak itu kita bersama-sama dengan Tuhan hendak menunjuk, perubahan total yang terakhir.

-                      Harus dipahami bahwa konteks pembicaraan dalam perikop ini (1Tes 4:13-18) bukan mengenai pengangkatan tetapi adalah nasihat penghiburan bagi orang yang ditinggal  mati orang yang dikasihi. Pengangkatan ini menunjuk peristiwa di akhir 1000 tahun damai. Ini bukan menunjuk kepada awal kerajaan 1000 tahun, sebab tidak semua orang dibangkitkan pada 1000 damai. Mereka yang dibangkitkan adalah mereka yang telah melayani Tuhan dan berlayak memerintah bersama-sanma dengan Kristus (Wahyu 20:5-6).

KESELAMATAN BANGSA YAHUDI

Yesus yang tidak kelihatan akan menampakkan diri  untuk menyelamatkan umat pilihanNya keturunan jasmani Abraham, yaitu bangsa Israel ( Zak 12:1-14). Tokoh yang menampakkan diri dan  menyelamatkan bangsa Israel itu jelas Yesus sendiri  yaitu “Dia yang tertikam” (Yoh 19:37; Wah 1:7).

Sebelum kerajaan  1000 damai didirikan, Tuhan Yesus, datang dengan perbuatan ajaib untuk menyelamatkan bangsa Israel dari kesesakan besar. Ini belum masa pengangkatan (rapture).  Hal ini didahului dengan berkumpulnya sejumlah besar tentara asing yang hendak menghancurkan Yerusalem (Wah 19:17-21; Yehez 39:1-29). Mengenai terancamnya bangsa Israel oleh musuh-musuh mereka dinubuatkan dalam  beberapa bagian dalam Alkitab tetapi yang cukup menonjol dalam Zakaria 12:1-14.  Iblis memang berusaha  untuk mengejar keturunan dari wanita yang ditampilkan dalam Wahyu 12, baik “anak” itu maupun keturunanNya yang lain (wahyu 12:17). KeturunanNya yang lain adalah bangsa Israel yang  disebutkan sebagai “yang menuruti hukum-hukum Allah dalam hal ini Torat (Wah 12:17) dan mereka yang memiliki kesaksian  Yesus yaitu orang-orang Kristen yang sungguh-sungguh percaya kepada Yesus dan mengalami kuasa kebangkitanNya (Wah 12:7).

Harus disadari iblis melakukan niatnya dengan berbagai manuver-manuver: manuver religius (melalui agama-agama palsu dan nabi-nabinya; manuver politik; manuver sosial, manuver moral dll. Manuver terakhir sebelum jaman 1000 damai ini adalah manuver senjata dengan maksud menghancurkan Israel yang adalah poros dari penggenapan rencana Allah di akhir jaman.

Iblis berusaha menghancurkan Yerusalem sebab Iblis tahu bahwa Yesus akan datang di wilayah itu dan menjadikan Yerusalem sebagai pusat pemerintahanNya (Amos 9:11-15; Kiss 15:16-18). Bila mengamati Amos 5 maka kita menemukan bahwa dari ayat 1 Amos menuturkan penglihatan yang ia terima dari Tuhan. Apa yang disaksikan ini adalah  nubuatan tentang peristiwa yang akan terjadi di masa depan, yaitu “nasib” atau keadaan bangsanya. Bangsa Israel akan mengalami penderitaan luar biasa akibat kesalahan mereka. Tetapi diakhir pukulan Tuhan tersebut, Tuhan akan memulihkan kembali bangsa itu dan mengembalikan bangsa tersebut ketanah airnya dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang telah dijanjikan Tuhan untuk mereka miliki. Disini jelas nampak konsekwennya Tuhan dan kasih setiaNya terhadap Abraham, bahwa mereka adalah bangsa pilihan Allah yang mewarisi tanah Kanaan. Allah adalah Allah yang setia, yang berkuasa menggenapi janji yang telah diucapkanNya. Allah tetap memilih bangsa itu sebagai umat pilihan Allah sampai selama-lamanya. Dalam Roma 11:28-31 dijelaskan bahwa Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya.

Gerakan menghancurkan Israel ini dipicu oleh  pihak-pihak yang tidak menyukai berdirinya Yerusalem dan dibangunnya kembali bait Allah di kota Yerusalem. Inilah gerakan antikris, yaitu pihak yang tidak menyukai kekristenan pula, bahkan berusaha untuk menghapuskannya.  Hal tersebut akan menggerakkan tentara dalam jumlah besar memerangi Israel. Pada waktu itu Mikhael mendampingi Israel (Dan 12:1). Gerakan melawan Israel (manuver senjata atau kekerasan) ini lebih berunsur religius dari pada unsur politik. Ini adalah gerakan yang sebenarnya dipengaruhi oleh suatu manuver roh yang dahsyat yaitu manuver dari “luciver” atau naga besar yang dijatuhkan ke bumi (Wah 12:13-18). Mikhael disini bisa menunjuk malaekat atau negara Amerika (Band.Dan 10:14 dan 21). Amerika bisa mendampingi Israel tetapi Tuhan Yesus yang menyelamatkan, bukan Amerika. Pada saat yang genting tersebut Tuhan Yesus  datang dan  menghancurkan musuh-musuh itu. Saat itulah semua dunia melihat bahwa Yesus Kristus adalah Messias (sangat besar kemungkinan melalui media elektronika dan komunikasi yang makin canggih).

Perbuatan tangan Tuhan yang menghancurkan musuh-musuh Israel ini  bagi orang Yahudi adalah saat penyelamatan bangsa tersebut (Roma 11:25-27). Tuhan berjanji bahwa akhirnya semua bangsa Yahudi akan menerima Yesus sebagai Messias. Dalam Roma 11:26 jelas mengatakan bahwa seluruh Israel akan diselamatkan. Harus diterima bahwa mereka adalah umat pilihan Allah. Mereka adalah saudara tua kita yang telah disatukan menjadi kawan sewarga keluarga (Ef 2:11-22). Di akahir jaman kita harus berani terang-terangan dan mengakui kenyataan ini.

Gerakan yang mencoba menghancurkan bangsa Israel bisa datang dari dunia Arab dan negara-negara yang membantunya. Prediksi mengenai diserbunya Israel ini oleh dunia Arab dan negara-negara lain yang mendukungnya  lebih sangat masuk akal (logis) dan Alkitabiah. Dunia dimana kita hidup ini adalah dunia yang menghargai hak-hak manusia lain. Hak menempati wilayah, beragama atau beribadah dll. Bangsa Yahadi tidak mau tahu hal ini. Mereka akan tetap bersikeras dengan sikap mereka yang mengakui bahwa wilayah Yerusalem adalah milik mereka yang sepenuhnya harus menjadi ibu kota negara tersebut. Hal yang kedua adalah bahwa bagaimanapun bangsa Israel tetap hendak membangun  bait Allah di tempat mana Allah perintahkan Daud membangun baitNya (lokasi yang sekarang diatasnya berdiri mesjid Al Aqsa). Kalau terjadi tindakan tetap menjadikan Yerusalem wilayah penuh milik Israel sebagai ibu kota dan pihak lain tidak berhak memilikinya serta perusakan terhadap mesjid Al Aqsa, bisa dibayangkan apa terjadi. Dunia Arab dan seluruh dunia bisa mengepung Israel dan menghancurkan bangsa yang menurut mereka keras kepala itu.  Moment seperti inilah yang akan terjadi, tetapi Yesus akan menjadikan moment ini sebagai sarana Tuhan Yesus menampakkan diri.

PENGAKUAN YESUS TUHAN
Tatkala Yesus menampakkan diri dan menunjukkankemuliaanNya maka digenapilah  Firman Tuhan yang mengatakan  bahwa semua lutut bertelut  dan semua lidah  mengaku bahwa Yesus Kristuslah Tuhan (Fil 2:9-10). Perlu diperhatikan bahwa pengakuan bahwa Yesus adalah Tuhan bukan hanya di sorga, tetapi di bumi ini.  Pengakuan itu  dilakukan semua penduduk bumi dan semua isinya , perhatikan kata “segala” . Dalam teks Yunaninya adalah “pan  gonu” (gonu; Ing: every knee) dan “pasa glosa” (pasa glossa; Ing. every tongue) . Ini  menunjuk suatu situasi atau pertiwa dimana semua orang akan tunduk kepada Tuhan yesus dan mengakui bahwa Ia adalah Tuhan. Hal ini terjadi pada kedatanganNya yang kedua. Ini adalah awal dari kerajaan 1000 tahun.
Pada saat inilah semua kerajaan dunia akan diakhiri dan Tuhan yesus akanmemrintah diatas muka bumi ini sebagai penguasa yang akan meliputi seluruh wilayah bumi (Dan 2:31-45)

KEBANGKITAN

Pada waktu ini terjadi kebangkitan pertama, yaitu kebangkitan orang saleh. Mereka yang diperkenan memerintah bersama-sama dengan Kristus (1Kor 15:50-58). Inilah theokrasi yang benar. Inilah dunia yang dikehendaki Allah. Dunia pertama di Eden gagal, sekarang Tuhan memberi kesempatan manusia untuk menikmati Eden di bumi dalam kerajaan 1000 tahun damai (Wahyu 20:1-6).


KERAJAAN SERIBU TAHUN


  Tidak banyak orang Kristen yang membicarakan mengenai Kerajaan 1000 tahun. Hampir-hampir kita tidak mendengar seorang pengkhotbah menyampaikan pemberitaan mengenai kerajaan 1000 tahun. Itulah sebabnya rahasia kerajaan sorga ini tertutup bagi banyak orang percaya. Sebagai akibatnya tidak jarang orang yang menganggap bahwa kerajaan 1000 tahun bukan suatu kebenaran Alkitab. Oleh sebab pokok bahasan ini tidak populer atau tidak dikenal maka apabila ada seseorang atau pengkhotbah membicarakan  pokok tersebut maka hal ini akan mengundang sikap curiga.

Kerajaan seribu tahuan atau seribu tahun damai sangat berkaitan dengan penjelasan mengenai akhir jaman. Ternyata kesalahan terhadap pemahaman mengenai seribu tahun damai bisa membuat salah pemahaman mengenai akhir jaman pula. Oleh karenanya kita jumpai banyak pengajaran mengenai akhir jaman yang tidak memiliki landasan Alkitab yang kuat. Untuk ini perlulah dihimbau agar anak-anak Tuhan yang mempelajari pokok bahasan mengenai akhir jaman, juga melongok pengajaran mengenai kerajaan sweribu tahun damai.

Ternyata mempelajari mengenai kerajaan 1000 tahun adalah sesuatu yang penting, sebab hal ini akan memberi arah yang jelas hidup Kekristenan kita. Kemana arah perjalanan hidup kekristenan kita ?, dimana kahir pengiringan kita kepada Tuhan ?. Dijawab sorga. Ya, tapi macam apakah sorga itu. Ternyata akhir perjalanan hidup kembara kita dalam dunia ini adalah kemuliaan bersama dengan Kristus (Roma 8:28-30; Kol 3:1-4). Kemuliaan bersama Kristus ternyata adalah memerintah bersama dengan Dia. Hidup adalah kerja, kerja untuk Tuhan. Orang yang kerja mengabdi kepada Tuhan hari ini akan menjadi kawan sekerja Allah selamanya, sebab itu pengembaraan kita selama di dunia ini adalah  pekerjaan Allah melalyui RohNya menmpersiapkan kita untuk memerintah bersama-sama dengan Kristus.

B.         Faktor-Faktor Penghalang.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan tidak banyak orang yang membicarakan pokok ini. Faktor-faktor itu a.l:

-                      Ketidak jelasan  informasi mengenai pokok tersebut didalam Alkitab. Ketidak jelasan ini bukan berarti tidak ada. Perlu pendalaman yang sungguh-sungguh sehingga dapat ditemukan kebenarannya.
-                      Hal kerajaan seribu tahun damai atau seribu tahun damai sukar diterima dengan alam pikiran  manusia hari ini.
-                      Kerajaan 1000 tahun adalah peristiwa yang bersifat akan datang (futuris) oleh sebab banyak orang beranggapan bahwa hal tersebut tidak perlu dibicarakan hari ini.
-                      Adanya keragu-raguan apakah kerajaan 1000 tahun adalah sebuah realitas.
-                      Kenyataan adanya sebagian orang yang menganggap bahwa mempelajari hal kerajaan seribu  tahun atau seribu tahun damai tidak terlalu penting.

C.         Pandangan Yang Tidak Setuju dan sanggahannya.

Ternyata dapat ditemukan theolog dan penulis buku rohani yang menentang keberadaan 1000 damai atau kerajaan 1000 tahun ini. Alasan pandangan mereka antara lain:

1.       Istilah Kerajaan seribu tahun ini sering ditentang oleh sekelompok orang dengan
alasan bahwa tidak ada kata kerajaan dalam kitab wahyu yang berbicara mengenai 1000 tahun damai.
Memang didalam kitab wahyu tidak ditemukan kata ini, tetapi kalau ditinjau dari  eksistensi masa dan suasana 1000 damai tidaklah keliru disebut sebagai kerajaan 1000 tahun. Ini hanya sebuah istilah untuk mendekatkan diri pada pengertian 1000 damai tersebut, yaitu pemerintahan yang diselenggarakan oleh Allah melalui orang-orang kudusnya. Harus diperhatikan bahwa kata memerintah dalam kitab Wahyu digunakan kata “ebasileusan” dalam teks bahasa Inggrisnya diterjemahkan “to reign” kata ini tentu berkaitan dengan kata “basileia” yang diterjemahkan kerajaan.

2.       Bahwa angka seribu tidak menunjuk kepada 1000 dalam arti hurufiah, ini hanya hendak menunjuk angka genap sempurna, yaitu mengenai waktu yang tertentu dan ideal.
Kita setuju saja bahwa 1000 bisa tidak menunjuk seribu  tepat. Hal ini bisa diterima, tetapi patut dipertimbangkan bahwa angka tidaklah menjadi dasar bahwa 1000 tahun damai tidak ada.

3.       Bahwa 1000 tahun damai telah dimulai sejak Tuhan Yesus memberitakan InjilNya 1000 tahun damai ini sudah dimulai. Hal ini dibuktikan dengan pengusiran setan  yang dilakukan Tuhan Yesus dan supremasi Tuhan  Yesus atas iblis. Hal ini disejajarkan dengan Wahyu 20:1-2, bahwa pengusiran setan dan supremasi kuasaNya menunjukkan bahwa Iblis dibelenggu.
Sanggahan: Hal ini sukar diterima sebab pada kenyataannya gereja di abad-abad pertengahan yang dikenal sebagai abad kegelapan gereja sangat sesat, sehingga Martin Luther harus menyuarakan suara Allah.   Justru hari-hari terakhir ini gereja dipulihkan. Kalau iblis dfibelenggu tentu tidak ada kejatuhan hamba-hamba Tuhan (Hub. Kemurtadan abad 6-7, tatkala ekspansi Islam gencar atas orang Kristen). Gereja sempat terkalahkan pengaruhnya. Banyak orang murtad ( Band. 2Tes2:3-4)

4.       Bahwa kerajaan Tuhan bersifat rohani bukan di bumi ini tetapi hanya di langit baru dan bumi baru. Jadi pemerintahan Allah hanya dimengerti hanya di alam kekekalan nanti, bukan di bumi ini.
Sanggahan: Harus diterima bahwa Tuhan akan memulihkan bumi ini (lih penjelasan dibawah). Bumi ini diciptakan Tuhan dalam keadaan yang baik dan sempurna (Kej 1:31). Selanjutnya makan dan minum, pernikahan jangan dianggap sebagai sesuatu yang najis. Tuhan Yesus sendiri berkata bahwa nanti Tuhan akan makan minum di kerajaanNya (Luk 22:30; 24:43; Mat 26:29). Allah akan menggabungkan yang rohani dan jasmani menjadi pertunjukkan yang luar biasa yang dinikmati semua bangsa.

5.       Bahwa istilah pemerintahan 1000 tahun bersama Kristus hanyalah sebuah kiasan dan tidak boleh dimengerti secara hurufiah. Apa yang dikemukakan mengenai 1000  tahun damai hanyalah simbol.
Sanggahan: Penjelasan di dalam teks ini bukanlah kiasan. Disana tidak digunkan lambang-lambang seperti binatang dll. Lebih jelas lagi kalau melihat nubuatan dalam Perjanjian Lama. Jelas dikatakan disini memerintah bersama Yesus di bumi (ebasileusan)

6.       Bahwa Kerajaan 1000 tahun adalah  pengajaran yang tidak logis atau irrasionil.
Sanggahan: Sesuatu yang tidak logis bukan berarti tidak bisa terjadi. 2Petrus 3:5 menunjukkan bahwa apa yang ada sekarang ada dari apa yang tidak ada. Allah sanggup mengadakan sesuatau dari apa yang tidak ada (Creatio ex nihilo). Kalau kita ada sebelum dunia dijadikan dengan kapasitas pikiran kita hari ini , kita juga tidak akan percaya bahwa akan ada bumi seperti yang kita miliki dan diami hari ini.

B.      Landasan  Kenyaatan 100 tahun Damai.

1.                   Allah sendiri telah menyampaikan nubuatan kepada Daud bahwa pemerintahan keturunan Daud adalah kekal (2Sam7:16). Penyanggah pernyataan ini mengatakanbahwa keturunan Daud tidaklagi memerintah ( 2500 tahun sampai sekarang), kalau di Israel mada pemerintahan maka pengangkatan presiden dan perdana mentri tidak berdasarkan keturunan Daud. Kita tidak boleh lupa apa yang dikatakan Alkitab bahwa dari keturunan Isai (keluarga Daud) akan datang Messias/ ia yang akan memerintah dengan pemerintahan yang kekal ( Yes 11:1,10; 53:2; Mikha 5:1; Roma 15:2)  Hal ini pasti digenapi Tuhan. Janji ini bisa sejajar dengan adanya nubuatan bahwa satu kali kelak Israel yang tercerai berai akan dikembalikan ke tanah air yaitu Yehuda dan  tidak akan dicabut lagi, Israel akan tidak lagi dikejutkan oleh musuh-musuhnya . Kalau kembalinya bangsa Yahudi ke Palestina dan keberhasilannya membangun negara merupakan  indikasi yang jelas bahwa Allah memenuhi janjiNya. Sekarang tinggal janjiNya untuk meneguhkan milik pusaka Palestina bagi bangsa itu. Pernyataan ini terkesan Jewist centric, namun inilah realitanya bahwa Allah menjadikan bangsa itu tanda bagi banyak bangsa tentang kenyataan kehadiran Allah dan seluruh rencananNya. Sejarah Kerajaan Allah  bertolak kehidupan bangsa itu dan terus seirama dengan kehidupan bangsa tersebut. Dalam Amos 9:15, Tuhan berjanji, yaitu setelah selesai hukuman atau disiplin atas bangsa itu Tuhan akanmengembalikan mereka di tanah leluhur mereka dan mereka tidak akan dicabut lagi dari tanah yang Allah janjikan itu. Apa yang diucapkan Amos ini sejajar dengan apa yang disuratkan Mika (Yes 2:1-5; Yer 30:1-24; Yehez 37:24-28; Mika 4:4), bahwa bangsa itu tidak lagi dikejutkan oleh bangsa lain.  Disini orang percaya akan bergabung menjadi umat Allah dalam satu keluarga Tuhan (Ef 2:11-22; Amos 9:12). Mengamati jawaban Tuhan Yesus terhadap pertanyaan murid-muridNYa: Apakah Tuhan mau pada masa tersebut  memulihkan kerajaan bagi Israel  (Kiss 1:6-6). Yesus tidak menyangkah permintaan itu (Band. Penjahat di kayu salib; Hari ini …di Firdaus; Tidak lagi perbedaan suku). Yesus menjawab bahwa masa dan ketikanya hanya Bapa yang tahu. Hal ini jelas menunjukkan adanya pemulihan bagi Israel. Hal ini terjadi tatkala bangsa-bangsa mengepung Israel, Tuhan Yesus datang dan menghancurkan musuh-musuh Israel. Inilah awal kerajaan 1000 tahun damai di bumi.

2.                   Data-data yang jelas dan terang benar menunjukkan  bahwa orang percaya yang setia akan memerintah bersama-sama dengan Kristus di bumi ini, bukan di sorga saja. Dengan demikian dapat  ditegaskan bahwa akhir perjalanan orang percaya bukanlah sorga dimana orang kristen dapat “duduk-duduk” tetapi akhir perjalanan orang percaya adalah “bekerja” bagi Tuhan, yaitu menjadi kawan sekerjaNya memerintah. Jadi selamanya kita harus bekerja  yaitu menjadi kawan sekerja dengan Allah
-                      Dan 2:35, batu itu memenuhi seluruh bumi.
-                      Wah 5:10, mereka memerintah sebagai raja di bumi (memerintah ebasileusan).
-                      Wah 20:4, memerintah di bumi dimana orang mati dibangkitkan.
-                      1 Kor 6:2 orang kudus akan menghakimi dunia. Ini bukanlah penghakiman di hadapan tahta putih, tetapi pemerintahan di bumi ini. Kata menghakimi disni adalah krinousin dari akar kata krino berarti membela, memisahkan ini menunjuk kepada tugas mengatus dan menegakkan keadilan (Luk 22:30 kata menghakimi “krinontes”). Ini bisa sejajar dengan jaman hakim-haklim di jaman sebelum raja-raja di Israel. Hakim-hakim pada jaman Israel bukan sekedar juru hukum tetapi juga penyelamat dan turut mengatur hidup masyarakat. Mereka secara tidak langsungmemerintah atas mandataris Allah (walau mereka tidak mau mengakui sebagai “pemerintah) Hak 8:22-. Setiap kali hakim-hakim memrintah mereka menjadi aman (Hak 3:11; 3:30; 5:31; 8:28 dst) . Inilah theokrasi dunia yang Tuhan telah dipatronkan. Bisa jadi dengan pola ini kita memasuki kerajaan 1000 tahun.
-                      Tuhan berkata berbahagialah orang yang lemah lembut karena ia akan mewarisi/memiliki bumi. Tentu bumi ini adalah bumi yang kita  hari ini (Mat 5:5)
-                      Dalam kitab wahyu pasal 20 dan 22 menunjukkan adanya 1000 damai diatas muka bumi ini. Penjelasan dalam kitab wahyu tersebut tentu bukan sebuah kiasan .
C.     Keadaan dunia damai 1000 tahun tersebut

-                      Iblis dibelenggu (Wahyu 20:1-3). Pengertian dibelenggu disini adalah tidak diperkenankan beroperasi. Allah sanggup untuk itu. Bukan sekedar tidak leluasa bergerak.
-                      Bumi dibebaskan dari kutuk ( Yes 35:1-7). Kemakmuran akan meliputi bumi ini (Yes 35:1-7;11:1-10; Amos 9:14). Band. Kej 3:17 mungkin ini yang dikatakan pemulihan segala sesuatu (Kis 3:21). Kata pemulihan dalam teks aslinya adalah apokatastaseos (ing. Restitution; to set in order)
-                      Binatang tunduk kepada manusia (Yes 11:6-8). Ketertundukan ini karena manusia khususnya orang percaya telah memiliki tubuh kebangkitan dengan kapasitas ilahi dalam dirinya. Band. Kej 1:28.
-                      Manusia panjang umur (Yes 65:17-25)
-                      Dunia dalam kondisi dimana keadilan dan kebenaran ditegakkan secara penuh (Yes 2:4; 11:4;  32:1)
-                      Kemuliaan Tuhan akan memenuhi bumi ( Yes 11:9; Hab 2:14)
-                      Kemuliaan Tuhan akan memenuhi bumi ( Yes 11:9; Hab 2:14)
D.         Kepala pemerintahan dan pejabatnya.
-                      Pusat pemerintahan di Yerusalem (Yes 2:3; Zak 14:10; Yes 24:23; 33:20; Maz 48:2)
-                      Kristus sebagai kepala pemerintahan  (Wah 2:27; Yes 11:4-5)
-                      Orang yang dibangkitkan dan orang saleh sebagai pejabatnya ( Yes 32:1; Wah 20:4; Luk 22:25-29). Mereka mengenakan tubuh kemuliaan (1Kor 15:51-53).
Hal Angka.
 Dalam bahasa Yunani kata seribu adalah Chililoi ditulis 11 kali (2 Pet 3:8; Wahyu 5:11; 11:3 dll)


RUMAH BAPA

Sampai saat ini, tidak banyak buku yang menulis tentang sorga, bahkan buku-buku dogmatika pun hampir-hampir tidak mencantumkan pokok masalah mengenai Sorga didalamnya secara lengkap. Pembicara-pembicara di mimbar pun, hampir-hampir tidak memberikan penjelasan mengenai Sorga. Ironisnya isu mengenai Sorga cukup menonjol dan sering dikemukakan dalam percakapan-percakapan di lingkungan gereja.

Sebagai akibat kurangnya penjelasan mengenai Sorga, maka pemahaman tentang Sorga yang dimiliki banyak orang Kristen adalah serapan dari ajaran agama-agama lain, dan pandangan individu yang tidak memiliki landasan Alkitabiah. Pengertian tentang Sorga dalam pikiran banyak orang hanya perkiraan atau fantasi saja.  Banyak orang menggambarkan Sorga dengan berbagai ilustrasi seperti misalnya:

·         Sebuah tempat di mana pria-pria yang masuk ke sana disambut, ditemani dan dilayani bidadari-bidadari cantik.  Gambaran Sorga seperti ini menunjukkan rendahnya mental atau ahklak manusia. Bayangkan, bila hal tersebut terjadi, bagaimana dengan istri-istri yang menyaksikan pemandangan tersebut di Sorga? Ini adalah ide yang sangat duniawi, kedagingan, dan mengandung nuansa percabulan.

·         Sebuah taman dimana buah-buahnya ranum sepanjang waktu, dan bebas untuk dinikmati. Buah-buah dapat dimakan tanpa dikupas dan dicuci. Hamparan rumputnya bak permadani. Penghuninya tidak perlu bekerja susah payah, karena segala sesuatu sudah tersedia. Manusia yang masuk disana hanya menyanyi memuji Tuhan, tidur, makan dan rekreasi.

Gambaran Sorga tersebut menunjukkan penggambaran yang sangat miskin terhadap realitas Sorga. Sorga tersebut  adalah situasi “jaman batu”, zaman dimana manusia belum memiliki peradapan. Kesalahan yang paling parah dari gambaran Sorga seperti ini, adalah penyangkalan terhadap hakekat manusia sebagai makhluk yang bekerja. Sesungguhnya, manusia akan tetap bekerja mengabdi kepada Tuhan dikekekalan nanti, di Kerajaan-Nya, sebab manusia pada dasarnya adalah pekerja (man is worker by nature). Hakekat ini tidak akan pernah dibatalkan walaupun manusia jatuh di dalam dosa.

·         Sebuah kota  yang jalan-jalannya adalah emas, batu-batunya adalah permata, sebuah kemewahan yang tiada tara.

Apakah realitanya demikian? Bisa saja! Memang Alkitab juga menyinggung mengenai hal ini (Wah 21:21). Yang penting bukanlah keadaan fisik Sorga tersebut, tetapi tempat dimana Tuhan Yesus berada dan orang percaya juga berada. Sebenarnya tidak perlu terlalu sibuk mempersoalkan Sorga ada dimana, dan bagaimana keadaan fisiknya, tetapi yang penting kebersamaan dengan Tuhan selamanya di rumah Bapa (1Tes 4:17).

Namun, oleh karena sedikit sekali informasi mengenai Sorga, maka keadaan ini berpotensi menyesatkan jemaat. Oleh sebab itu, kekayaan Firman Tuhan yang tertulis dalam Alkitab harus digali, agar ditemukan lebih dalam dan lengkap. Bila tidak, maka sudah pasti konsep mengenai Sorga, yang dimiliki banyak orang Kristen tidak Alkitabiah. Dan hal ini memiliki dampak terhadap kualitas hidup kekristenan mereka. Kita harus berani berkata jujur bahwa kita “tidak tahu” mengenai hal-hal yang memang tidak ditulis dengan jelas (bold) oleh Alkitab. Namun, hendaknya kita tidak boleh takut menyuarakan kebenaran yang diinformasikan dengan jelas oleh Alkitab.

Kebenaran mengenai Sorga ini harus disampaikan untuk membuka pikiran umat, agar mereka memahami realitas  sorga. Kebenaran tersebut akan memberi penghiburan dan kekuatan kepada kekasih-kekasih Tuhan, di tengah-tengah dunia yang makin jahat ini. Pengenalan terhadap kebenaran tersebut, akan mempengaruhi kualitas kehidupan iman seseorang.

Dalam Doa Bapa Kami yang diajarkan Tuhan Yesus diawali dengan kalimat: “Bapa kami yang di Sorga” (Ing. Our Father which art in heaven-Our Faher in heaven; Yun. Pater heemoon ho en tois ouranois). Bukankah Tuhan Yesus cukup berkata: Bapa kami “titik”, tidak perlu ada tambahan “yang di sorga?” Tetapi dalam Doa yang diajarkan Tuhan Yesus tersebut, Ia menambahkan “yang di Sorga”. Tentu tambahan ini ada maksudnya atau bermakna. 

Dalam banyak pernyataan-Nya pun ketika Tuhan Yesus menyebut Bapa, Ia menambahi dengan kalimat ini: “Yang di Sorga”. Apa makna yang terkandung dibalik ucapan ini? Pesan apa yang Tuhan hendak sampaikan melalui kalimat tersebut.

Dengan kalimat “yang di Sorga,” Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa ada satu tempat tertentu yang permanen, yang menjadi tempat domisili Bapa. Ia bukan Bapa pengembara yang tidak jelas kerajaan-Nya. Ia adalah Bapa yang memiliki tempat, kerajaan atau istana, tempat Ia bertahta. Hal ini memberi impresi bahwa Bapa adalah pribadi yang agung, berkuasa, tertib dan kaya.

Berbeda dengan iblis, yang memang menjadi pengembara. Ia dibuang dari hadirat Tuhan, ke dalam dunia ini, untuk menanti datangnya hari penghakiman. Alkitab menginformasikan mengenai Lusifer sebagai berikut: “…. Maka Kubuangkan engkau dari gunung Allah dan kerub yang berjaga membinasakan engkau dari tengah batu-batu yang bercahaya. Engkau sombong karena kecantikanmu, hikmatmu kaumusnahkan demi semarakmu. Ke bumi kau Kulempar, kepada raja-raja engkau Kuserahkan menjadi tontonan bagi matanya” (Yeh 28:13-17). Lusifer adalah oknum Jahat, yang memberontak kepada Bapa di Sorga. Lucifer bersama dengan malaikat yang jatuh, terbuang dari hadirat Tuhan dan tidak lagi memiliki tempat yang nyaman di Sorga.  Betapa mengerikan manusia yang mengikuti “bapa jahat” yang tidak memiliki kerajaan tersebut.

Ketika Tuhan Yesus menambahkan kata “yang di Sorga” dalam panggilan-Nya kepada Bapa, maka Ia hendak menunjukkan bahwa orang percaya adalah anak-anak Bapa yang berkerajaan. Petrus mengatakan bahwa orang percaya adalah “imamat yang rajani” (Ing. royal priesthood) (1Pet 2:9). Kata “royal” adalah basileion yang artinya “kerajaan”. Imamat rajani berarti juga hulubalang-hulubalang yang memiliki kerajaan.

Kalau meminjam istilah dalam kamus politik, orang percaya bukanlah komunitas yang dapat digolongkan sebagai “kaum apatride”, yaitu orang yang tidak memiliki kewarga-negaraan. Orang percaya bukanlah bangsa gelandangan. Orang percaya adalah bangsa yang memiliki dua kewarga-negaraan, kewarga-negaraan sorga dan negara di dunia (bepatride). Tentu sebagai anak-anak Tuhan; umat pilihan-Nya; orang percaya harus lebih mengutamakan dan menjunjung tinggi  kewargaannya  di sorga.

Dalam Yohanes  8:23, Yesus berkata kepada orang Farisi: Kamu berasal dari bawah,  Aku dari atas; kamu dari dunia ini,  Aku bukan dari dunia ini. Kata “bawah” disini adalah kato, yang terjemahan bahasa Inggrisnya beneath yang artinya “dari bawah,” dalam pengertian “hina” atau “rendah dalam kualitas”.  Ketika Tuhan Yesus naik ke Sorga, Ia kembali ketempat asalnya, “diatas” yang memiliki nilai mulia dan tinggi (Kis 1:9-10). Di dunia ini, Ia hanya sebagai a cosmic touris.  

Tuhan Yesus juga berkata kepada para pengikutnya bahwa,  mereka bukan berasal dari dunia ini (Yoh 17:14,16). Dengan pernyataan ini, Tuhan Yesus hendak menunjukkan bahwa orang percaya  adalah orang-orang yang memiliki  masa depan yang cerah. Masa depan yang cerah bukan pada masa depan di dunia ini, yaitu pada bumi yang akan jatuh, tetapi  hidup dalam kemuliaan di kekekalan nanti, yaitu Kerajaan Bapa di Sorga. Harta ini tidak dapat dibeli dengan apapun. Tidak ada harta di dunia ini yang lebih berharga dari kemuliaan bersama Tuhan di Kerajaan-Nya.  Bertalian dengan hal ini Petrus menyatakan: Terpujilah Allah dan Bapa Tuhan kita Yesus Kristus, yang karena rahmat-Nya yang besar telah melahirkan kita kembali oleh kebangkitan Yesus Kristus dari antara orang mati, kepada suatu hidup yang penuh pengharapan, untuk menerima suatu bagian yang tidak dapat binasa, yang tidak dapat cemar dan yang tidak dapat layu, yang tersimpan di sorga bagi kamu.

Dengan hal ini, Tuhan Yesus sudah mulai meletakkan dasar tujuan hidup orang percaya, bahwa tujuan hidup orang percaya adalah kerajaan-Nya. Manusia yang hidup tanpa tujuan jelas adalah manusia yang menjadi mangsa empuk kuasa jahat. Sayangnya, demikianlah keadaan kebanyakan manusia hidup di bumi ini, hidup tanpa tujuan. Mereka hanya makan-minum dan kawin-mengawinkan.  Anak-anak Tuhan tidaklah demikian, mereka harus memiliki arah atau tujuan hidup yang jelas.  Paulus menulis bahwa orang percaya  berwarga-negara sorga, dan dari sana menantikan Tuhan (Fil 3:20). Itulah sebabnya panggilan orang percaya bertalian dengan kerajaan-Nya ini diucapkan Tuhan Yesus: "Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya”. Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. Melengkapi pernyataan Tuhan Yesus ini Paulus mengatakan: Pikirkanlah perkara yang di atas, bukan yang di bumi. Sebab kamu telah mati dan hidupmu tersembunyi bersama dengan Kristus di dalam Allah. Apabila Kristus, yang adalah hidup kita, menyatakan diri kelak, kamu pun akan menyatakan diri bersama dengan Dia dalam kemuliaan. Perkara yang diatas adalah kemuliaan bersama dengan kristus di kerajaan-Nya nanti.

Dengan kalimat “yang di sorga”, orang percaya dipanggil untuk tetap mengarahkan perjalanan hidup ke arah tersebut, yaitu “kemuliaan bersama Kristus”. Paulus memberi contoh, dalam hal ini melalui tulisan yang menunjukkan kesaksian hidupnya melainkan aku mengejarnya, kalau-kalau aku dapat juga menangkapnya, karena aku pun telah ditangkap oleh Kristus Yesus  (Fil 3:12).

Tuhan Yesus menjelaskan bahwa di rumah Bapa banyak tempat tinggal (Yoh 14:1-3). Pernyataan ini memuat berita dan sekaligus janji, bahwa: di rumah Bapa terdapat banyak tempat tinggal, dan orang yang percaya kepada-Nya memiliki jaminan untuk tinggal di rumah Bapa tersebut. Rumah Bapa inilah yang identik dengan Sorga.

Berbicara mengenai rumah Bapa yang diidentikkan dengan Sorga,  Tuhan Yesus berkata: “Aku pergi ke situ untuk menyediakan tempat bagimu.” Persoalannya adalah apakah sebenarnya dengan “pergi menyediakan tempat bagi kita?”. Pergi menyediakan tempat bagi kita bisa berarti 2 hal:

Pertama :
Ketika Tuhan Yesus mengucapkan kalimat bahwa ia akan pergi menyediakan tempat bagi kita. Tuhan Yesus hendak memasuki puncak dari tugas penyelamatan di Bukit Golgota, yaitu menderita, mati dan dibangkitkan. Penderitaan, kematian dan kebangkitan-Nya, inilah merupakan jalan keselamatan supaya hubungan antara Allah dan manusia yang sudah putus dapat dipulihkan kembali. Kemudian Tuhan Yesus naik ke Sorga, Roh Kudus diutus tinggal dalam hidup orang percaya, memberi kuasa untuk bersaksi atau melayani Tuhan. Pelayanan orang percaya bagi Tuhan merupakan persiapan seseorang dimuliakan bersama dengan Yesus dalam kerajaan-Nya. Proses ini merupakan “usaha Tuhan menyediakan tempat bagi kita”.

Kedua :
Tuhan Yesus pergi menyediakan tempat bagi kita, bisa saja berarti bahwa Tuhan menyediakan suatu tempat tinggal bagi tubuh kemuliaan kita nanti. Jadi, pada saat Tuhan berbicara mengenai tempat tinggal manusia di Rumah Bapa, memang berarti tempat tersebut belum siap dihuni atau belum ada. Bukan tidak mungkin, memang Tuhan Yesus menyediakan suatu tempat, dimana manusia yang namanya tertulis dalam kitab kehidupan akan ditempatkan. Jadi “pergi menyediakan tempat” bisa berarti bahwa Tuhan Yesus (Sang Logos) yang menciptakan langit dan bumi hari ini (Yoh 1:1), menciptakan sebuah langit dan bumi yang baru bagi orang percaya.

Ada kesejajaran antara Penciptaan alam semesta di Kejadian 1 dengan penyiapan “langit baru dan bumi yang baru.” Alam semesta diciptakan selama 6 hari. Kata “hari” (Ibrani: yom) dalam kitab Kejadian 1 memang bisa menunjuk “hari”  yang terdiri dari 24 jam, tetapi juga berarti suatu masa tertentu dalam kurun waktu yang tidak diketahui. Namun hal tersebut  tidak terlalu penting, yang penting bahwa Tuhan menciptakan alam semesta ini “melalui proses,” bukan sebuah “sulapan” dalam sekejap. Sangat mungkin Sang Logos (Tuhan Yesus Kristus)  yang menciptakan alam semesta bersama dengan Bapa pada penciptaan pertama, sedang mempersiapkan “langit yang baru dan bumi yang baru,” sebuah tempat yang nantinya akan dikelola oleh manusia yang diperkenankan masuk dunia yang akan datang.

Sebagaimana Adam dan Hawa manusia pertama diperintahkan untuk mengelola alam ciptaan-Nya yang masih “mentah” (Kej 2:15), maka orang percaya pun akan mengelola “langit yang baru dan bumi yang baru,” yang Tuhan ciptakan dalam keadaan masih mentah, dan orang percaya harus mengelolanya dalam kreasi yang tidak terbatas di kekekalan nanti. Dalam hal ini, Sorga bukan tempat orang beristirahat sama sekali (memang beristirahat dari kejahatan dan kelelahan dunia yang sudah jatuh) tetapi tempat dimana manusia mengabdi kepada Tuhan di kurun waktu yang tak terbatas. Sebuah dunia kerja  yang sempurna. Kerja tanpa onak dan duri, di bumi yang tidak terkutuk.

Dalam hal ini sorga bukan tempat orang hanya duduk-duduk “santai,” tetapi sebuah pemerintahan dimana manusia masih harus tetap bekerja. Sorga adalah sebuah dunia, tempat berlangsung pemerintahan Tuhan Yesus Kristus dan orang percaya sebagai pejabat-pejabat-Nya memerintah bersama-sama dengan Dia  (Wahyu  22:5).  Manusia yang diciptakan Tuhan sesuai dengan gambar-Nya yaitu dengan nature sebagai pekerja (man is worker by nature), tetap memiliki hakekat ini (Wahyu 21:24-27).  Sorga bagi manusia adalah tempat manusia bekerja, ekspresi dari hakekatnya sebagai pekerja.


SORGA BUKANLAH ALAM  ROH

Kita harus berhati-hati dalam membahas pokok masalah ini, sebab Alkitab memang tidak banyak mengungkap rahasia Sorga. Minimnya informasi mengenai Sorga dan tidak adanya usaha untuk menggali kekayaan Alkitab yang berbicara mengenai Sorga, mengakibatkan banyak orang telah memiliki konsep yang salah mengenai Sorga tersebut.  Kesalahan itu telah mengakar dalam diri banyak orang.

Harus ada usaha yang serius untuk mengungkap rahasia mengenai Sorga. Penjelasan yang terlalu radikal dan inovatif (baru) bisa  menimbulkan resistensi (penolakan), namun kebenaran harus tetap disampaikan. Sebagian dari rahasia mengenai Sorga, dipaparkan dalam tulisan ini dengan keberanian yang tulus.

Tulisan dibawah ini memaparkan bahwa Sorga bukanlah alam roh dunia maya, tetapi alam fisik yang merupakan kelanjutan dari perjalanan  alam semesta yang telah diciptakan Tuhan, yang ditulis Musa dalam Kitab kejadian. Sorga bukanlah alam lain, tetapi alam semesta ini.  Logikanya Tuhan hanya memiliki satu alam semesta dimana Sorga-Nya termasuk ada didalamnya. Sebagai mana Tuhan adalah Esa (Mono), maka alam semesta (jagad raya) juga mono. Hal ini akan menggiring kita kepada keyakinan terhadap ke-Esa-an Tuhan, bahwa tidak ada alam semesta (jagad raya) lain dengan Tuhan yang berbeda.

Banyak orang memiliki pemahaman yang keliru tentang sorga. Sorga dipahami sebagai “alam roh,” yang segala sesuatunya sangat berbeda dengan dunia nyata kita hari ini.  Bila benar demikian, maka konsep mereka tentang sorga dapat diuraikan sebagai berikut:
     
• Sorga adalah sebuah  dunia yang bersifat rohani atau alam roh, sehingga yang dapat tinggal menetap disana hanyalah mereka yang memiliki tubuh roh pula. Tubuh roh dipahami sebagai tubuh yang tidak tersentuh alam fisik, atau tidak dapat berintraksi dengan alam fisik. Tubuh seperti ini dikenal juga sebagai “tubuh maya”. Inilah “hantu” yang dimaksud Tuhan Yesus dalam Lukas 24:39; karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku."
• Sorga adalah suatu keadaan misteri yang tidak dapat dimengerti sama sekali oleh pikiran. Sebuah dunia dengan dimensi yang berbeda sama sekali dengan dimensi bumi kita hari  ini. Dunia misteri yang menyimpan berjuta rahasia yang tidak dapat dimengerti sama sekali.
• Sorga adalah suatu dunia ciptaan baru yang tidak berhubungan dengan dunia hari ini. Tuhan akan menciptakan dunia lain atau alam semesta lain, selain alam semesta yang ada sekarang.

Ketiga pandangan diatas ini tidak tepat. Sorga bukanlah alam roh yang hanya dihuni oleh roh-roh atau tubuh maya. Sorga bukanlah suatu misteri yang tidak dapat dimengerti sama sekali oleh akal  pikiran manusia, sebab Sorga sebenarnya adalah kelanjutan dari  alam semesta yang kita huni hari ini.  

Bila Sorga dipahami sebagai alam roh seperti yang tersebut diatas, maka  konsekuensinya adalah:

•  Tidak perlu ada kebangkitan seperti tubuh kebangkitan Tuhan Yesus.  Manusia tidak perlu  dibangkitkan sebab  dengan tubuh maya atau “roh” seperti  hantu, manusia sudah dapat menghuni Sorga.
•  Alkitab tidak akan menyatakan bahwa Allah adalah Allah orang hidup, bukan Allah orang mati (Mat  22:31-32). Yang benar, Allah adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati. Dan Sorga adalah tempat orang-orang hidup tinggal menetap, bukan tempat tinggal orang mati (rumah orang yang sudah dibangkitkan). Ketika Tuhan Yesus menyatakan bahwa Allah adalah Allah orang hidup bukan Allah orang mati, Ia sedang berbicara mengenai kebangkitan (Mat 22:23-32). Sebagian orang Yahudi memang tidak percaya adanya kebangkitan, khususnya dari kelompok Saduki (Saduki adalah suatu komunitas yang tidak percaya adanya dunia yang akan datang). Mereka menentang keras realitas kebangkitan.

Kebangkitan adalah sebuah realitas. Demonstrasi pertama mengenai adanya kebangkitan adalah kebangkitan Tuhan Yesus sendiri. Alkitab mencatat bahwa Tuhan Yesus bangkit dari kematian, dan Ia membuktikan kebangkitan-Nya dengan jelas. Setelah kebangkitan-Nya, Ia makan dan minum dihadapan mereka. Kalau Tuhan Yesus tidak membutuhkan tubuh nyata (secara fisik) guna membuktikan kebangkitan atau “hidup-Nya”, maka Ia tidak perlu memakai tubuh kebangkitan seperti yang didemonstrasikan-Nya tersebut. Berminggu-minggu Tuhan Yesus membuktikan kebangkitan-Nya dengan tubuh kebangkitan, dengan cara makan dan minum bersama-sama murid-murid-Nya.

Sorga adalah riil (nyata) secara fisik, bukan alam roh yang tak tersentuh dengan tubuh jasmani, sebab Sorga  merupakan “kelanjutan dunia hari ini.” “Kelanjutan dunia hari ini” maksudnya adalah Tuhan tetap menggunakan fasilitas alam semesta yang nyata secara fisik sebagai samayim atau ouranos (sorga) untuk manusia.

Mengapa Tuhan menggunakan fasilitas alam semesta ini bukan alam yang lain, seperti yang biasanya dipahami kebanyakan orang, yaitu sebuah tempat  di alam roh?

Untuk menjawab pertanyaan tersebut, harus dijelaskan bahwa  alam semesta ini adalah ciptaan Allah yang terbaik untuk manusia. Dalam Kejadian 1:31 Alkitab mencatat bahwa apa yang Tuhan telah ciptakan adalah sungguh amat baik (towb meod), dalam versi King James diterjemahkan it was very good. Towb meod sebenarnya bisa diterjemahkan secara harafiah  very the best, sangat bagus dan terbaik. Perlu ditambahkan disini, bahwa yang dinyatakan Tuhan sebagai towb meod adalah “segala sesuatu” yang dijadikan-Nya, bisa jadi seluruh tatanan alam semesta ini.

Dari pernyataan Alkitab ini, diperoleh kebenaran bahwa tidak ada dunia dan alam semesta yang lebih baik dari apa yang Tuhan telah ciptakan. Tuhan tidak akan menciptakan alam semesta yang lain, kecuali alam semesta yang sudah ada.  Allah ciptakan yang baru, di atas penciptaan yang pertama. Jadi, sangatlah logis kalau Sorga bagi manusia nanti menggunakan fasilitas yang ada, yaitu alam semesta yang sudah ada sekarang.  Jagad raya yang tak terbatas inilah yang nantinya akan memfasilitasi langit baru dan bumi yang baru, yaitu Sorga. Sedangkan bumi yang ada sekarang akan lenyap (Wah 21:1-3). Sangat besar kemungkinan Sorga bukan terletak di tata surya yang kita diami ini, dimana matahari menjadi pusatnya. Sorga  terletak di  alam semesta yang tak terbatas. Itulah sebabnya, .Alkitab mencatat bahwa di Sorga nanti tidak dibutuhkan matahari seperti di langit dan bumi kita ini, Tuhanlah yang menjadi terangnya. Matahari kehidupan yang tidak pernah terbenam.

Dalam Wahyu 21:1 terdapat Kata “baru” untuk “langit dan bumi .” Hal ini sangat menarik untuk dikupas. Kata “baru” yang teks aslinya adalah kainos berarti “baru dalam kualitas.”  Dengan kata lain, bumi yang akan dihuni orang percaya nanti adalah alam semesta yang sama, tetapi dengan kualitas yang berbeda. Tuhan tidak menciptakan alam semesta yang baru. Jadi, perlu ditegaskan disini bahwa ”langit yang baru dan bumi yang baru” adalah bagian dari alam semesta yang sangat besar, dan tidak terbatas.

Memang hal tersebut diatas masih merupakan sebuah misteri, tetapi kita dapat memperhitungkan secara logis bahwa kalau alam semesta ini dinilai oleh Tuhan sebagai towb meod (very the best), maka tidak ada alam semesta lain yang lebih baik. Banyak orang menyangka bahwa Sorga terletak di alam semesta yang  lain, yang diciptakan Tuhan atau di alam roh yaitu dunia lain dibalik dunia nyata ini. Pandangan ini tidak tepat, yang benar bahwa Sorga adalah sesuatu yang bersifat materi atau nyata secara fisik. Dalam hal ini, kita jangan terperosok oleh filsafat Yunani yang dipelopori Plato, yang mengatakan bahwa yang “bendani” itu kotor, najis dan buruk, tetapi yang rohani (dunia ide) adalah kudus dan baik.

Bila Sorga dihubungkan dengan tubuh kebangkitan, maka akan kita dapati sebuah relasi yang sangat erat diantara keduanya.  Karena semua orang percaya yang setia akan dibangkitkan dan mengenakan tubuh kemuliaan yang bisa berinteraksi dengan alam semesta,  maka Sorga haruslah “sesuatu yang bersifat materi”. Dalam hal ini, Tuhan Yesus telah menampilkan suatu peragaan dahsyat dari tubuh kebangkitan-Nya.
Tubuh kebangkitan Tuhan Yesus dapat bersentuhan dengan alam ini, atau benda-benda yang juga dapat diraba secara fisik. Ini berarti tubuh kebangkitan tidak membutuhkan “benda-benda rohani” di alam roh atau benda-benda yang berbeda dengan alam kita ini.

Tuhan Yesus dengan tubuh kebangkitan-Nya dapat berinteraksi dengan alam materi ini dan menikmatinya. Tuhan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: “…rabalah tubuhKu ini”. Dengan tubuh kebangkitan Tuhan Yesus dapat dipegang, dan Ia pun makan dan minum menikmati santapan.

Dalam satu pernyataan-Nya, Tuhan Yesus membandingkan tubuh kebangkitan dengan hantu. Ia berkata: Lihatlah tangan-Ku dan kaki-Ku: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada pada-Ku  (Luk 24:39). Kemudian Tuhan Yesus makan dan minum dihadapan mereka. Ia membuktikan kebangkitan-Nya dengan tubuh kemuliaan, selama beberapa minggu (Kis 1:3-4).  Peragaan ini menjadi pesan penting untuk menghayati realitas Sorga yang akan datang nanti.

Tubuh kebangkitan adalah tubuh  yang akan membuat orang  saling mengenal, dan juga mengenal Tuhan di Kerajaan-Nya nanti. Di sorga dengan tubuh kebangkitan orang-orang percaya yang setia berkumpul bersama dan bertemu muka dengan muka dengan Tuhan (Wah 22:3-4). Ini adalah sebuah pertemuan indah; dimana tidak ada pertikaian, permusuhan dan perang. Di tempat ini  tidak ada kenajisan, dosa  dan penderitaan. Di Sorga orang akan makan dan minum seperti di dunia ini, sangat besar kemungkinan dengan jenis makanan dan minuman  seperti makanan dan minuman yang ada di bumi ini. Hal ini dikuatkan oleh pernyataan Tuhan Yesus, bahwa ia tidak akan minum anggur (anggur secara fisik), sampai pada kedatangan kerajaan Sorga (secara fisik) nanti. Tuhan Yesus berkata: Akan tetapi Aku berkata kepadamu: mulai dari sekarang Aku tidak akan minum lagi hasil pokok anggur ini sampai pada hari Aku meminumnya, yaitu yang baru, bersama-sama dengan kamu dalam Kerajaan Bapa-Ku. Itulah yang Tuhan Yesus sebut sebagai “anggur yang baru” (Mat 26:29).

Kata “baru” dalam Matius 26:29 teks aslinya adalah kainos, kata yang sama digunakan dalam Wahyu 21:1 (langit baru dan bumi yang baru). Jadi Tuhan Yesus sejak kenaikkanNya  ke Sorga sampai saat ini tidak makan dan tidak minum. Ia barulah akan makan dan minum bersama dengan kekasih-kekasih-Nya dalam Kerajaan-Nya nanti yaitu di Sorga(Luk 22:30).

Dengan penjelasan diatas ini dapatlah ditarik kesimpulan secara logis, bahwa Sorga bagi manusia adalah suatu alam bersifat fisik dengan segala fasilitasnya yang dapat dinikmati oleh tubuh kebangkitan. Dengan demikian Sorga adalah kelanjutan dari sejarah alam semesta secara fisik ini, alam semesta yang diciptakan Tuhan yang ditulis oleh Musa  dalam kitab Kejadian.

Akan timbul pertanyaan: Mengapa Tuhan tidak mengungkapkan hal tersebut dengan jelas atau terang-terangan kepada murid-murid-Nya? Jawabnya sederhana: Murid-murid yang hidup pada jaman “primitif” (bila dibanding dengan jaman sekarang), tidak akan memahami sama sekali dan akan sangat membingungkan. Bahkan Orang-orang pada waktu itu tidak  memahami bahwa  bumi bulat dan matahari adalah pusat dari tata surya kita.


SORGA  TUHAN
DAN SORGA MANUSIA

Pembahasan mengenai Sorga akan memunculkan beberapa pertanyaan yang harus dijawab. Jawaban-jawaban tersebut merupakan kunci untuk memahami lebih jelas, apakah dan bagaimanakah Sorga itu. Masalah-masalah itu antara lain:
·         Apakah Sorga tempat Allah bertahta sama dengan sorga tempat orang percaya menetap?
·         Apakah Sorga untuk manusia sudah ada?

Dalam Wahyu 21:1-2 tertulis: “Lalu aku melihat langit yang baru dan bumi yang baru, sebab langit yang pertama dan bumi yang pertama telah berlalu, dan laut pun tidak ada lagi. Dan aku melihat kota yang kudus, Yerusalem yang baru, turun dari sorga, dari Allah, yang berhias bagaikan pengantin perempuan yang berdandan untuk suaminya.”

Ayat di atas mengatakan bahwa “kota kudus”, yaitu “Yerusalem yang baru, turun dari Sorga, dari Allah.” Dari keterangan tulisan diatas ini dapat diketahui bahwa,  terdapat Sorga tempat tahta Allah, dipihak lain ada “Yerusalem baru” sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus yang turun dari Sorga.  Perhatikan kalimat “Yerusalem yang baru turun dari Sorga, dari Allah…” Ini berarti “Yerusalem baru” merupakan pusat pemerintahan dimana Tuhan Yesus memerintah, bukanlah Sorga tempat Bapa bertahta. Apakah Sorga tempat Allah bertahta sama dengan sorga tempat orang percaya menetap?  Sebenarnya pertanyaan ini tidak perlu dipersoalkan, yang penting untuk diketahui bahwa terdapat Sorga tempat tahta Bapa, dan “Yerusalem Baru” sebagai pusat pemerintahan Kerajaan Tuhan Yesus Kristus.

Dari penjelasan tersebut diatas,  memunculkan gagasan bahwa sekarang ini Yerusalem yang baru belum ada. Kalau Yerusalem  yang baru belum ada, berarti “Sorga bagi manusia juga belum ada”. Gagasan ini diteguhkan oleh kenyataan bahwa belum adanya kebangkitan manusia dari antara orang mati. Setelah adanya kebangkitan manusia dari antara orang mati dan penghakiman atas mereka yang telah dibangkitkan, maka barulah manusia membutuhkan tempat untuk tubuh barunya yaitu tubuh kebangkitan, saat itulah Yerusalem Baru turun dari tahta-Nya.

Jika Sorga untuk manusia hari ini belum ada, maka munculah pertanyaan; Bagaimana dengan kesaksian orang-orang yang “katanya” telah melihat Sorga?

Memang bisa saja penglihatan itu terjadi secara rohani atau didalam roh. Mereka mengalami penampakan mengenai “sesuatu” yang dipahami sebagai Sorga tersebut, terjadi atau berlangsung di wilayah alam roh. Apa yang mereka alami dalam pengalaman penglihatan itu, bisa menunjuk beberapa kemungkinan antara lain:

·         Sesuatu yang mereka lihat kemungkinan besarnya adalah Hades yang nyaman, yang sama dengan apa yang Alkitab sebut sebagai “pangkuan Abraham”  atau Firdaus. Namun itu bukan atau belumlah  “Yerusalem baru”, yang merupakan pusat pemerintahan Tuhan Yesus, yaitu sorga sebenarnya yang kekal  bagi manusia (sekarang sorga untuk manusia belum ada atau belum dinyatakan).
·         Sesuatu yang mereka lihat adalah sebagian dari Sorga tempat Allah bertahta.
·         Sesuatu yang mereka lihat adalah sebagian Sorga yang akan datang. Jadi penglihatan tersebut bukanlah fakta yang sudah ada, tetapi fakta yang akan dinyatakan nanti setelah kebangkitan orang mati dan penghakiman.
·         Sesuatu yang mereka lihat adalah sebuah gambaran mengenai keindahan tetapi bukan Sorga itu sendiri. Oleh karena  sesuatu yang indah biasanya dipahami atau identik dengan Sorga, maka penglihatan tersebut diakui sebagai Sorga.

Bila kita mengamati pengakuan mengenai Sorga yang dilihat oleh “mereka”, maka ada sesuatu yang mengganggu pikiran kita, yaitu: Sorga-sorga yang mereka lihat berbeda-beda versinya. Dan yang paling membingungkan adalah ternyata Sorga yang disaksikan oleh sebagian mereka, berbeda dengan Sorga yang dilihat oleh Yohanes di Pulau Patmos, dalam kitab Wahyu.

Bermacam-macam penglihatan mengenai Sorga yang sering dinyatakan dalam berbagai kesaksian lisan dan tulisan, antara lain:
      Sorga dalam diwujudkan  atau digambarkan sebagai taman yang indah.
      Sorga dalam diwujudkan sebagai  istana yang terbuat dari emas permata.
      Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai tempat dimana terdapat orang-orang  yang berbaju putih sedang memuji-muji Tuhan.
      Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai tempat dimana anak-anak bermain-main (penglihatan ini dialami oleh seorang anak kecil).
      Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai sebuah kota yang bercahaya penuh kegemerlapan terang yang tiada taranya.
      Sorga diwujudkan atau digambarkan sebagai tempat berkerumun orang-orang yang sudah meninggal, tetapi tidak ada keterangan yang jelas keadaanya.

Selain yang terdaftar diatas ini, tentu masih banyak lagi kesaksian mengenai keadaan Sorga yang perlu disaksikan disini. Namun harus diperhatikan, bahwa semua penglihatan tersebut bukan dialami secara jasmani dimana seseorang diangkat dengan tubuhnya, tetapi sebuah pengalaman rohani atau di dalam roh. Pada umumnya yang diangkat hanyalah rohnya, bukan tubuh jasmaninya. Jadi, penglihatan yang mereka alami adalah sebuah  aktivitas roh atau aktivitas jiwa, di luar kesadaran fisik, dan biasanya  pengalaman-pengalaman  tersebut sangat subyektif.

Penulis bukannya tidak percaya akan adanya penglihatan-penglihatan tentang Sorga  tersebut, bukan pula tidak percaya adanya Sorga, tetapi dalam menanggapi penglihatan atau penampakan mengenai Sorga harus mempertimbangkan beberapa hal:

·         Penglihatan tersebut pasti memuat suatu pesan dari Tuhan,  jadi “Sorga” yang dilihat tentu bertalian atau sesuai dengan isi pesan Tuhan tersebut. Pesan itu bisa untuk dirinya sendiri atau untuk orang lain. Kalau pesan itu untuk dirinya sendiri, maka ia tidak perlu atau tidak harus menyaksikannya kepada orang lain. Tetapi, kalau pesan itu untuk orang lain, tentu harus disaksikan kepada orang lain.  Dalam hal ini, yang penting bukan gambaran tentang Sorga yang disaksiaknnya dalam suatu  penglihatan, tetapi  pesan Tuhan yang harus ditangkap atau dimengerti. Karenanya, penglihatan mengenai Sorga tersebut hendaknya tidak menjadi komoditi untuk meninggikan diri.

Bertalian dengan hal tersebut, patutlah kita mencontoh Paulus dalam bersikap terhadap pengalaman penglihatan, mengenai Sorga yang dialaminya. Ketika Paulus memperoleh penglihatan mengenai langit ketiga yang dipahami sebagai Sorga, ia tidak menceritakan kepada orang lain selama 14 tahun. Hal ini dilakukannya agar ia tidak menjadi sombong, dan Tuhan menjaganya dengan mengijinkan utusan iblis menggocohnya (2Kor12).

·         Penglihatan mengenai “Sorga” diberikan Tuhan dengan mempertimbangkan kemampuan orang tersebut dalam memahami rahasia Kerajaan Sorga. Seorang anak kecil mendapat penglihatan mengenai Sorga dalam wujud atau gambaran tempat bermain, tetapi orang dewasa mendapat penglihatan mengenai Sorga adalah sebuah kota yang bercahaya dimana terdapat orang-orang menyanyi memuji Tuhan.

Tidak mungkin Tuhan menuangkan keberadaan Sorga secara penuh atau secara lengkap kepada pikiran manusia yang terbatas. Pikiran manusia yang terbatas,  tidak akan mungkin mampu mengerti keberadaan sorga secara penuh dan lengkap. Dari pengalaman Paulus, kita dapati kesaksian mengenai “kata-kata yang tak terkatakan” (2Korintus 12:4  ia tiba-tiba diangkat ke Firdaus dan ia mendengar kata-kata yang tak terkatakan, yang tidak boleh diucapkan manusia). Kalimat “kata-kata yang tak terkatakan”, dalam terjemahan bahasa Inggris versi King James  yaitu unspeakable words.  Informasi ini cukup membuka pikiran kita memahami, bahwa keberadaan Sorga secara detail tidak mudah untuk  diungkapkan oleh pikiran manusia yang terbatas. Oleh sebab itu, pemahaman mengenai Sorga tidak boleh hanya didasarkan atas “penglihatan seseorang”, tetapi harus berdasarkan Alkitab.

·         Hendaknya kita tidak tergoda mengingini pengalaman penglihatan menyaksikan Sorga. Dalam kedaulatan-Nya, Tuhan memberikan kesempatan kepada seseorang untuk memperoleh  penglihatan mengenai Sorga, tetapi kepada yang lain Tuhan tidak memberi kesempatan tersebut. Untuk mempercayai bahwa Sorga adalah suatu realitas, seseorang tidak harus memperoleh penglihatan mengenai Sorga. Seseorang cukup percaya saja terhadap realitas Sorga, walau ia sendiri belum pernah memiliki pengalaman melihat Sorga. Tuhan Yesus berkata: ”Berbahagaialah orang yang percaya walau  tidak melihat, inilah iman  yang murni” (Yoh 20:29). Jika seseorang tergoda memiliki pengalaman menyaksikan Sorga supaya bisa lebih yakin terhadap realitas Sorga, maka hal itu menunjukkan invalid atau cacat imannya, sama seperti seseorang tidak dapat tegak berdiri tanpa tongkat yang menyangga.

·         Hendaknya kita tidak mudah percaya terhadap pengakuan orang yang “katanya” pernah pergi ke Sorga. Cobalah mempersoalkan: Apanya yang ke sorga, tubuhnya atau rohnya? Bagaimana proses ke Sorga itu terjadi? Tentu pengalaman mereka sangat subyektif. Dengan pernyataan ini, bukan berarti penulis tidak percaya adanya pengalaman seseorang bisa pergi ke Sorga, tetapi hendaknya kita lebih selektif dan peka menanggapi kesaksian seseorang.  Banyak nabi palsu beredar di tengah-tengah suasana kompetisi antar gereja dan hamba Tuhan. Perlu dipertimbangkan: jika kita mendengar kesaksian mengenai penglihatan atau penampakan Sorga, apa yang kita peroleh? Biasanya hanya kekaguman kepada orang yang memiliki kesaksian tersebut. Itulah sebabnya, pengalaman spektakuler seperti ini dijadikan “senjata” untuk berkompetisi dengan orang percaya lain.   

            Dewasa ini banyak orang mengaku telah pergi ke Sorga, dan banyak buku yang ditulis berisikan kesaksian seseorang yang pernah pergi ke Sorga. Tentu dari sekian banyak kesaksian terdapat kesaksian yang benar, tetapi bukan tidak mungkin pula diantaranya terdapat pula kesaksian dusta (Alkitab pun menunjukkan adanya nabi palsu dengan kesaksian palsunya). Bagaimana kita dapat membedakan kesaksian mengenai penglihatan tersebut benar atau salah? Kenyataan atau dusta? Dibawah ini terdapat beberapa pertimbangan untuk membedakan kesaksian palsu dan kesaksian yang benar.

Pertama, kesaksian tersebut harus diukur dengan kebenaran Firman Tuhan. Bila penglihatan tersebut bertentangan dengan Alkitab, maka kita dapat mengatakan dengan tegas bahwa penglihatan tersebut dusta. Dan sebaliknya, bila penglihatan tersebut tidak bertentangan dengan Alkitab, maka kita dapat mengatakan dengan tegas bahwa penglihatan tersebut benar.

Kedua, kemungkinan besar sebuah kesaksian mengenai sorga merupakan kesaksian dusta, bila disampaikan atau  disaksikan dengan sikap tinggi hati. Kesaksian yang disampaikan dengan kesombongan  biasanya dikarang-karang sendiri atau ditambah-tambahi, agar lebih dapat dijadikan sarana meninggikan diri.
           
Ketiga, sebuah kesaksian mengenai Sorga kemungkinan besar merupakan suatu dusta, apabila disaksikan dengan tidak konsisten. Di satu kesempatan kesaksiannya mengenai sorga “begini”, di lain kesempatan “begitu”. Apabila sebuah kesaksian yang dikemukakan mengenai Sorga selalu sama, maka kesaksian tersebut kemungkinan besar benar, tetapi kalau apa yang disaksikan mengenai sorga pada suatu hari  tidak sama dengan apa yang dikemukakan di hari lain, besar kemungkinan suatu  dusta.

Keempat, apabila kesaksian mengenai Sorga yang disaksikan menjadi kekuatan iman, maka kemungkinan besar kesaksian tersebut benar, tetapi kalau kesaksian tersebut tidak menjadi berkat tetapi hanya membangkitkan kekaguman kepada orang yang memiliki pengalaman tersebut, maka kesaksian tersebut kemungkinan besar dusta. Adalah mustahil,  Tuhan memberikan pengalaman menyaksikan Sorga kalau tidak menjadi berkat bagi umat-Nya. Sama seperti sebuah karunia diberikan Tuhan kepada seseorang untuk membangun iman orang lain dan dirinya sendiri, bukan untuk kepentingan yang lain. Perhatikan: membangun iman, bukan membangun yang lain.

Kelima, apabila kesaksian mengenai Sorga yang disaksikan berindikasi untuk mencari keuntungan diri sendiri, sangat besar kemungkinan kesaksian itu dusta. Keuntungan itu bisa berupa nama besar, harga diri, uang, pujian dan lain sebagainya. Tetapi kalau kesaksian mengenai pengalaman ke Sorga disaksikan dengan tulus tanpa berindikasi mencari keuntungan pribadi, maka kemungkinan besar adalah kesaksian yang benar. Adalah mustahil,  Tuhan memberikan pengalaman menyaksikan Sorga kalau hanya membangkitkan “pujian” bagi manusia.


Pada umumnya orang berpendirian bahwa setelah orang mati, maka ia segera langsung masuk Sorga yaitu bagi yang berkelakuan baik, sedangkan bagi mereka yang jahat langsung masuk neraka. Tetapi, sebenarnya orang mati tidak langsung masuk sorga atau langsung masuk neraka. Hal ini disebabkan karena samayim atau ouranos belum ada, dan neraka (gehenna) atau yang disebut lautan api (limne to puros) belum ada. 

Jadi, Sorga bagi manusia sebenarnya belum ada hari ini. Hal ini dapat dibuktikan, karena Alkitab tidak pernah menunjukan dengan jelas  bahwa orang  mati langsung masuk sorga. Banyak orang memiliki pemahaman yang salah mengenai dunia dibalik kubur; atau tempat manusia setelah meninggalkan tubuh fananya; atau setelah meninggal dunia.

Sorga yang dalam bahasa Alkitab  samayim atau ouranos (Heaven) untuk Bapa memang sudah ada, tetapi samayim atau ouranos untuk manusia belum ada. Mengapa samayim atau ouranos untuk manusia belum ada? sebab samayim untuk manusia  barulah ada atau telah siap dihuni,  setelah kebangkitan semua orang mati dan penghakiman terakhir.

Sorga yang sekarang ada, adalah sorga tahta Allah Bapa; tempat dimana  Allah bertahta bersama Anak Domba (Mazmur 103:19; Wahyu 23:3). Ini benar-benar tempat khusus yang istimewa. Bisa jadi di lokasi inilah Lusifer memberontak kepada Tuhan. Sebelum kematian Tuhan Yesus di kayu Salib hanya orang-orang khusus yang diperkenankan masuk Sorga ini yaitu tempat  Allah bertahta, mereka itu  adalah Henoch, Musa dan Elia. Tetapi bukan Sorga ini yang menjadi domisili orang-orang percaya yang selamat, dan yang akan dibangkitkan nanti. Bapa menempatkan orang-orang percaya di rumah-Nya yaitu Sorga yang luas, bukan di “istana-Nya”. Dalam hal, ini rumah Bapa bukan menujuk tahta-Nya, tetapi lokasi yang Bapa miliki yang disediakan Bapa bagi anak-anak-Nya.
           
 Adapun, neraka adalah tempat terakhir bagi manusia yang namanya tidak terdapat dalam kitab kehidupan, yaitu setelah  kebangkitan dan penghakiman terakhir. Bagi orang percaya, setelah mati mereka dibawa ke syeol atau hades yang nyaman yang sama dengan Firdaus, kemudian setelah penghakiman terakhir, Tuhan membawa orang percaya dan manusia yang berkelakuan baik kedalam kerajaan-Nya.

Nantinya pada akhir sejarah dunia, bumi akan dihancurkan dengan api (2Pet 3:5-11). Bumi yang kita pijak ini akan hancur dan tidak dapat dihuni, maka Tuhan akan mengangkat orang percaya (rapture) ke Samayim atau ouranos (Sorga-Heaven). Pengangkatan orang percaya bisa merupakan gerak atau mekanisme perpindahan (pengangkatan), seperti yang telah Tuhan Yesus tunjukkan kepada murid-murid-Nya, yaitu ketika Ia naik ke sorga sampai awan menutupi.


- Salam Damai -




Tidak ada komentar: